Perempuan Muda Tewas Dibakar dalam Ritual Pengusiran Setan

Vilma Trujillo menjadi korban ritual pengusiran setan. Perempuan muda itu adalah warga kampung terpencil Nikaragua.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 01 Mar 2017, 13:20 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2017, 13:20 WIB
Vilma Trujillo menjadi korban ritual pengusiran setan di Nikaragua
Vilma Trujillo menjadi korban ritual pengusiran setan di Nikaragua (LA PRENSA/CORTESÍA H. JARQUÍN)

Liputan6.com, Managua - Vilma Trujillo menjadi korban ritual pengusiran setan. Para kerabat menemukan perempuan muda itu dalam kondisi terikat dan terbakar hebat di kampungnya yang terpencil di Nikaragua.

Seminggu kemudian, ia tewas. Seperti dikutip dari BBC, Rabu (1/3/2017), salah satu kerabatnya mengungkapkan, korban diserang, diikat, dan dibakar oleh empat pria yang dipimpin seseorang yang mengaku sebagai pendeta evangelis.

Polisi menangkap tersangka Juan Rocha dan sejumlah orang lain yang diduga terlibat dalam penyerangan.

Namun, Juan Rocha membantah telah membakar korban. Ia berdalih, roh jahat lah yang telah mengangkat tubuh Trujillo dan menjatuhkannya ke api.

Percaya tidak percaya, upacara pengusiran setan yang sudah dilakukan sejak 1614 masih dilakukan hingga kini di Amerika Serikat. | via: uratex.com.ph

Suami korban, Reynaldo Peralta Rodriguez mengatakan, ibu dua anak itu dibawa ke dalam rumah ibadah karena jemaah yang lain menduga ia kerasukan setelah diduga mencoba menyerang sejumlah orang dengan parang.

"Apa yang mereka lakukan pada kami sungguh tak bisa dimaafkan," kata dia. "Mereka membunuh istriku, ibu dari dua anakku. Saat ini apa yang harus aku katakan pada kedua bocah itu?"

Pablo Cuevas, juru bicara Komisi HAM Nikaragua meminta pemerintah lebih menerapkan pengawasan ketat pada sekte kepercayaan di negara tersebut.

"Sungguh tak terduga hal seperti itu bisa terjadi saat ini. Harus ada pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah," kata Cuevas. "Kita tak bisa membiarkan hal-hal seperti itu terjadi."

Sementara, kelompok pembela hak asasi perempuan, Autonomous Women's Movement (MAM) mengatakan kasus tersebut adalah contoh fanatisme dan masoginis atau kebencian terhadap wanita.

Juanita Jimenez dari MAM menambahkan, kejadian biadab itu juga dimungkinkan akibat kurangnya kehadiran negara di wilayah terpencil di negara tersebut.

"Terlepas dari aspek agama, tak ada pembenaran atas tindakan kejam, membakar seorang perempuan, melemparkannya ke api. Mereka telah menggunakan agama untuk memanipulasi," kata aktivis itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya