Rekor Baru, Astronom Temukan 7 Planet yang Diduga Dihuni Alien

Tujuh planet yang beberapa di antaranya dapat dihuni, mengorbit sebuah bintang bernama Trappist-1.

oleh Citra Dewi diperbarui 23 Feb 2017, 12:40 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2017, 12:40 WIB
Tujuh planet di Trappist-1
Ilustrasi tujuh planet di Trappist-1 (Nature)

Liputan6.com, Brussels - Astronom menemukan tujuh planet berukuran seperti Bumi yang mengorbit sebuah bintang. Penemuan tersebut disebut sebagai rekor dunia.

Peneliti mengatakan, planet itu berpotensi mengandung air di permukaannya. Namun dari tujuh, hanya tiga planet yang masuk dalam zona layak huni (Goldilocks Zone) -- yang mungkin menopang kehidupan makhluk angkasa luar atau dikenal dengan alien.

Sistem planet tersebut mengorbit sebuah bintang bernama Trappist-1. Bintang bermassa dan berusuhu rendah itu berjarak 40 juta tahun cahaya dari Bumi.

Planet itu dideteksi menggunakan Spitzer Space Telescope milik NASA dan sejumlah observatorium. Selain itu, astronom juga mengumpulkan data menggunakan Very Large Telescope di Chile, Liverpool Telescope di La Palma, Spanyol.

"Planet tersebut berdekatan satu sama lain dan sangat dekat dengan bintang, yang mengingatkan pada bulan di sekitar Yupiter," ujar penulis utama, Michael Gillon, dari University of Liege, Belgia.

"Bintang tersebut sangat kecil dan dingin, di mana tujuh planetnya beriklim sedang, hal itu memungkinkan mereka berpotensi memiliki air -- dan mungkin kehidupan," imbuh Gillon seperti dikutip dari BBC, Kamis (23/2/2017).

Rekan penulis dari Univeristy of Cambridge, Amaury Triaud, mengatakan bahwa tim telah memperkenalan definisi "temperate" untuk memperluas persepsi tentang kelayakhunian.

Tiga planet Trappist-1 tersebut, diyakini berada di zona layak huni. Permukaan di planet itu diduga memiliki suhu yang dapat mendukung keberadaan air.

Namun Triaud mengatakan, planet terjauh yang mengorbit bintang memiliki atmosfer yang secara efisien memerangkap panas. Kondisi tersebut dinilai lebih mirip dengan atmosfer Venus dibanding Bumi.

Temuan tersebut memberikan harapan, bahwa mungkin ada kehidupan lain di alam semesta, bukan hanya di Bumi.

"Akan sangat mengecewakan jika Bumi hanyalah satu-satu tempat yang dapat dihuni di alam semesta," ujar Triaud.

Ilustrasi exoplanet (ESO)

Para astronom mengatakan, sifat atmosfer planet-planet tersebut kemungkinan besar dapat dipelajari dengan menggunakan teleskop.

"James Webb Sapce Telescope, pengganti Hubble, memiliki kemungkinan untuk mendeteksi tanda-tanda ozon jika molekul tersebut terdapat di atmosfer salah satu planet ini," ujar rekan penulis, Prof Brice-Oliver Demory dari University of Bern, Swiss.

"Ini dapat menjadi indikator untuk aktivitas biologi di planet," kata dia.

Namun ahli astrofisika juga memperingatkan bahwa kita tetap harus waspada saat menyimpulkan aktivitas biologi dari jauh.

Suhu dan massa rendah suatu bintang dinilai lebih menantang bagi prospek kehidupan. Sebagai contoh, beberapa di antaranya diketahui memencarkan radiasi berjumlah besar dalam bentuk flare atau suar.

Selain itu, zona layak huni terletak lebih dekat ke bintang, sehingga planet-planet di dekatnya menerima panas yang diperlukan untuk mencairkan air. Namun hal tersebut menyebabkan fenomena penguncian pasang surut, sehingga planet-planet selalu menunjukkan wajah yang sama terhadap bintang mereka -- tidak berotasi.

Kondisi itu menyebakan satu sisi planet panas, sedangkan sisi lain lebih dingin. Jika kehidupan muncul di sisi dingin planet, maka makhluk hidup di sana akan terlindung dari flare bintangnya.

Terlepas dari hal tersebut, Triaud mengatakn, Trappist-1 merupakan bintang yang tidak terlalu aktif. Ia menyebut bintang tersebut memiliki kesamaan dengan bintang lain yang "sangat kerdil dan dingin".

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya