Liputan6.com, New York - Hillary Clinton tampil di muka publik terakhir kalinya ketika ia memberikan pidato kekalahannya pada 9 November waktu setempat. Tak hanya retorikanya yang menjadi perhatian, melainkan juga busana yang ia kenakan.
Kala itu, Hillary mengenakan jas dengan lapel berwarna ungu cerah, senada dengan blusnya. Sementara sang suami, Bill Clinton berdiri di sisinya, ia memakai setelan dengan dasi ungu.
Baca Juga
Seperti dilansir News.com.au, Jumat (11/11/2016) konon setelan Hillary itu adalah hasil rancangan editor majalah fashion ternama Vogue, Anna Wintour.
Advertisement
Penampilannya menjadi sorotan karena ia dianggap "lari" dari warna-warna yang menjadi favoritnya selama ini, yakni merah, biru, dan putih. Setidaknya itu menurut pengamat mode. Mereka berpendapat ada dua alasan mengapa Hillary memilih warna ungu cerah.
Pertama, keunikan ungu menjadikan warna itu simbol kebangsawanan, kekayaan, dan kekuasaan. Ungu juga lekat dengan citra sihir, supranatural, dan spiritualitas.
"'Tidak ada yang lebih berkelas dari warna itu," demikian yang dimuat Vogue.
Alasan kedua, ungu dianggap sebagai warna berkabung. Menurut Vogue, ungu dikenal signifikan untuk gerakan perjuangan hak pilih perempuan dan mewakili martabat. Dan jelas, ungu merupakan warna hasil gabungan biru (Demokrat) dan merah (Republik).
Dalam pidato kekalahannya, Hillary menegaskan ia menerima kekalahannya. Tak lupa, ia berterima kasih kepada seluruh pihak yang mendukungnya, termasuk mengucapkan selamat kepada Donald Trump.
"Saya sudah mengucapkan selamat kepada Donald Trump dan menawarkannya kerja sama demi negara kita. Saya harap dia dapat menjadi presiden yang sukses bagi seluruh rakyat Amerika," ujar Hillary memulai pidatonya ketika itu.
Lantas, Hillary sempat meminta maaf kepada para pendukungnya karena gagal memenangkan pilpres dan menjadi presiden perempuan pertama AS.
"Ini bukan hasil yang kita inginkan dan kita telah bekerja keras selama ini, dan saya minta maaf karena tidak memenangkan pemilihan ini...," kata Hillary.
Hillary menebarkan optimisme bahwa suatu hari AS pasti akan memiliki presiden perempuan.
"Saya tahu kita masih belum berhasil menghancurkan plafon kaca, tapi suatu hari, seseorang akan melakukannya. Dan semoga waktu itu akan datang lebih cepat dari yang kita pikirkan sekarang," ucap Hillary.