Pelaku Penyerangan Parang di Museum Louvre Tolak Bicara

Abdullah Hamamy merupakan seorang keturunan Mesir. Ia menderita luka tembak di bagian perut setelah coba dilumpuhkan oleh tentara.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Feb 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2017, 07:21 WIB

Liputan6.com, Paris - Pelaku penyerangan parang di museum Louvre, Prancis, menolak untuk memberi keterangan kepada pihak penyidik.

Abdullah Hamamy (29) yang merupakan keturunan Mesir menderita luka tembak di bagian perut ketika berusaha menyerang tentara.

"Wawancara berlangsung sangat pendek. Untuk saat ini, ia menolak bicara kepada penyidik," ujar sumber di kantor kejaksaan.

Menanggapi peristiwa ini, Presiden Francois Hollande mengatakan ia tidak sepenuhnya yakin bahwa penyerangan tersebut merupakan aksi terorisme. Demikian seperti dilansir BBC, Senin, (6/2/2017).

Pihak penyidik disebut telah menghubungi pejabat Mesir terkait untuk mengonfirmasi identitas tersangka melalui tes DNA.

Ketika pelaku menolak berbicara, sang ayah yang merupakan seorang pensiunan jenderal polisi, Reda al-Hamamy mengatakan, anaknya bukanlah seorang teroris. Ia menuding tentara yang menembak anaknya telah "menggunakan kekerasan terhadap seorang pemuda yang malang".

Saat ini Abdullah dikabarkan tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Paris. Menurut otoritas setempat, yang bersangkutan sempat meneriakkan takbir selama menyerang tentara.

Reda al-Hamamy mengatakan, anaknya berada di Paris untuk perjalanan bisnis. Ditambahkannya, Abdullah tinggal di Uni Emirat Arab. Ia memiliki seorang istri dan putra berusia tujuh bulan.

Menurut jaksa penuntut Paris, Francois Molins, tersangka tiba di Paris pada 26 Januari setelah sebelumnya ia mendapat visa turis di Dubai. Setibanya di Prancis, Abdullah diyakini membeli dua parang yang digunakannya untuk menyerang tentara.

Pihak kepolisian Paris juga memeriksa akun Twitter milik Abdullah. Ia diketahui mencuit belasan pesan dalam bahasa Arab hanya beberapa menit sebelum serangan.

Sementara itu, ketika digeledah, polisi menemukan sejumlah kaleng cat semprot di dalam tas ranselnya. Namun tidak ditemukan bahan peledak.

Serangan parang di museum Louvre terjadi pada Jumat 3 Februari. Abdullah tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 10.00 waktu setempat.

Ia mendekati empat tentara yang tengah berpatroli di pusat perbelanjaan Carrousel du Louvre. Saat melihat Abdullah yang datang dengan dua ransel, para tentara tersebut mengatakan, pria itu tidak boleh membawa tasnya masuk.

"Saat itulah dia menghunus parang dan mencoba menikam salah seorang tentara," kata Yves Lefebvre, seorang petugas polisi.

Juru bicara militer Prancis, Benoit Brulon mengatakan, keempat tentara itu telah mencoba melumpuhkan Abdullah sebelum melepaskan tembakan. Namun mereka gagal dan akhirnya melepas lima tembakan yang mengakibatkan pelaku terluka parah.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya