Xinjiang, Pusat Penghasil Energi Terbarukan 'Terbesar di Dunia'

TBEA, penghasil industri manufaktur energi terbesar di Tiongkok itu memilih Xinjiang sebagai jantungnya.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 31 Mei 2016, 20:22 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2016, 20:22 WIB
Xinjiang, Pusat Penghasil Energi Terbarukan 'Terbesar di Dunia'
TBEA, penghasil industri manufaktur energi terbesar di Tiongkok itu memilih Xinjiang sebagai jantungnya (Liputan6.com).

Liputan6.com, Xinjiang - Siang hari yang terik dan berangin mengantarkan Liputan6.com ke kawasan Urumqi Economic Technologi Development (UETD). Salah satu zona ekonomi terbesar di China. Di salah satu kawasan superbloknya, terdapat sebuah bangunan kotak besar bertuliskan TBEA.

Tak lama kemudian, seorang perempuan memakai jas putih laboratorium dan memakai helm keselamatan menyambut dengan senyum. Di tangannya terdapat kain penutup berwarna biru.

"Pakai ini untuk pelindung sepatu, kita akan memasuki kawasan rahasia," ujarnya sambil menyodorkan kain pembungkus.

Setelah terpasang di sepatu, ia mengajak ke sebuah ruangan kotak besi dengan tembok berbolong-bolong. Tak sampai 1 menit dinding itu mengeluarkan desis dan udara.

"Anda sedang dibersihkan supaya steril. Jangan mengambil foto ya, ini ruangan riset dan pengembangan, semua rahasia perusahaan ada di sini," ujar perempuan itu yang mengatakan namanya adalah Lisa, asisten laboratorium.

Setelah 30 detik 'disterilisasi', sebuah ruangan dengan dinding kaca tebal memperlihatkan para pekerja sedang bekerja.

Itu adalah suasana TBEA, salah satu pabrik terbesar di China. Penghasil industri manufaktur energi terbesar di Tiongkok itu memilih Xinjiang sebagai jantungnya.

TBEA atau kependekan dari Technologi Believe Eco-friendly Advance, memiliki 20 ribu karyawan dari berbagai etnis.

"Kami adalah high-end bisnis manufaktur untuk power transmisi, energi terbarukan, dan penghasil elektrokimia aluminium kertas timah," kata direktur TBEA Zhang Jianxing pada Jumat 23 Mei 2016.

Awalnya, dibentuk pada 1958 di Xinjiang sebagai perusahaan kabel yang oleh pemerintah pusat Tiongkok diminta untuk mendistribusikannya ke luar negeri. Semenjak 1998, TBEA telah memproduksi lebih dari 15 macam produk dengan 5 paten tiap tahunnya.

TBEA, penghasil industri manufaktur energi terbesar di Tiongkok itu memilih Xinjiang sebagai jantungnya (Liputan6.com)

"Yang terbaru adalah mampu membuat mesin transformator salah satunya mentransformasi aluminium ke pemurnian aluminium seperti yang digunakan di kereta cepat, pesawat terbang hingga roket," lanjutnya lagi.

TBEA yang berada di peringkat ke-224 dunia, telah bekerja sama dengan pemerintah Tajikistan, Kyrgyztan, dan Kazakhstan untuk solar energi. Sementara itu di Asia Selatan mereka telah menjalin mitra dengan Pakistan dan India untuk membuat stasiun tenaga listrik. Untuk kawasan Asia Tenggara TBEA telah bekerja sama dengan Filipina dan Indonesia.

"Indonesia dan China sedang menjalin kerja sama kereta cepat, kami sebagai mitra dalam persiapan infrastruktur dan penyedia bahan baku kereta cepat," tutur Jianxing.

Xinjiang menjadi pabrik industri terbesar di dunia

Pabrik Turbin Terbesar

Selain memiliki pabrik transformator, kabel dan aluminium, di Xinjiang juga terdapat manufaktur turbin tenaga angin terbesar di China, Goldwind.

"Di Xinjiang kami manufaktur generator perakitan turbin tenaga angin ukuran 6 megawatt. Tiap tahunnya kami memproduksi 800 mesin turbin," kata Zheng Quanhui, International Business Relation kepada Liputan6.com.

Zheng mengatakan kalau di Urumqi-lah tempat asal muasal energi terbarukan kincir angin diproduksi dan dikirim ke luar negeri.

"Kami telah mengimpor ke AS, Australia, Kuba, Ethopia, Prancis, Turki, Romania, Uzbekistan, hingga Panama," lanjutnya lagi.

Dengan banyaknya permintaan dari berbagai negara, Goldwind memutuskan untuk memindahkan kantor pusat ke Beijing, sementara di Urumqi, Xinjiang menjadi pusat riset dan turbin 6 MW.

"Karena banyaknya permintaan dan kebutuhan, kami juga membuat generator turbin di atas 6 MW, dan itu ada di Provinsi Xi'an," ujar Zheng.

Menurut Zheng, Goldwind menguasai lima persen pangsa dunia. Kini, mereka tertarik untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia.

"Indonesia berada di sabuk angin, sangat besar potensinya memanfaatkan hal itu untuk energi terbarukan. Sekarang kami memang tengah menjajaki kemungkinan kerja sama, tapi masih di tingkat manajerial. Semoga ke depan bisa terealisasi antar pemerintah," ungkap Zheng.

Goldwind memiliki lebih dari 6.600 pegawai dan di Urumqi sendiri ada 1.000 staf.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya