Pangeran Tajir Arab: Sudah Saatnya Wanita Saudi Mengemudi Mobil

Arab Saudi adalah satu-satunya negara di dunia di mana perempuan tidak diizinkan untuk mengemudi.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 01 Des 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 01 Des 2016, 15:00 WIB
20150703-Pangeran-Arab-Saudi-Alwaleed-bin-Talal5
Alwaleed bin Talal saat menjelaskan ke awak media terkait niat beramalnya di Riyadh, Arab Saudi, Rabu (1/7/2015). Alwaleed berjanji akan memberikan hartanya senilai USD 32 miliar, atau Rp 427 triliun untuk kepentingan amal. (AFP/Fayez Nureldine)

Liputan6.com, Saudi Arabia - Miliarder sekaligus pangeran Arab Saudi mengambil sikap untuk melawan peraturan 'turun-menurun' negerinya yang melarang perempuan untuk mengemudi.

Pangeran Alwaleed bin Talal, anggota keluarga kerajaan, menulis empat halaman opini di website pribadi yang ia kaitkan ke Twitternya. Di situ, Pangeran Alwaleed mengatakan, bahwa sudah saatnya para perempuan Arab Saudi mengemudi mobilnya sendiri.

Menurutnya larangan negara itu adalah "pelanggaran fundamental atas hak-hak wanita," demikian seperti dikutip dari Chicago Tribune, Kamis (1/12/2016).

"Mencegah seorang wanita dari mengemudi mobil saat ini mirip dengan larangan perempuan untuk menerima pendidikan atau memiliki identitas independen," katanya, sebelum mengutip daftar alasan sosial, keuangan, ekonomi, agama dan politik untuk menjungkirbalikkan larangan tersebut.

Alwaleed, yang tidak memegang posisi resmi dalam pemerintahan Saudi, memimpin perusahaan investasi berbasis di Riyadh, Kingdom Holding Company, memegang saham di sejumlah perusahaan Barat. Investasinya bernilai US$18,9 miliar dan dia dijuluki "Warren Buffett dari Barat."

Dewan Syura Arab Saudi, yang menyarankan kabinet negara itu, menolak mempelajari ide yang tercetus dari semenjak bulan lalu, Jadi, boleh dikatakan perubahan larangan mengemudi bagi perempuan tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat.

Arab Saudi adalah satu-satunya negara di dunia di mana perempuan tidak diizinkan untuk mengemudi.

Aktivis hak-hak perempuan telah mengkritik persyaratan lain negara yang ketat untuk wanita, termasuk wanita Saudi mendapatkan izin dari suami atau saudara laki-laki untuk menerima paspor, perjalanan luar negeri atau menikah. Perempuan juga diharapkan untuk memakai jilbab dan pakaian longgar seperti abaya ketika di depan umum.

Di Arab Saudi perempuan hanya bisa bepergian dengan izin dari laki-laki.

Meskipun dilarang, perempuan Saudi semakin banyak yang mendaftar di universitas dan bergabung dengan tenaga kerja, seperti yang dilaporkan oleh The Washington Post.

Tak hanya itu, ada sejumlah peristiwa penting terjadi pada tahun lalu di mana perempuan diperbolehkan untuk memilih untuk pertama kalinya dalam sejarah negara itu selama pemilu kota bulan Desember.

Alwaleed membagi artikelnya di Twitter dengan kata-kata "Hentikan perdebatan: Waktu bagi perempuan untuk mengemudi" dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Unggahannya itu menyebabkan beberapa pengguna Twitter menggunakan tagar dalam bahasa Arab yang berarti "waktunya telah tiba untuk perempuan untuk menyupir mobil."

Salah satu pengguna Twitter mengatakan, "Logikanya, seorang wanita lebih baik mengendarai mobil sendiri. Hal ini lebih aman daripada tergantung pada orang asing. Lebih dari itu, gaji untuk sopir asing bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lain."

Dalam pendapatnya, pangeran mengatakan bahwa tahun lalu, seorang pemuda akan "dijauhi" karena ingin menikahi seorang wanita yang bekerja. "Hari ini, seorang wanita yang bekerja adalah mitra didambakan dalam pernikahan," tulisnya.

Mengutip statistik tenaga kerja, katanya lebih dari satu juta perempuan Saudi yang dalam angkatan kerja, itu berarti mereka membutuhkan cara yang aman untuk bekerja setiap hari.

Alternatif mengemudi bagi kebanyakan wanita Saudi adalah untuk menyewa seorang sopir asing, yang pangeran mengatakan mengurangi pendapatan keluarga dan memberikan kontribusi untuk "menyedot miliaran riyal setiap tahun dari ekonomi Saudi untuk pekerja asing dalam bentuk pengiriman uang."

Sebuah penurunan tajam dalam harga minyak, sumber pendapatan utama Arab Saudi, telah memaksa pemerintah untuk memotong kembali pada beberapa manfaat tahun ini, yang membuat kelas menengah terdampak.

"Di masa lalu, banyak dari mereka yang menyerukan perempuan untuk berkendara teredam oleh keberatan sosial yang dibesarkan oleh gagasan bahwa mengemudi adalah hal mewah bukan kebutuhan," katanya.

Sejumlah "fatwa" di negeri itu berpendapat bahwa mengemudi harus dilarang bagi wanita karena keprihatinan mereka atas "keselamatan dan kebajikan," tulis sang pangeran.

"Hari ini, situasi telah berubah, dan memiliki perempuan untuk mengemudi telah menjadi tuntutan sosial yang mendesak didasarkan pada keadaan ekonomi saat ini."

Tapi kemudian, tidak lama setelah opininya menyebar luas, media lokal melaporkan Sang Pangeran berkata "Sayangnya, Arab Saudi tidak siap untuk mengakhiri larangan tersebut."

Kata Pangeran Alwaleed seperti dikutip media-media lokal, perempuan mengemudi adalah "bukan masalah agama tetapi lebih ke masalah apakah komunitas mau menerima atau tidak," katanya.

Sejauh ini, media-media Barat belum bisa memverifikasi kutipan media lokal itu dan menghubungi sang pangeran.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya