Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte mengatakan kartel narkoba asal Meksiko, Sinaloa, memainkan peran aktif dalam peredaran obat-obatan terlarang di negaranya.
Hal itulah yang menurutnya menjadi alasan mengapa ia melancarkan kampanye intensif untuk melawan narkotika ilegal.
Baca Juga
"Apakah Meksiko ada di sini? Ya. Kita adalah tujuan dari kartel Sinaloa asal Meksiko karena mereka telah diberantas oleh Amerika Serikat. Mereka dibom. Itulah kenapa Sinaloa aktif di sini," ujar Presiden Duterte seperti dilansir Inquirer, Kamis (4/8/2016).
Advertisement
Pernyataan Duterte itu muncul menyusul penangkapan seorang warga Meksiko pada tahun lalu oleh Kementerian Kehakiman Filipina (DOJ).
Pria itu bernama Horacio Hernandez dan ia diduga anggota kartel Sinaloa. Hernandez ditangkap dalam sebuah operasi di Makati City karena menjual kokain.
Dalam kesempatan yang sama, Duterte juga memperingatkan bahwa jika persoalan narkoba tidak diselesaikan selama masa jabatannya maka tidak ada presiden lainnya yang bisa melakukannya.
"Tujuh tahun ke depan, jumlah pecandu akan bertambah dua kali lipat. Kemudian kita akan memiliki narco politics --ketika sindikat narkoba mempengaruhi pemilu atau seleksi pejabat pemerintah demi melindungi bisnis haram mereka," tegas presiden Filipina itu.
Di Depan Hidung Dubes Meksiko
Pidato perang terhadap narkoba itu disampaikan Duterte sebelum pertemuannya dengan Parish Pastoral Council for Responsible Voting (PPCRV) -- organisasi nonpartisan, nonsektarian, nonprofit yang berafiliasi dengan Gereja Katolik Roma di Filipina demi memastikan pemilu yang bebas, adil, dan bersih di negara itu.
Namun Duterte yang tengah berbicara tentang kartel Meksiko itu mendadak canggung menyadari kehadiran Duta Besar Meksiko Julio Camerena Villasenor di antara tamu undangan.
"Apa alasan Anda ke Meksiko, negara di mana marak terjadi penculikan dan pembunuhan juga obat-obatan?," tanya dia, sebelum menyadari kehadiran sang Dubes.
Panitia acara pun langsung memberitahukan kehadiran Dubes Meksiko di tempat itu sebagai upaya menghentikan pidato Duterte.
"Ya, ada Dubes di sini. Saya minta maaf," imbuhnya seperti dilansir GMA News.
Sejak duduk di kursi kepresidenan kurang lebih satu bulan lalu, Duterte telah membuktikan janjinya untuk berperang terhadap segala bentuk kriminal, termasuk narkoba.
Namun, sejumlah pihak menilai, ia kelewatan. Mantan Walikota Davao itu mengizinkan pihak berwenang menembak pihak-pihak yang terkait dengan perdagangan narkotika kapan saja dan di mana saja.
Hingga saat ini sekitar 420 orang tewas dalam operasi pemberantasan narkoba yang dikomandoi Duterte. Sementara sekitar 114.833 orang menyerahkan diri, baik pengedar atau pun pecandu.