Liputan6.com, Pyongyang - Teror ular melanda Korea Utara (Korut). Negara pimpinan Kim Jong-un itu menuding Korea Selatan (Korsel) dalang di balik serangan hewan melata itu.
Penjaga perbatasan Korut kabarnya telah diperintahkan untuk menangkap ular dalam 'jumlah yang tidak masuk akal', yang mereka duga dilepaskan oleh mata-mata Korsel di Provinsi Ryanggang.
Baca Juga
"Sejak awal bulan ini, pasukan penjaga perbatasan menerima perintah untuk menangkap ular sebelum mereka merayap ke tepi Sungai Amnok (Yalu)," ujar sumber dari Provinsi Ryanggang kepada Daily NK seperti dilansir Independent, Rabu (27/7/2016).
Advertisement
"Pesan utama dari partai adalah Badan Intelijen Korsel, telah merilis ular sebagai bagian dari 'skema licik' untuk menantang persatuan kita," ungkap sumber tersebut.
Tentara Korut diperintahkan untuk menangkap ular-ular itu, sebelum mereka mencapai tanah dan menetaskan telur. Hal ini memaksa para tentara menyeberang ke sungai sehingga mereka mulai mengeluh.
"Beberapa di antara mereka menggerutu tentang sifat negara yang suka mengklaim, bahkan mereka menilai anak berusia tiga tahun pun tidak akan percaya bahwa Korsel akan menyerang dengan ular terlebih selebaran propaganda atau CD," ditambahkan sumber yang sama.
Masih menurut sumber yang sama, strategi teror ular ini merupakan upaya 'psikologis untuk mempersenjatai warga melawan Korsel dalam pertempuran 200 hari', sebuah mobilisasi massal untuk memulai rencana ekonomi baru.
"Retorika ini akan memudar pada akhirnya, karena bertentangan dengan cerita yang aneh, tidak ada satu orang pun yang telah melihat ular-ular itu," jelas sumber itu.
Kementerian Keamanan Rakyat Korut dan lembaga lainnya dilaporkan telah mengingatkan warga untuk waspada terhadap bahaya ular sepanjang waktu. Rumor beredar, sejumlah orang di beberapa daerah merenggang nyawa akibat gigitan ular.
Sebelumnya, Korut diduga melancarkan propaganda serangga di ladang jagung dan menuding AS mendalangi peristiwa itu.
Korut belum lama ini juga telah memperingatkan akan mengambil langkah 'fisik' untuk menanggapi rencana AS menggelar sistem pertahanan rudal canggih di sekutunya, Korsel pada akhir tahun depan.