Kapal Titanic Tenggelam Akibat Kebakaran, Bukan Gunung Es?

Bisa jadi bukan gunung es yang jadi penentu nasib nahas Titanic. Konon, ada kebakaran yang dirahasiakan di bunker batubara.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 02 Jan 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2017, 19:48 WIB
RMS Titanic
RMS Titanic (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, London - Ini yang tercatat dalam sejarah: Titanic yang melaju anggun membelah Atlantik Utara menabrak gunung es pada Minggu malam 14 April 1912 pukul 23.40.

Akibatnya, pelat lambung Titanic melengkung ke dalam di sisi kanan kapal, mengoyak lima dari enam belas kompartemen kedap airnya. Dua setengah jam kemudian, bahtera itu dibanjiri air laut yang mengalir deras.

Titanic akhirnya karam dalam pelayaran perdananya pada 15 April 1912. Dari 2.223 penumpang dan awak kapal, yang selamat cuma 706 orang. Dua pertiganya, 1.517 orang tamat di laut.

Namun, belakangan, teori baru muncul. Seorang jurnalis yang selama 30 tahun menyelidiki musibah Titanic berpendapat, kebakaran -- bukan gunung es -- yang memicu tragedi kapal paling mewah pada zamannya itu.

Jurnalis sekaligus penulis asal Irlandia, Senan Molony mengklaim, lambung Titanic dalam kondisi lemah akibat api yang membara di bunker batubara di ruang boiler -- sejak bahtera itu meninggalkan galangan kapal di Belfast pada 2 April 1912.

"Hasil penyelidikan resmi Titanic menyimpulkan, kapal itu tenggelam atas 'kehendak Tuhan'," kata Molony kepada The Times, seperti dikutip dari News.com.au, Senin (2/1/2017).

Menurutnya, penyebab kecelakaan Titanic tak sesederhana akibat tabrakan dengan gunung es, lalu tenggelam. 

"Namun kombinasi maut dari sejumlah faktor luar biasa yang datang secara bersamaan: api, bongkahan es, dan kelalaian."

Foto gunung es yang tenggelamkan kapal Titanic (U.S. Coast Guard)

Dugaan yang diungkap Molony didasarkan pada jejak gelap yang terlihat di sisi kanan Titanic, dalam sejumlah foto yang baru-baru ini dilelang.

Ia yakin, api di bagian dalam, di ruang mesin, menjadi alasan mengapa bahtera mewah itu menemui nasib nahas.

"Tak ada seorang pun yang menginvestigasi tanda-tanda itu dan menggalinya. Padahal, bisa jadi itu akan mengubah jalan cerita."

Molony menambahkan, sejak tahun 1912, ada mitos yang menyebut, ada robekan sepanjang 300 kaki atau 91,4 meter di Titanic. "Namun, saat bangkai kapal diperiksa, mereka tak bisa menemukannya," tambah dia.

Bangkai kapal Titanic di dasar Laut Atlantik terancam bakteri (Copyright 2012 RMS Titanic Inc. / Produced by AIVL, Woods Hole Oceanographic Institution)

Sang jurnalis menerangkan alasannya. Kata dia, menurut para ahli, pada temperatur tertentu, baja akan rapuh dan berkurang kekuatannya hingga 75 persen. Bisa jadi logam itu sudah binasa di dalam laut.

Apapun, kata dia, "Keberadaan api itu sudah diketahui, ditunjukkan dalam penyelidikan, namun dikesampingkan," tambah dia.

"Titanic seharusnya belum bisa diturunkan ke lautan, namun ia sudah mengalami sejumlah penundaan, dan terlanjur dijanjikan melakukan pelayaran perdana pada 10 April 1912."

Sementara, David Hill, mantan sekretaris British Titanic Society dan editor jurnal Atlantic Daily Bulletin berpendapat senada.

"Pasti ada kebakaran. Titanic berlayar pada Rabu, dan hingga Sabtu sebelumnya keberadaannya belum dikuak, jadi pasti ada hal besar," kata dia, menyampaikan pendapat pribadinya.

"Itu menunjukkan bahwa bahkan setelah bertahun-tahun, 'kapal tua' ini terus menyajikan hal-hal baru yang harus dipecahkan." 

Richard De Kerbrech, penulis beberapa buku tentang Titanic, mengatakan, teori tersebut bisa jadi benar.

Bahwa diduga ada kebakaran dalam kapal sudah jadi cerita lama. De Kerbrech mengaku awalnya hanya percaya 'sedikit', namun mellihat penelitian Molony yang dinilainya cermat, ia berubah pikiran. 

"Pejabat tinggi dan perancangnya ada di atas Titanic, sehingga ada banyak hal yang dirahasiakan," kata dia.

Kebakaran yang dirahasiakan itu, klaim Molony, juga menjelaskan mengapa Titanic melaju begitu cepat di lautan penuh es.

"Cara mengendalikan api di bunker adalah dengan menyekop batubara dan memindahkannya ke satu-satunya tempat lain yang mungkin: tungku," kata dia. Tungku yang diisi batu bara memberikan daya yang luar biasa pada laju kapal. 

"Itu berarti Titanic melaju pada kecepatan yang jauh lebih tinggi."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya