Liputan6.com, Mosul - ISIS dilaporkan menembak mati 40 warga sipil pada Selasa 8 November di Kota Mosul, Irak utara. Diduga, ini dilakukan karena mereka melakukan pengkhianatan. Informasi itu disampaikan oleh PBB.
"Jasad mereka kemudian digantung di tiang listrik di beberapa distrik," kata kantor Komisaris Hak Asasi Manusia PBB mengutip beberapa sumber, seperti dilansir dari BBC, Sabtu (12/11/2016).
Sebanyak 40 warga sipil itu dituduh telah berkhianat kepada ISIS. Sebelum dieksekusi, mereka mengenakan pakaian oranye dengan tinta merah bertuliskan "traitors and agents of the ISF" (Iraqi Security Forces).
Advertisement
Menurut laporan PBB, pembunuhan warga sipil dilakukan atas perintah dari "pengadilan" yang ditunjuk.
Selain itu, seorang pria juga dilaporkan ditembak mati di depan umum di pusat Mosul, karena mengabaikan larangan ISIS menggunakan ponsel.
Sejauh ini pasukan keamanan Irak terus mendesak mereka untuk merebut Mosul dari tangan ISIS.
PBB mengatakan 20 warga sipil juga tewas ditembak pada Rabu malam di pangkalan militer Ghabat di Mosul utara. Konon kabarnya karena membocorkan informasi.
PBB juga menyatakan keprihatinan atas penyebaran ISIS yang menyasar kaum remaja dan anak-anak muda. Belakangan sosok anak-anak terlihat dalam video yang dikeluarkan militan itu pada hari Rabu, berisi adegan menembak mati empat orang karena tuduhan memata-matai.
"ISIS juga mengumumkan pada 6 November bahwa mereka telah memenggal tujuh militan yang berbalik dari pada medan perang di distrik Kokjali dari Mosul timur," imbuh organisasi tersebut.
Salah satu sumber rahasia yang dikutip untuk informasi PBB adalah seorang pria yang pura-pura mati dalam pembunuhan massal oleh ISIS.
Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB, Zeid Raad al-Hussein menyerukan pemerintah untuk bertindak cepat memulihkan penegakan hukum yang efektif di daerah yang sudah direbut dari ISIS. Hal itu untuk memastikan bahwa para militan ditangkap, dan pendukung mereka diganjar sesuai hukum yang berlaku.
PBB juga menginformasikan bahwa saat ini amonia dan belerang jumlah besar yang kemungkinan digunakan sebagai senjata kimia, ditimbun oleh ISIS dan disimpan di dekat permukiman warga sipil.
Pasukan pro pemerintah melancarkan serangan untuk merebut kembali Mosul bulan Oktober lalu. Kota itu telah diduduki oleh ISIS sejak 2014.
Operasi tersebut sudah memasuki minggu keempat, melibatkan personel sekitar 50.000 pasukan keamanan Irak, tentara, polisi, Peshmerga Kurdi, suku Arab Sunni dan milisi Syiah.
Pasukan dilaporkan telah mengonsolidasikan keuntungan yang dibuat di pinggiran timur Mosul, yang mereka masuki sembilan hari lalu di tengah perlawanan sengit dengan ISIS.
Selain itu, belakangan juga muncul tuduhan kekejaman yang dilakukan oleh pasukan pemerintah.
Amnesty International melaporkan pada Kamis 10 November, bahwa pria berpakaian seragam polisi federal Irak menyiksa dan membunuh sekitar enam warga desa di bagian selatan Mosul karena diduga memiliki hubungan dengan ISIS.
Kendati demikian, sejauh ini polisi federal menyangkal hal tersebut.