Menurut Rusia, Ini Penyebab Kehancuran Kemitraan Trans-Pasifik

TPP atau Kemitraan Trans-Pasifik adalah sebuah blok perdagangan bebas. Tujuannya adalah mendorong liberalisasi negara-negara di Asia Pasifik

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 30 Nov 2016, 19:03 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2016, 19:03 WIB
Dubes Rusia
Dubes Rusia untuk RI Mikhail Galuzin. (Liputan6.com/Andreas Gerry Tuwo)

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, menyampaikan keterangan terkait kunjungan Presiden Rusia, Vladimir Putin, ke KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC). Pertemuan tingkat pemimpin negara ini berlangsung di Lima, Peru, pekan lalu.

Galuzin mengatakan, ada beberapa isu yang diangkat Putin saat berada di Lima. Terutama soal perdagangan bebas dunia.

Menurutnya, Presiden Putin kembali menegaskan cara dunia harusnya menjalankan perdagangan secara bebas. Namun yang terjadi saat ini adalah sudah "keluar jalur".

"Soal perdagangan bebas presiden kami menyatakan, sudah seharusnya menaati standar dan regulasi serta aturan yang dibangun Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)," ujar Galuzin di kediamannya, Rabu (30/11/2016).

Oleh sebab itu, pada ajang APEC, Rusia menyatakan adanya beberapa perjanjian perdagangan bebas regional yang bersifat sebagai penguat dari apa yang sudah ditetapkan WTO.

Jika peran itu tak dijalankan, akibatnya sangat fatal. Sistem yang telah ada terancam kacau sehingga dapat berpengaruh terhadap perekonomian global.

"Sistem perdagangan global yang ada akan hancur karena beberapa kerja sama perdagangan global regional seperti TPP," ujar dia.

Sependapat dengan Putin, Galuzin menyatakan, sistem seperti TPP diselimuti beberapa kelemahan yang terlihat jelas.

"TPP itu tidak transparan dan perjanjiannya sangat sempit dan menurut kami standarnya ditetapkan satu negara saja," ungkap Galuzin.

Saat ini TPP tengah berada di ujung kehancuran. Penyebabnya AS yang akan dipimpin oleh Donald Trump menyatakan siap keluar dari kerja sama itu.

Melihat hal ini, Galuzin mengaku tak kaget. Ia menyebut, Trump pasti sudah melihat betapa banyaknya kelemahan yang ada di TPP.

"Sudah pasti bukan karena insiden kalau terdapat keraguan besar terhadap proyek TPP setelah Trump memimpin AS," sebut dia.

"Seperti yang sudah disampaikan Presiden Putin, perdagangan bebas harus sesuai dengan ketentuan WTO, persamaan hak dan kewajiban semua negara dan tentunya saling menguntungkan," pungkasnya.

TPP atau Kemitraan Trans-Pasifik adalah salah satu perjanjian perdagangan multinasional terbesar. Perjanjian ini ditandatangani oleh perwakilan dari 12 negara. Mereka yang terlibat adalah AS, Jepang, Malaysia, Vietnam, Singapura, Brunei, Australia, Selandia Baru, Kanada, Meksiko, Chile dan Peru.

Di AS yang merupakan negara penggagas lahirnya TPP, keberadaan blok ini mendapat banyak pertentangan. Begitu juga di negara-negara yang sudah menandatangani perjanjian dagang tersebut. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya