Liputan6.com, Roma - Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, mengundurkan diri setelah "babak belur" dengan hasil referendum atas rencananya mereformasi konstitusi.
Dalam sebuah keterangan media tengah malam waktu Italia, Renzi mengatakan akan bertanggung jawab memenuhi janjinya dengan hasil referendum itu. PM termuda itu berujar bahwa kubu "Tidak" yang menolak mereformasi konstitusi harus menjalankan rencana mereka sendiri.
Dikutip dari BBC, Senin (5/12/2016), exit poll yang disiarkan TV nasional RAI mengatakan 42-46 persen untuk kubu reformasi dan 54-56 persen untuk kelompok yang memilih "Tidak".
Proyeksi itu berdasarkan perhitungan resmi di beberap titik TPS. Indikasi awal kubu "reformasi" memang diperhitungkan akan kalah dengan angka 39-43 persen dan "Tidak" di angka 57-61 persen.
"Good luck, semuanya," kata Renzi kepada para wartawan.
Ia mengatakan akan berbicara di pertemuan kabinet pada Senin sore bahwa ia akan mundur lalu meminta izin kepada Presiden Italia setelah ia menjabat dua setengah tahun.
Proposal Renzi terkait reformasi justru akan memotong birokrasi Italia yang berbelit-belit. Rencana itu menurutnya akan membuat Negeri Pasta lebih kompetitif.
Reformasi yang ditawarkan adalah untuk merampingkan parlemen. Namun, kebanyakan para pemilih yang memilih reformasi justru melakukannya demi menyuarakan ketidakpuasan dengan perdana menteri.
Sementara itu, pemilih "Tidak" yang didukung oleh partai-partai populis melihat referendum sebagai barometer anti-kemapanan di Eropa.
Pemimpin oposisi Matteo Salvini dari partai Liga Utara, mengatakan bahwa jika hasil jejak pendapat memenangkan kubu "Tidak" maka referendum akan menjadi "kemenangan rakyat terhadap tiga perempat kekuasaan dunia."
Nilai mata uang euro terhadap dolar langsung jatuh setelah hasil exit poll keluar.
Ada ketakutan terbesar terhadap stabilitas keuangan di negara uni eropa terbesar ketiga.
Adapun kubu "Tidak" disponsori oleh kelompok anti-kemapanan Five Star Movement yang dipimpin oleh Beppe Grillo. Mereka menginginkan referendum apakah Italia tetap dalam Uni Eropa.
Partai populis termasuk Five Star Movement dan Liga Utara yang anti-imigran.
Referendum datang setelah Brexit di Inggris pada Juni lalu dan membuat naiknya kebangkitan anti-imigran di Prancis dan partai populis lainnya di negara-negara Eropa.
Lebih dari 50 juta warga Italia punya hak memilih di referendum itu. Namun, kebanyakan dari mereka sudah menyerah dengan mandeknya ekonomi di negara itu yang terjadi selama bertahun-tahun.
Kalah Telak dalam Referendum Italia, PM Matteo Renzi Mundur
PM Italia, Matteo Renzi, telah berjanji sebelumnya, jika kalah dalam referendum akan mundur dari jabatan.
Diperbarui 05 Des 2016, 07:44 WIBDiterbitkan 05 Des 2016, 07:44 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Ekspor Perikanan RI Terancam Imbas Tarif Trump, Menteri KKP: Indonesia Tak Boleh Kalah dari Vietnam
Ether Alami Aksi Jual Imbas Tarif Donald Trump
Tebar Kebaikan, AdMedika Salurkan Santunan ke 4 Yayasan Anak Yatim di 3 Kota
Arti Mimpi Dijodohkan Orang Tua, Ini Maknanya dari Sisi Psikologis hingga Spiritual
Yamaha Gear Ultima Sapa Masyarakat Jawa Tengah, Ini Harga dan Spesifikasinya
Jangan Abaikan, Kenali 7 Tanda Kamu dan Si Dia Tidak Cocok
KPK Sebut Adik Febri Diansyah Tak Dipanggil ke KPK Selasa 8 April 2025
Puan Minta Pemerintah Tak Anggap Sepele Rupiah Melemah dan IHSG Anjlok
Indonesia Kembangkan Sistem Diagnosis Malaria Berbasis AI, Apa Kelebihannya?
5 Dampak Tarif Impor Trump ke Indonesia, Buruh dan Emak-Emak Awas Kena Getahnya
Manchester United Bisa Dapat Bantuan Rp 1,4 Triliun dari Atletico Madrid
Rekrutmen Bersama BUMN 2025: Cek Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi