Ini Pendapat Maestro Pianis Indonesia Soal Musik dan Perdamaian

Ananda berpendapat bahwa musik dapat membawa perdamaian, karena bisa berkomunikasi tanpa bahasa dan batasan.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Jul 2016, 09:54 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2016, 09:54 WIB
Ini Pendapat Maestro Pianis Indonesia Soal Musik dan Perdamaian
Ananda berpendapat bahwa musik dapat membawa perdamaian, karena bisa berkomunikasi tanpa bahasa dan batasan (Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa waktu terakhir, dunia mengalami serentetan serangan teror. Bahkan, selama bulan suci Ramadan, beberapa wilayah pun tak luput dari aksi yang merenggut banyak nyawa itu.

Mulai dari teror bom di Bandara Attaturk, Turki, penyanderaan di Dhaka, ledakan di Irak, hingga bom di Arab Saudi.

Kini, Eropa juga dilanda ketegangan atas aksi teror yang datang bertubi-tubi. Mulai dari truk menerjang kerumunan di Nice, Prancis, serangkaian serangan di sejumlah wilayah di Jerman baik menggunakan senjata tajam dan api serta bom, dan yang terakhir penusukan di sebuah gereja di Prancis.

Lantas, apa yang dapat dilakukan untuk menghentikan aksi teror? Apakah lewat musik kita dapat menciptakan dunia yang lebih damai?

Ditemui seusai konferensi pers, maestro pianis asal Indonesia, Ananda Sukarlan, memberikan pendapatnya tentang hubungan musik dengan perdamaian.

Menurutnya, musik bisa membawa pesan damai karena menunjukkan bahwa kita semua sama dan dapat berhubungan tanpa mengenal bahasanya.

Ananda juga menjelaskan, dengan musik kita bisa berkomunikasi tanpa batasan bahasa dan kebudayaan.

"Kita bisa bermusik bersama dengan orang-orang yang suku, agama, negara, pandangan politiknya berbeda. Itu semua bisa bersatu karena musik," ujar Ananda seusai menggelar konferensi per kompetisi piano Ananda Sukarlan Awards (ASA) ke-5, di Soehana Hall, pada Rabu, 27 Juli 2016.

Ia menambahkan, jika musik mengakar di diri manusia, maka akan membuat kita menjadi orang yang lebih menghargai perbedaan.

"Jadi apabila musik semakin kuat dan mengakar serta bisa menjadi bagian dari pendidikan di sekolah dasar, itu akan memacu toleransi terhadap orang-orang yang berbeda dari kita, baik dari segi agama, suku, dan ras," kata Ananda kepada Liputan6.com

Para musikus dapat dikatakan 99 persen merupakan orang-orang yang toleran, demikian ujar Ananda. Mereka tak memandang perbedaan atau justru menggunakannya sebagai kekayaan.

"Music knows no barriers (musik tak mengenal batasan). Semoga bisa mengganti cara berpikir kita agar bisa lebih terbuka," tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya