Liputan6.com, Canberra - Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, mengindikasikan kemungkinan besar penerbangan Australia mengikuti langkah Amerika Serikat yang melarang penumpang pesawat membawa laptop ke dalam kabin. Larangan itu ditujukan ke beberapa rute penerbangan internasional tertentu.
Sebelumnya pada Maret, AS dan Inggris melarang laptop dan perangkat elektronik lainnya masuk ke dalam kabin untuk penerbangan dari beberapa negara berpenduduk mayoritas muslim.
Dikutip dari ABC News Selasa (16/5/2017), Turnbull mengatakan pemerintah tidak bermaksud menerapkan larangan serupa. Mereka baru membahas bahwa larangan ini masih dalam proses pertimbangan.
Advertisement
Baca Juga
"Kami melakukan pengamatan dengan saksama. Kami juga mempertimbangkan semua informasi, saran yang kami terima secara internasional, dan bekerja sama dengan mitra kami," ujar Turnbull.
"Jika sudah pasti, pengumuman akan disampaikan secara langsung oleh Menteri Perhubungan," ucap Turnbull.
Komentar Perdana Menteri Turnbull diangkat oleh media setelah adanya laporan dari Presiden AS Donald Trump.
Trump mengungkapkan informasi sangat rahasia kepada pejabat Rusia tentang ancaman teroris dari kelompok radikal ISIS. Hal tersebut terkait penggunaan laptop di pesawat terbang.
Turnbull tidak mau mengomentari laporan tersebut, tidak pula diketahui apakah informasi yang sama telah diketahui pemerintah Australia. Namun ia mengatakan bahwa dirinya tetap memiliki "kepercayaan besar" dalam bersekutu dengan Amerika Serikat.
"Ini adalah fondasi keamanan nasional kita dan ini diperkuat lagi ketika Presiden Trump dan saya bertemu di New York beberapa hari lalu," ujar Turnbull.
Australia adalah salah satu kontributor terbesar dalam misi melawan kelompok ISIS yang dipimpin Amerika Serikat di Timur Tengah. Australia juga berbagi materi intelijen yang sangat rahasia dengan Amerika Serikat, sebagai bagian dari kesepakatan Five Eyes.
Five Eyes adalah semacam gerakan mata-mata yang dilakukan oleh lima negara. Lima negara itu adalah Amerika, Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan Australia.
Sebelumnya, pemerintah AS melarang perangkat elektronik seperti laptop dan tablet di bagasi kabin pesawat, pada penerbangan dari delapan negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sebuah sumber pemerintah AS mengatakan kepada BBC, bahwa larangan itu akan mempengaruhi sembilan maskapai yang beroperasi di 10 bandara Negeri Paman Sam.
Setelah Amerika Serikat, Inggris juga yang melarang laptop di bagasi kabin pada penerbangan dari negara-negara tertentu di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Kantor Perdana Menteri Inggris, Downing Street mengatakan, penumpang pesawat pada 14 maskapai tidak diperkenankan membawa laptop di bagasi kabin dalam penerbangan masuk dari enam negara mayoritas berpenduduk muslim seperti Turki, Lebanon, Yordania, Mesir, Tunisia, dan Arab Saudi.
Sementara itu, perangkat elektronik berukuran besar masih diperbolehkan masuk dalam bagasi.