Trump Bekukan Bantuan Asing, Bagaimana Nasib Kamp yang Menampung Pendukung ISIS di Suriah?

Ada belasan ribu orang dari puluhan negara yang menghuni kamp al-Hol yang kumuh. Tidak seluruhnya mengaku sebagai pendukung ISIS, namun tidak sedikit pula yang terang-terangan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Feb 2025, 09:01 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2025, 09:01 WIB
Orang-orang berjalan-jalan di pasar di kamp tahanan al-Hol di Provinsi Hassakeh, Suriah, tempat puluhan ribu orang yang diduga terkait dengan ISIS telah tinggal selama bertahun-tahun. Foto diambil pada Kamis (30/1/2025).
Orang-orang berjalan-jalan di pasar di kamp tahanan al-Hol di Provinsi Hassakeh, Suriah, tempat puluhan ribu orang yang diduga terkait dengan ISIS telah tinggal selama bertahun-tahun. Foto diambil pada Kamis (30/1/2025). (Dok. AP/Bernat Armangue)... Selengkapnya

Liputan6.com, Damaskus - Ahmad Abdullah Hammoud beruntung memiliki beberapa persediaan makanan untuk memberi makan keluarganya setelah sebuah organisasi yang didanai Amerika Serikat (AS) secara mendadak menghentikan aktivitas bantuannya di kamp tenda besar di timur laut Suriah, tempat mereka terpaksa tinggal selama hampir enam tahun.

Keluarganya termasuk di antara 37.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, yang berada di al-Hol, kamp pengungsian yang menampung keluarga mereka yang memiliki hubungan dengan ISIS, baik sebagai keluarga anggota atau pendukung. 

Pembekuan bantuan oleh pemerintahan Donald Trump pun memperburuk kondisi kemanusiaan dan memicu kekacauan serta ketidakpastian di kamp di al-Hol.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah lama mencatat kondisi hidup yang buruk dan kekerasan yang meluas di kamp al-Hol.

Saat pembekuan pendanaan diumumkan tidak lama setelah Trump menjabat, program bantuan yang didanai AS di seluruh dunia mulai menghentikan operasinya, termasuk organisasi yang mengelola banyak kegiatan di al-Hol, yang bekerja di bawah pengawasan koalisi yang dipimpin AS yang dibentuk untuk memerangi ISIS.

Direktur kamp al-Hol Jihan Hanan mengonfirmasi bahwa Blumont yang berbasis di AS telah menghentikan operasinya. Sebelumnya, mereka menyediakan barang-barang esensial seperti roti, air, minyak tanah, dan gas untuk memasak.

"Kami sangat terkejut ketika Blumont menghentikan kegiatannya," tutur Ahmad, yang membantah memiliki hubungan dengan ISIS dan telah berlindung di daerah yang dikuasai ISIS setelah mengungsi akibat perang saudara Suriah, seperti dikutip dari AP, Selasa (4/2/2025).

Jihan mengungkapkan bahwa lembaga bantuan lain, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), turut menghentikan beberapa operasinya.

"Ini adalah keputusan yang memalukan," ujar Jihan mengenai tindakan pemerintahan Trump, menambahkan bahwa beberapa penghuni berpendapat mereka seharusnya diperbolehkan meninggalkan kamp jika makanan tidak dapat disediakan.

Jihan menjelaskan bahwa Blumont mendistribusikan 5.000 kantong roti setiap hari dengan biaya sekitar USD 4.000, sesuatu yang tidak mampu dibiayai oleh otoritas lokal di kawasan yang dikelola Kurdi.

Sel Tidur ISIS

Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya

Jihan mengatakan Blumont menerima pengecualian selama dua minggu dari pemerintahan Trump dan melanjutkan kembali operasinya pada 28 Januari. Namun, tidak jelas apa yang akan terjadi setelah pengecualian itu berakhir.

Mazloum Abdi, komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS yang mengendalikan timur laut Suriah, mengatakan dia telah membahas masalah pembekuan bantuan ini dengan pejabat dari koalisi yang dipimpin AS.

"Kami hampir menemukan alternatif untuk keputusan ini," kata Mazloum, menambahkan bahwa pengecualian mungkin akan dikeluarkan untuk timur laut Suriah.

Pembekuan bantuan dari AS ini datang ketika ISIS berusaha memanfaatkan kekosongan yang tercipta setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad pada awal Desember oleh para pemberontak. Pemotongan pasokan makanan lainnya dapat memicu kerusuhan di kalangan penghuni kamp yang mungkin bisa dimanfaatkan oleh ISIS, yang disebut memiliki sel-sel tidur di sana.

Jihan menuturkan kamp tersebut telah menerima informasi dari koalisi yang dipimpin AS melawan ISIS, pemerintah Irak, dan SDF yang didukung AS dan Kurdi, bahwa ISIS sedang mempersiapkan serangan terhadap kamp setelah jatuhnya Assad. Keamanan pun diperketat dan situasi kini dalam pengawasan.

SDF sendiri mengelola 28 fasilitas penahanan di timur laut Suriah yang menahan sekitar 9.000 anggota ISIS. Keamanan di kamp al-Hol dan fasilitas penahanan diperkirakan tidak akan terpengaruh oleh pembekuan bantuan AS, menurut Jihan dan seorang pejabat di fasilitas penahanan terbesar di Kota Hassakeh, yang berbicara dengan syarat anonim sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Bagian utama dari al-Hol menampung sekitar 16.000 orang Irak dan 15.000 orang Suriah. Di bagian terpisah yang dijaga ketat yang dikenal sebagai Annex, terdapat sekitar 6.300 orang dari 42 negara, sebagian besar mereka adalah istri, janda, dan anak-anak yang dianggap sebagai pendukung ISIS yang paling setia.

Kamp ini tidak memiliki jalan beraspal dan penuh dengan tumpukan sampah. Remaja dan anak-anak yang hampir tidak punya kegiatan menghabiskan waktu mereka dengan bermain sepak bola atau berkeliaran.

Anak-anak di Annex melempar batu ke para jurnalis AP yang berkunjung dan meneriaki mereka, "Setan kalian" dan "ISIS akan bertahan".

Seorang perempuan China di Annex, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Asmaa Ahmad, mengaku berasal dari wilayah barat Xinjiang. Dia mengungkapkan suaminya, yang merupakan anggota ISIS, tewas pada 2019 di Desa Baghouz, Suriah timur.

Asmaa, yang berada di kamp bersama empat anaknya, menegaskan dia tidak ingin kembali ke China karena takut akan penganiayaan. Ketika ditanya tentang hilangnya bantuan AS sementara, dia menjawab, "Rezeki itu dari Tuhan."

Dia menyatakan sedang menunggu para anggota ISIS untuk menyelamatkan keluarganya suatu hari nanti.

Seruan bagi Negara-negara Terkait

Anggota Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di gerbang kamp al-Hol di Provinsi Hassakeh, Suriah, tempat puluhan ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak yang terkait dengan ISIS, telah tinggal selama bertahun-tahun. Foto diambil pada Kamis (30/1/202
Anggota Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di gerbang kamp al-Hol di Provinsi Hassakeh, Suriah, tempat puluhan ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak yang terkait dengan ISIS, telah tinggal selama bertahun-tahun. Foto diambil pada Kamis (30/1/2025). (Dok. AP/Bernat Armangue)... Selengkapnya

Al-Hol adalah tempat yang paling berbahaya di dunia, ungkap Jihan, menambahkan bahwa negara-negara seharusnya memulangkan warganya untuk mencegah anak-anak diberi ideologi ekstremis.

"Tempat ini tidak cocok untuk anak-anak," sebut Jihan.

Militer AS telah mendorong selama bertahun-tahun agar negara-negara yang warganya berada di al-Hol dan kamp kecil lainnya, Roj Camp, memulangkan mereka.

"Tanpa upaya repatriasi, rehabilitasi, dan reintegrasi internasional, kamp-kamp ini berisiko menciptakan generasi berikutnya dari ISIS," kata Jenderal Michael Erik Kurilla, kepala Komando Pusat AS, dalam kunjungannya ke al-Hol pada pertengahan Januari.

Jihan mengungkapkan bahwa sejak jatuhnya Assad, banyak warga Suriah di kamp tersebut mengungkapkan keinginan untuk kembali ke rumah mereka di daerah yang kini dikuasai penguasa baru negara itu. Dia mengatakan pihak kamp memutuskan bahwa setiap orang Suriah yang ingin pergi bisa melakukannya.

"Bahkan jika populasi kamp berkurang, akan ada bencana jika bantuan AS kembali dihentikan," imbuh Jihan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya