Liputan6.com, Washington DC - Gedung Putih salah menulis nama PM Inggris, Theresa May sebanyak tiga kali saat menuliskan jadwal resmi May ke AS. Padahal May mengklaim hubungan antar keduanya berlangsung erat.
Staf di pemerintahan Presiden Donald Trump kurang menambahkan huruf 'h' di nama May dalam tiga dokumen resmi jadwal May dan Trump. Dokumen itu adalah jadwal pertemuan bilateral di Oval Office, makan siang resmi, dan konferensi pers.
Kesalahan itu telah diperbaiki. Namun, nasi telah menjadi bubur. Dokumen itu sudah beredar ke tangan wartawan. Demikian dikutip dari The Independent, Jumat (27/1/2017).
Baca Juga
Hilangnya huruf 'h' di nama PM Inggris itu menjadikannya Teresa May. Â Nama itu milik mantan model dan aktris porno yang membintangi sejumlah film biru termasuk yang berjudul Whitehouse: The Sex Video and Leather Lust.
Advertisement
Kesalahan nama May tak hanya dilakukan oleh Gedung Putih saja. Saat May jadi PM Inggris, akun eks bintang film porno Teresa May dibanjiri ucapan selamat di akun Twitternya. Bukan lantaran prestasinya dalam bidang modeling, namun karena ia ramai disebut-sebut menjadi calon tunggal pengganti David Cameron sebagai perdana menteri.
Kebingungan itu pun segera diakhiri Teresa. Seperti dilansir Daily Mail, Juli tahun lalu dalam profil Twitternya ia menuliskan, "Saya seorang model, bukan Perdana Menteri."
Tak lama kemudian, model seksi itu pun mencuit, "Saya pikir cukup lucu bagaimana banyak orang berpikir bahwa saya adalah Perdana Menteri #TheresaMay. Ini menunjukkan betapa beberapa orang sangat bodoh".
'Teresa' juga varian lain untuk bahasa Spanyol.
Pada debat calon nominasi presiden Partai Republik pada 2015 Trump mencela istri Jeb Bush yang lahir di Meksiko, dengan mengatakan, "Ini adalah negara di mana kita berbicara Inggris, bukan Spanyol."
Faktanya, AS adalah negara dengan penggunaan bahasa Spanyol tertinggi kedua di dunia setelah Meksiko. Bahkan di atas Spanyol, dengan 41 juta orang dengan bahasa Spanyol sebagai bahasa ibu ditambah 11,6 juta bilingual.
Pun demikian wilayah AS. Kebanyakan teritori AS hasil dari mencaplok wilayah Meksiko pada pertengahan Abad ke-19.
Kembali kepada PM May, politisi perempuan itu pernah memperingatkan Trump dan Partai Republik untuk berhati-hati dengan Vladimir Putin di salah satu pidatonya.
Meminjam semangat Perang Dingin, May meminta AS dan Inggris untuk terlibat dengan Kremlin "dari posisi yang kuat" dan memperingatkan tentang kemungkinan runtuhnya Barat jika mereka gagal.
May juga mendukung Trump dalam melawan ISIS dan keagresifan Iran.