Tabrakan dengan Planet Lain Membentuk Kehidupan di Bumi?

Tak hanya menyebabkan kepunahan, tabrakan yang terjadi 4,4 miliar tahun lalu diduga menjadi cikal bakal terbentuknya kehidupan di Bumi.

oleh Citra Dewi diperbarui 06 Sep 2016, 19:44 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2016, 19:44 WIB
Ilustrasi tabrakan antar planet
Ilustrasi tabrakan antar planet (Daily Mail)

Liputan6.com, Beijing - Kehidupan di Bumi berulang kali hampir musnah akibat hantaman asteroid. Namun menurut penelitian yang baru-baru ini dilakukan, tak semua hantaman menyebabkan kepunahan.

Sebuah studi baru menemukan bukti bahwa hampir semua karbon yang menjadi dasar kehidupan di Bumi kemungkinan berasal dari bencana pada 4,4 miliar tahun lalu. Menurut penelitian tersebut, tabrakan oleh planet muda mirip Merkurius tersebut mengawali kehidupan di planet kita.

Penelitian itu mengusulkan, planet kecil yang berukuran sekitar 4.828 kilometer itu menyatu dengan planet kita setelah inti Bumi mulai terbentuk. Planet tersebut membawa bahan-bahan pembentuk kehidupan dan kristal berharga seperti berlian.

Namun jika penelitian itu benar, hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan kehidupan di Bumi bergantung pada tabrakan yang terjadi pada miliaran tahun lalu.

Selama ini ahli geologi dibuat bingung dengan jumlah karbon yang begitu banyak di inti dan mantel Bumi. Karbon merupakan unsur dasar yang membentuk berbagai senyawa di Bumi.

Seperti yang selama ini diyakini para ahli, sebagian besar karbon yang pertama kali terbentuk di planet kita telah mendidih atau terkunci di inti planet.

"Tantangannya adalah untuk menjelaskan asal-usul dari unsur-unsur volatil seperti karbon yang tersisa di luar inti, yakni di bagian mantel Bumi," ujar seorang ahli petrologi Rice University, Radjeep Dasgupta.

Struktur lapisan Bumi (Victoria Museum)

"Kami telah mempublikasikan beberapa studi yang menunjukkan, meski karbon tak menguap ke angkasa luar ketika planet ini sebagian besar masih dalam keadaan cair, karbon berada di inti Bumi, karena paduan kaya zat besi memiliki daya gabung (afinitas) kuat dengan karbon," jelasnya.

Dikutip dari Daily Mail, Selasa (6/9/2016), para peneliti melakukan percobaan bertekanan besar untuk mengkaji bagaimana sulfur dan silikon kemungkinan mengubah afinitas zat besi ke karbon.

Penelitian itu mengungkap, karbon baru dapat dikeluarkan dari inti dan berpindah ke mantel, yang sebagian besar terbentuk dari silikat, jika paduan besi di inti Bumi kaya akan silikon maupun belerang.

Ketika tim memetakan konsentrasi relatif karbon yang akan timbul di berbagai tingkat kandungan belerang dan silikon serta membandingkannya dengan apa yang ditemukan dalam mantel Bumi, muncul sebuah skenario menarik.

"Satu skenario yang menjelaskan rasio karbon-sulfur dan kelimpahan karbon adalah bahwa planet muda seperti Merkuri, yang telah membentuk inti kaya silikon, bertabrakan dan diserap oleh Bumi," jelas Dasgupta.

Proses tabrakan planet mirip Merkurius dengan Bumi (Radjeep Dasgupta)

"Karena ukurannya yang besar, dinamika bisa terjadi dengan cara inti dari planet itu langsung menuju planet kita, dan mantelnya yang kaya karbon bercampur dengan mantel Bumi."

"Dalam makalah ini, kami berfokus pada karbon dan sulfur. Banyak pekerjaan perlu dilakukan untuk mencocokkan elemen volatil, namun setidaknya dalam hal kelimpahan karbon-sulfur dan rasio karbon-sulfur, kami menemukan bahwa skenario ini dapat menjelaskan persediaan karbon dan sulfur Bumi."

Temuan tersebut cocok dengan teori lain yang menunjukkan bahwa Bulan kita terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu setelah sebuah planet bernama Theia bertabrakan dengan Bumi.

Banyak ilmuwan juga telah menduga bahwa kehidupan itu sendiri, atau setidaknya bahan kompleks seperti air dan asam amino, dibawa oleh asteroid dan komet ke Bumi.

Penampakan Bumi dilihat dari luar angkasa (Foto: apod.nasa.gov)

Jika temuan baru tersebut terbukti kebenarannya, kehidupan di Bumi berutang banyak pada tabrakan besar pada masa lalu.

"Satu ide populer mengatakan, unsur-unsur yang mudah menguap seperti karbon, sulfur, nitrogen, dan hidrogen, ada setelah inti Bumi selesai terbentuk," ujar peneliti utama dan ahli geokimia di Chinese Academy of Sciences, Yuan Li.

"Setiap elemen yang jatuh ke Bumi melalui meteorit dan komet lebih dari 100 juta tahun lalu setelah tata surya terbentuk, bisa menghindari lautan magma dengan panas intens yang menutupi Bumi sampai saat itu,"

"Permasalahan dengan ide itu adalah, sementara konsep tersebut dapat menjelaskan kelimpahan elemen, namun hingga kini tak ada meteorit yang diketahui menghasilkan rasio elemen volatil di bagian silikat planet kita."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya