Kalah Telak dalam Referendum Italia, PM Matteo Renzi Mundur

PM Italia, Matteo Renzi, telah berjanji sebelumnya, jika kalah dalam referendum akan mundur dari jabatan.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 05 Des 2016, 07:44 WIB
Diterbitkan 05 Des 2016, 07:44 WIB
Kalah Telak dalam Referendum Italia, PM Matteo Renzi Mundur
Kalah Telak dalam Referendum Italia, PM Matteo Renzi Mundur (Reuters)

Liputan6.com, Roma - Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, mengundurkan diri setelah "babak belur" dengan hasil referendum atas rencananya mereformasi konstitusi.

Dalam sebuah keterangan media tengah malam waktu Italia, Renzi mengatakan akan bertanggung jawab memenuhi janjinya dengan hasil referendum itu. PM termuda itu berujar bahwa kubu "Tidak" yang menolak mereformasi konstitusi harus menjalankan rencana mereka sendiri.

Dikutip dari BBC, Senin (5/12/2016), exit poll yang disiarkan TV nasional RAI mengatakan 42-46 persen untuk kubu reformasi dan 54-56 persen untuk kelompok yang memilih "Tidak".

Proyeksi itu berdasarkan perhitungan resmi di beberap titik TPS. Indikasi awal kubu "reformasi" memang diperhitungkan akan kalah dengan angka 39-43 persen dan "Tidak" di angka 57-61 persen.

"Good luck, semuanya," kata Renzi kepada para wartawan.

Ia mengatakan akan berbicara di pertemuan kabinet pada Senin sore bahwa ia akan mundur lalu meminta izin kepada Presiden Italia setelah ia menjabat dua setengah tahun.

Proposal Renzi terkait reformasi justru akan memotong birokrasi Italia yang berbelit-belit. Rencana itu menurutnya akan membuat Negeri Pasta lebih kompetitif.

Reformasi yang ditawarkan adalah untuk merampingkan parlemen. Namun, kebanyakan para pemilih yang memilih reformasi justru melakukannya demi menyuarakan ketidakpuasan dengan perdana menteri.

Sementara itu, pemilih "Tidak" yang didukung oleh partai-partai populis melihat referendum sebagai barometer anti-kemapanan di Eropa.

Pemimpin oposisi Matteo Salvini dari partai Liga Utara, mengatakan bahwa jika hasil jejak pendapat memenangkan kubu "Tidak" maka referendum akan menjadi "kemenangan rakyat terhadap tiga perempat kekuasaan dunia."

Nilai mata uang euro terhadap dolar langsung jatuh setelah hasil exit poll keluar.

Ada ketakutan terbesar terhadap stabilitas keuangan di negara uni eropa terbesar ketiga.

Adapun kubu "Tidak" disponsori oleh kelompok anti-kemapanan Five Star Movement yang dipimpin oleh Beppe Grillo. Mereka menginginkan referendum apakah Italia tetap dalam Uni Eropa.

Partai populis termasuk Five Star Movement dan Liga Utara yang anti-imigran.

Referendum datang setelah Brexit di Inggris pada Juni lalu dan membuat naiknya kebangkitan anti-imigran di Prancis dan partai populis lainnya di negara-negara Eropa.

Lebih dari 50 juta warga Italia punya hak memilih di referendum itu. Namun, kebanyakan dari mereka sudah menyerah dengan mandeknya ekonomi di negara itu yang terjadi selama bertahun-tahun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya