Liputan6.com, Manila - Kericuhan dilaporkan terjadi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Manila. Pemicu insiden ini adalah penolakan rakyat Filipina atas kehadiran tentara AS di negara tersebut.
Dalam kejadian tersebut, beberapa pengunjuk rasa menderita luka. Penyebabnya adalah aksi represif yang dilakukan Kepolisan Filipina untuk membubarkan masa.
"Setidaknya tiga mahasiswa aktivitas dibawa ke rumah sakit," ucap pemimpin unjuk rasa Renato Reyes, seperti dikutip dari RT, Rabu (19/10/2016).
Advertisement
Baca Juga
Reyes menambahkan, mereka menyayangkan digunakannya aksi kekerasan untuk membubarkan pendemo. Pasalnya, unjuk rasa dilakukan dengan alasan tepat.
"Sudah jelas tidak ada justifikasi dalam hal ini," ucap Reyes.
"Presiden sudah berjanji akan menegakkan kebijakan luar negeri yang independen. Tapi polisi Filipina terlihat seperti anjing balap AS," sambung dia.
Merespons kecaman pihak pengunjuk rasa, Kepolisian Filipina mengeluarkan pembelaannya. Mereka mengatakan, pembubaran demo hanya dilakukan dengan melempar gas air mata.
Kepolisan bahkan menyebut, kekerasan pertama kali dilakukan pendemo dengan merusak sebuah mobil kepolisian dengan kayu.
Sampai saat ini, Kepolisian Filipina telah menangkap 23 orang pendemo. Puluhan orang ini merupakan terduga otak aksi serta pelaku perusakan.