Liputan6.com, Havana - Fidel Castro yang meninggal pada Jumat 25 November 2016 lalu pada usia 90 tahun adalah sosok kontroversial. Ia dicintai sekaligus dicaci. Dibenci namun dikagumi. Pemimpin revolusi Kuba itu bahkan mendapatkan tempat di panggung dunia -- yang tidak proporsional dengan ukuran negerinya yang tak seberapa besar.
Fidel jugaCastro punya gaya sendiri saat menghujamkan kritik pada pihak lawan, termasuk 'mencela' Israel.
Baca Juga
Misalnya yang terjadi pada September 2014. Lewat media pemerintah, Castro menyalahkan Senator AS John McCain dan badan mata-mata Israel Mossad. Kolaborasi keduanya, tambah dia, bermuara pada penciptaan ISIS -- kelompok teroris yang menguasai petak besar wilayah di Irak dan Suriah awal tahun itu.
Advertisement
Dalam kolom itu, Castro menggambarkan McCain sebagai "sekutu paling tanpa syarat Israel" dan pendukung setia Mossad. Ia mengatakan bahwa senator tersebut "berpartisipasi bersama-sama Israel untuk menciptakan ISIS," demikian seperti dilansir Haaretz, pada Senin (28/11/2016).
McCain kemudian bercanda tentang klaim Castro di Twitter-nya, setelah mantan pemimpin Kuba itu tutup usia.
"Selamat Fidel Castro, Anda telah mengungkapkan peran rahasia sejati saya dalam membentuk peristiwa dunia!," kicau McCain.
"Pertama saya diberi sanksi oleh Vladimir Putin kemudian #ISIS melabeli saya 'musuh,' sekarang Fidel Castro! Siapa yang berikutnya?!"
Castro juga menuduh Barat menjadi imperialis, dan membandingkan NATO serta pemerintah Barat dengan Hitler, akibat sikap mereka terhadap Rusia.
"Banyak orang yang heran ketika mereka mendengar pernyataan yang dibuat oleh beberapa juru bicara Eropa untuk NATO ketika mereka berbicara dengan gaya dan wajah SS Nazi ketika mengkritik Rusia," tulis Castro.
Castro: Osama Agen CIA
Ternyata bukan kali itu Castro menuduh Barat dengan kondisi terorisme yang meletus di masa modern ini. Pada Agustus 2010, Catro mengatakan pimpinan organisasi teror, Al Qaeda, Osama Bin Laden adalah agen AS. Kata Castro, Osama 'dibeli' dan dibayar lembaga intelijen AS, CIA.
Tugas Osama, kata Castro, muncul ketika mantan Presiden AS, George Bush ingin menakut-nakuti dunia.
Diktaktor legendaris itu mengklaim argumennya didasarkan atas dokumen yang diunggah ke internet -- dalam situs WikiLeaks.org -- yang baru saja merulis ribuan halaman dokumen rahasia perang Afganistan. Namun Castro tidak menjelaskan apa pastinya dokumen itu.
"Kapanpun Bush ingin membangkitkan rasa takut atau akan melakukan pidato besar, bin Laden akan muncul, mengancam orang dengan teror yang sedang ia rancang," kata Castro kepada media setempat, seperti dimuat situs The Age
"Bush tak pernah kekurangan dukungan dari Osama. Gembong teroris itu bawahan Bush," tambah Castro.
Pernyataan Castro juga dipublikasikan di harian milik Partai Komunis, Granma . Ini adalah salah satu pernyataan provokatif yang dikeluarkan pemimpin berusia 84 tahun ini.
Sebelumnya, setelah tiga tahun 'menghilang' Castro kembali muncul ke publik Senin 12 Juli 2010 dalam wawancara dengan salah satu stasiun televisi setempat.
Saat itu Castro berpendapat ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dengan Korea Utara dan Iran pada akhirnya akan memicu perang nuklir global.
Menurut dia, perang nuklir bisa meletus ketika AS, yang bersekutu dengan Israel, mencoba memberlakukan sanksi internasional terhadap Iran karena aktivitas nuklirnya.
Castro mengundurkan diri sebagai presiden Kuba pada tahun 2006 di tengah-masalah kesehatan, tetapi digantikan oleh adiknya Raul dan terus mempengaruhi kebijakan dan budaya, sebagian melalui tulisannya.