10 Bukti Ponsel Pintar Bisa Mengubah Anda Jadi 'Zombie'

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada lonjakan kematian, kecelakaan lalu lintas, dan kejahatan.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 22 Feb 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2017, 07:48 WIB
zombie
Adegan film zombie komedi 'Shaun of the Dead. (foto: Studio Canal)

Liputan6.com, New York - Gawai (smartphone) telah mengubah masyarakat. Secara paradoks, perangkat sosial hebat itu sekaligus mengisolasi kita.

Banyak orang yang kemudian melaporkan telah ketagihan perangkat itu. Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada lonjakan kematian, kecelakaan lalu lintas, dan kejahatan terhadap pengguna aplikasi permainan.

Beberapa kawasan kota mencoba menambah infrastruktur untuk membantu warga yang terobsesi gawai.

Dikutip dari Listverse.com pada Selasa (21/2/2017), para profesional kesehatan mental bahkan telah mencoba memasukan ketagihan gawai dan teknologi dalam perangkat ukur Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorders.

Begitulah, kita dikelilingi oleh wabah gawai seperti kisah-kisah berikut:

1. Smombie

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber The Guardian)

Pada November 2015, kaat "smombie" terpilih menjadi Kata Kaum Muda Tahunan resmi di Jerman. Kata itu merupakan gabungan dari kata "smartphone” dan "zombie" dan menggambarkan ancaman nyata pada keselamatan umum.

Setelah beberapa kecelakaan tram terkait penggunaan telepon, kota Augsburg memasang lampu lalu lintas di permukaan tanah. Sejauh ini sudah 2 stasiun diperlengkapi dengan penerangan eksperimental yang terdiri dari 16 LED tersebut.

Reaksi pun beragam. Seorang warga mengatakan, "Lampu itu ideal untuk anak-anak yang langsung melihatnya."

Cologne juga memperlengkapi 3 stasiun dengan "bompeln" itu—suatu istilah Jerman yang berarti "lampu lalu lintas di permukaan."

Di Munich, seorang remaja putri berusia 15 tahun yang larut mendengarkan melalui headphone di perhentian tram mendapat peringatan lain. Persimpangan berbahaya diperlengkapi dengan perangkat yang berkomunikasi dengan telepon pintar melalui aplikasi “Watch Out!”

Suatu penelitian terkini di beberapa ibukota Eropa mengungkapkan bahwa sekitar seperempat warga berusia antara 25 dan 35 tahun lekat kepada layar gawai mereka ketika sedang berjalan.

2. Ketagihan Telepon Pintar

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber listverse.com)

Ahli psikoterapi Nancy Colier di New York baru saja menerbitkan "The Power of Off" yaitu suatu tulisan yang menelaah dampak negatif orang yang terlalu mengandalkan telepon pintar.

Menurut Colier, secara rata-rata orang memeriksa telepon setiap 6 menit, setara dengan 150 kali setiap harinya. Kaum dewasa muda mengirimkan lebih dari 100 teks setiap hari dan 46 persen di antara mereka merasa "tidak bisa hidup tanpa" telepon mereka.

Para peneliti di University of Maryland baru-baru ini mengungkapkan bahwa kebanyakan mahasiswa di 10 distrik mengalami tekanan ketika mencoba tanpa gawai selama 24 jam. Sepertiga di antaranya merasa lebih baik tanpa seks daripada tanpa gawai mereka.

Risiko kesehatan terkait itu juga serius. Kata Colier, "Tanpa ruang terbuka ataupun istirahat, sistem syaraf mandeg -- terus menerus berpikir tempur atau kabur."

"Kita jadi terhubung dan lelah setiap saat. Bahkan komputer saja mendapat 'reboot', tapi kita malah tidak melakukannya."

Colier menegaskan bahwa hubungan-hubungan di dunia nyata memberi kekuatan kepada kita. Hubungan digital malah menguranginya.

3. Kutukan Pokemon Go

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber syracuse.com)

Pokemon Go benar-benar sukses. Tapi, seminggu setelah peluncurannya pada Juli 2016, laporan bencana karena permainan itu muncul di mana-mana.

Permainan perburuan itu membawa para pemain mencari-cari sosok monster Pokemon dalam dunia nyata dan banyak yang tidak sanggup menghadapi apa yang mereka alami.

Shayla Wiggins dari Wyoming menemukan jasad membusuk di tepi sungai. Di Missouri, para perampok menggunakan tampilan lokasi pada permainan itu untuk menyergap para pemain yang terlarut dalam permainan.

Pada Januari 2017, seorang pemain berusia 60 tahun dari Virginia ditembak mati oleh seorang petugas keamanan. Jiansheng Chen sedang main Pokemon Go di minivan dekat rumah peristirahatan River Walk, Cheapeake.

Ketika seorang petugas keamanan mendekat, terjadi silat lidah, dan 5 peluru ditembakkan menembus kaca depan kendaraan. Chen tidak bersenjata, tapi tidak bisa berbahasa Inggris.

Pengacara Greg Sandler tidak yakin bahwa bahasa menjadi penyebab konflik, apalagi karena petugas keamanan itu seharusnya tidak membawa senjata karena dipekerjakan oleh Citywide Protection Services.

4. Jalur Khusus Gawai di Chongqing

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber The Guardian)

Pada September 2014, Chongqing, China, membuka jalur pejalan kaki khusus untuk para pengguna gawai. Sekarang ini, jalur itu dipisahkan dari jalur "sibuk" menggunakan garis putih cat semprot yang dianggap tidak memadai dan diharapkan berkembang menjadi teknologi sistem peringatan "kawasan telepon".

Jalur sepanjang 30 meter itu dilengkapi dengan tulisan "jalur pejalan kaki pertama di China khusus pengguna telepon genggam."

Tapi jalur demikian bukan untuk yang pertama kalinya. Kanal televisi National Geographic mencat jalur gawai serupa itu di Washington DC, sebagai bagian dari eksperimen sosial.

Pada 2012, Philadelphia mengumumkan pembukaan "e-lanes" bagi para pengguna gawai, walaupun ternyata itu hanya bagian dari banyolan bulan April.

Cedera akibat berjalan tanpa waspada telah meningkat di Amerika Serikat (AS), dari angka 256 pda 2005 ke angka 1506 pada 2010.

5. Swedia Paling Parah

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber thelocal.se)

Lebih dari satu dekade terakhir, ratusan pejalan kaki di Swedia cedera karena telalu lekat pada gawai mereka. Pada Mei 2016, Dinas Perhubungan Swedia mengumumkan setidaknya 650 warga Swedia cedera serius akibat kecelakaan terkait gawai sehingga memerlukan penanganan darurat.

Menurut juru bicara Tomas Fredelund, "Yang paling lazim adalah tertabrak kendaraan bermotor. Yang hampir setara adalah menabrak tiang lampu yang cederanya tidak separah itu."

Penelitian terkini terhadap 14 ribu pengguna gawai di 6 ibukota Eropa menengarai bahwa warga Stockholm adalah yang paling rentan karena meningkatkan risiko pada diri mereka saat berlalu lintas.

Menanggapi masalah parah itu, seniman Jacob Sempler dan Emil Tiisman menciptakan rambu palsu yang memperingatkan para pejalan kaki dan pengguna kendaraan terhadap bahaya zombie gawai.

Pada November 2015, rambu-rambu itu bermunculan di seluruh ibukota Swedia. Rambu itu menggambarkan pejalan kaki, pria dan wanit, yang pandangannya berpusat kepada layar telepon mereka.

6. Isyarat Hantu

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber listverse.com)

Hampir semua orang mengalaminya, ketika seakan-akan ada getaran atau bunyi denting, tapi tidak ada apapun ketika kita memeriksa telepon. Hal ini mungkin saja merupakan tanda ketagihan gawai sekaligus neurosis.

Daniel Kruger dari University of Michigan mengungkapkan, "Ketika orang mengalami ketagihan, mereka terlalu peka pada stimulus pemberi ganjaran."

Kruger dan timnya menanyai hampir 800 mahasiswa. Pertama, mereka mengisi uji kepribadian Ten Item Personality Inventory. Kemudian mereka membahas pengalaman mereka tentang isyarat hantu itu sebelum diminta mengisi survei Mobile Phone Problem Use Scale.

Kruger mengungkapkan bahwa mereka yang meraih lebih tinggi untuk kegigihan dan kestabilan emosi memiliki risiko lebih rendah ketagihan telepon. Kaum wanita dilaporkan memiliki ketergantungan yang lebih tinggi pada gawai dibandingkan dengan kaum pria.

Pada 2013, para peneliti mencoba menambahkan ketagihan kepada gawai dan teknologi ke dalam sistem ukur Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, walau belum berhasil.

Menurut Kruger, temuannya menjadi bukti adanya ketagihan gawai.

7. Obsesi Gawai di Seoul

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber Los Angeles Times)

Pada 2016, pihak berwenang Seoul mengumumkan peningkatan 3 kali lipat kecelakan lalu lintas terkait gawai dalam 5 tahun belakangan ini.

Mereka tidak memiliki data kecelakan para pejalan kaki, tapi angkanya cukup tinggi sehingga mengkhawatirkan pihak berwenang di kota itu.

Seoul kemudian memulai proyek 6 bulan senilai US$ 33 ribu yang menempatkan rambu-rambu di 5 kawasan pejalan kaki tersibuk di kota. Rambu-rambu itu bertuliskan, "Hati-hati dengan Gawai Ketika Berjalan.

Pejalan kaki pengirim teks mengungkapkan bahwa rambu-rambu demikian tidak memiliki dampak pada orang yang matanya melakat ke arah layar gawai.

Korea Selatan memiliki kepemilikan gawai tertinggi sedunia, dengan 88 persen orang dewasa memilki perangkat itu. Laporan Hyun-Cheob Cho dari Universitas Chongshin berbunyi, "Penelitian mengungkapkan bahwa 15 persen pengguna gawai Korea Selatan telah ketagihan."

Cho memperingatkan bahwa beberapa gejala kunci antara lain perasaan bahwa telepon merupakan kepanjangan dari tubuh dan perasaan cemas tanpanya. Dalam kasus-kasus ekstrem, orang bahkan enggan mandi tanpa membawa serta gawai mereka.

8. Lampu Persimpangan di Belanda

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber theverge.com)

Pada Februari 2016, sebuah kota di Belanda memperkenalkan lampu permukaan jalan di persimpangan pejalan kaki untuk memberi panduan kepada para “zombie gawai” menyeberang dengan selamat.

Lampu-lampu itu dipasang sebagai percobaan di suatu persimpangan sibuk di Bodegraven, dekat suatu sekolah. Lampu itu berbentuk garis yang dapat dilihat oleh mata orang-orang yang melekat ke perangkat mereka.

Warna lampu disamakan dengan warna lampu lalu lintas. Hijau untuk berjalan, merah untuk berhenti.

Anggota dewan kota bernama Kees Oskam mengungkapkan bahwa gangguan perhatian oleh gawai "menyedot perhatian dari lalu lintas."

Sesuatu harus dilakukan, tapi kelompok keamanan lalu lintas VVN menganggap pemasangan lampu-lampu itu sebagai "hadiah bagi perilaku buruk."

Jurubicara bernama Jose de Jong memperingatkan, "Orang harus selalu melihat sekeliling mereka untuk memeriksa apakah mobil-mobil memang berhenti di lampu merah."

Perusahaan pembuat lampu-lampu "zombie gawai" berharap bahwa keberhasilan percobaan di Bodegraven mendatangkan pesanan lanjutan.

9. Suku Menunduk di Hong Kong

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber South China Morning Post)

Menurut peneliti Ipsos Group, lebih dari 80 persen warga Hong Kong antara 15 dan34 memiliki gawai. Obsesi pada layar telah sedemikian parahnya sehingga ada ungkapan bahasa Kanton untuk mereka, yaitu "dai tau juk" yang berarti "suku menunduk".

Suku menunduk itu memiliki dampak besar di Hong Kong. Pada Februari 2015, ahli bedah syaraf bernama Harold Chen Kin-ming memperingatkan bahwa kepala yang menunduk karena penggunaan gawai menyebakan peningkatan perawatan rumah sakit akibat tekanan besar pada bagian servikal di tulang belakang.

"Berjalan tak fokus" bukan hanya tidak sehat, tapi juga merupakan gangguan umum. Menurut MTR Corporation, pengelola jasa angkutan umum, para pengguna gawai yang terlalu terbenam berjalan tanpa sadar ke arah kereta, mendadak berhenti di koridor, berkerumun di dasar eskalator atau tangga karena sedang menjawab pesan.

Seorang pelaju (komuter) menjelaskan bahwa "perilaku menyebalkan dan mementingkan diri itu semakin memburuk."

Para pengguna gawai yang sedang menyeberang menjadi ancaman terbesar bagi pejalan kaki maupun pengguna kendaraan bermotor. Pada 2001, Hong Kong telah melarang penggunaan perangkat genggam oleh para pengemudi.

10. Lonjakan Kematian Anak

Keranjingan pada penggunaannya berdampak kepada pelonjakan kematian kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. (Sumber ibtimes.co.uk)

Pada Februari 2017, British Department for Transport melaporkan bahwa penggunaan gawai menjadi penyebab utama pelonjakan kematian anak di jalan.

Data korban anak pejalan kaki menunjukkan peningkatan 6 persen untuk kematian dan cedera serius antara Juli dan September 2016, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Edmund King, presiden kelompok asosiasi permobilan AA di Inggris mengamati bahwa anak-anak yang lebih dewasa lebih rentan terhadap godaan gawai. Ia bersikeras bahwa perlu dilakukan lebih lagi untuk mendidik demografi ini.

Pada Oktober 2016 sebuah video merebak di internet dan menayangkan SUV bergerak menghujam balita berusia 2 tahun di Yueyang, China. Ibu anak itu sedang sibuk sangat sibuk dengan gawainya sehingga tidak sadar ada mobil bergerak.

Ketika pertolongan datang, anak perempuan itu sudah meninggal. Pemerintah setempat menggunakan peristiwa meninggalnya anak itu untuk menyerukan agar orang mengurangi penggunaan gawai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya