Liputan6.com, Yorkshire - Arkeolog menemukan jasad mayat manusia yang termutilasi di sebuah wilayah historis desa abad pertengahan di Wharram Percy, Yorkshire Utara, Inggris.
Kerangka mayat tersebut ditemukan dengan kondisi tulang paha yang patah menjadi dua, kepala yang terpisah dari tubuh, dan tulang dada yang dikoyak.
Baca Juga
Dan, semua jenazah tersebut mengindikasikan habis dibakar dalam bara api. Sepuluh jasad tersebut diduga dicincang oleh penduduk desa untuk mencegahnya hidup kembali jadi 'zombie' alias mayat hidup.
Advertisement
Istilah zombie atau mayat hidup telah dikenal oleh manusia sejak Abad ke-11. Para penulis dan 'ilmuwan'pada masa itu telah menulis apa yang pada saat itu disebut sebagai bukti-bukti mengenai jasad manusia yang hidup kembali.
Dikisahkan, para mendiang kembali hidup karena tidak tenang di dalam kubur akibat dosa dan perbuatan jahat yang dilakukannya semasa hidup.
Literatur lain menyebutkan bahwa setan dan iblis kerap menghidupkan mayat-mayat manusia yang telah mati. Beberapa 'ilmuwan' pada masa itu juga menganggap bahwa jasad yang kembali hidup dapat membawa penyakit dan menyerang manusia.
Penjelasan-penjelasan itu membuat manusia pada masa itu percaya bahwa para zombie merupakan makhluk dengan niat jahat. Sehingga, tindakan mencincang, memotong, dan menghancurkan mayat dilakukan manusia yang masih hidup pada saat itu untuk mencegah penghuni liang lahat hidup kembali.
Penulis Abad Pertengahan, William dari Newburgh, mengilustrasikan bagaimana seorang mayat pemuda yang semasa hidup melakukan hubungan seks di luar nikah 'kembali hidup'.
Konon, jasad pemuda itu datang dan menjangkiti setiap rumah penduduk dengan penyakit yang membawa kematian bagi penghuninya. Bencana penyakit yang dibawa oleh 'zombie' si pemuda itu hanya dapat dihentikan apabila jenazahnya dihancurkan.
Hipotesis di atas dikemukakan oleh tim arkeologi Historic England dari University of Southampton, Inggris, pada jurnal yang dipublikasikan dalam Archaeological Science Reports, seperti yang diwartakan Daily Mail, Senin, (3/4/2017).
"Gagasan bahwa tulang-belulang yang ditemukan di Wharram Percy dicincang-cincang sebagai bentuk pencegahan mayat manusia hidup kembali dirasa masuk akal," ujar Simon Mays dari Historic England. "Jika benar, ini merupakan temuan arkeologi pertama untuk mendukung hipotesis kami...dan menjelaskan mengenai gaya hidup dan praktik bermasyarakat yang kelam pada Abad Pertengahan," tambahnya.
Pada penelitian tersebut, hasil analisis isotop terhadap sejumlah temuan fosil menunjukkan bahwa tulang-belulang tersebut merupakan mayat penduduk lokal di Wharram Percy, berusia 4 hingga 50 tahun saat meninggal, dan menunjukkan bahwa mayat tersebut telah dibakar, dipotong, atau juga dipatahkan.
Awalnya, tim peneliti arkeolog tersebut sempat mengira bahwa bekas sayatan dan patahan pada fosil tulang-belulang itu disebabkan oleh kanibalisme sesama penduduk desa akibat bencana kelaparan.
Namun, hasil analisis lanjutan menyanggah prediksi itu.
"Pada tindak kanibalisme, pada fosil tulang-belulang seharusnya ditemukan bekas sayatan pisau pada wilayah persendian besar, namun, temuan kami menunjukkan bekas sayatan yang konsisten hanya pada bagian leher dan kepala," ujar Mays.
Penelitian fosil 'zombie' yang dipimpin oleh Mays menggunakan temuan fosil tulang-belulang manusia yang berjumlah 137 buah.
Fosil itu ditemukan dalam sebuah parit tak jauh dari desa Wharram Percy, pada masa Abad Pertengahan sekitar Abad ke-11 hingga 14 Masehi.
Kuburan Vampir
Tak hanya zombie, selama berabad-abad, orang-orang yang hidup pada periode Abad Pertengahan dicengkeram teror vampir, makhluk pengisap darah.
Ketakutan demikian nyata, sehingga mereka melakukan tindakan pencegahan terhadap makhluk mistis itu. Seperti yang terjadi di Polandia.
Sebuah area pemakaman kuno yang ditemukan di dekat gereja diyakini berasal dari Abad ke-16.
Uniknya, jasad di dalamnya ditemukan dalam kondisi tak biasa.
Tanda yang paling jelas adalah pancang di kaki jenazah. Sejumlah jasad orang diduga vampir kerap ditemukan dalam kondisi terpaku ke tanah, untuk mencegahnya bangkit dan menghantui warga.
"Awalnya kami menduga ia menderita luka pada kaki," kata pimpinan penggali Slawomir Gorka kepada Kamienskie.
Penanda lain ada pada bagian mulut. Tak ada gigi di sana, juga ditemukan batu bata yang dijejalkan -- diduga digunakan untuk menghentikan si terduga vampir bangkit dari kubur dan menancapkan gigi ke leher korban, lalu mengisap darahnya.
Sejumlah kuburan vampir sering ditemukan di kawasan Eropa, termasuk Polandia. Diperkirakan bahwa penguburan semacam ini sering dilakukan di daerah Kamien Pomorski dari Abad ke-13 hingga Abad ke-17.
Kala itu diyakini, orang-orang yang berkelakuan buruk semasa hidupnya bisa berubah jadi vampir setelah meninggal -- kecuali jasadnya ditikam di dada dengan besi atau batang kayu sebelum dimakamkan. Ada juga yang memaku jenazah ke Bumi atau mencabuti gigi dari mulut mereka.
Sejarawan menjelaskan, orang-orang saat itu juga percaya batang itu juga akan membuat jasad terpaku dari kuburnya, agar mereka tak gentayangan tengah malam dan meneror masyarakat.
Tak ada kelas sosial tertentu bagi calon vampir. Ia bisa juga adalah kaum intelektual, aristokrat, atau bangsawan, bahkan pemuka agama.