Ini yang Terjadi Jika Donald Trump Jadi Presiden Amerika

Dubes RI untuk Amerika Serikat periode 2010-2013, menggambarkan bagaimana 'wajah' Amerika Serikat jika dipimpin oleh Donald Trump.

oleh Farhannisa Nasution diperbarui 08 Nov 2016, 17:49 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2016, 17:49 WIB
20161102-Dino Patti Djalal-JAkarta-Johan Tallo
Dino Patti Djalal (Liputan6.com/ Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Dubes RI untuk Amerika Serikat periode 2010-2013, Dino Patti Djalal, buka suara terkait dua calon presiden dari Negeri Paman Sam yang diajukan Partai Republik dan Demokrat pada Pilpres 2016. Ia membahas bagaimana jika Donald Trump atau Hillary Clinton yang menang dalam perebutan Gedung Putih.

Dino menggambarkan bagaimana "wajah" Amerika Serikat jika dipimpin oleh kedua kandidat.

"Kalau Trump yang menang, saya melihatnya akan terjadi polarisasi yang lebih tinggi. Akan terjadi kegelisahan sosial di lapangan, di kota-kota Amerika, ketegangan antar ras juga akan semakin tinggi, akan banyak demonstrasi dan pasar akan semakin gelisah. Mungkin juga hubungan Amerika dengan dunia Islam akan diwarnai goncangan-goncangan, ketidaknyamanan, mengingat apa yang dinyatakan Trump selama ini," kata pria yang karib disapa Dino kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

"Situasi di Timur Tengah bisa lebih membahayakan karena Trump mempunyai pendekatan yang macho. 'Hantem aja kalau mereka ngelawan kita'. Sementara masalah di sana tak bisa selalu diselesaikan dengan cara itu," ucap founder Foreign Policy Community of Indonesia itu.

Ekspresi Donald Trump saat menunjukan topeng wajah dirinya ke awak media saat berkampanye di Sarasota, Florida, AS (7/11). Pilpres AS 2016 akan diadakan pada 8 November 2016 dan menjadi pilpres empat tahunan ke-58.  (REUTERS/Carlo Allegri)

Menurut Dino, di bawah kepemimpinan Donald Trump, kredibilitas atau modal politik AS akan menurun secara global. "Sekarang, terutama orang Eropa, sudah mulai gerah melihat dia."

Sementara baginya, istri Bill Clinton itu sebagai anti-tesis dari Trump. "Hillary Plurasime dan inklusifme," jelasnya.

Di sisi lain, Dino menilai kedua calon itu bukanlah yang terbaik. Keduanya memiliki titik lemah dan "dosa" masa lalu. Pemilu AS kali ini pun termasuk yang paling tak inspiratif dan jauh di bawah standar.

"Pemilu ini terburuk, daripada era Obama yang inspiratif, yang membuat idealisme rakyat semakin meninggi," tuturnya.

Saksikan bincang-bincang selengkapnya terkait Pilpres AS kali ini bersama Dino Patti Djalal, dalam video berikut ini:

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya