Pasukan Kurdi yang Didukung AS Siap Rebut Kota Raqqa dari ISIS

Sejumlah aktivis melaporkan ISIS memaksa mereka untuk tetap tinggal di Kota Raqqa dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 05 Jun 2017, 08:15 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2017, 08:15 WIB
20161104-Tentara-Perempuan-Kurdi-Iran-Reuters3
Seorang pejuang perempuan Iran-Kurdi membawa senjatanya saat bertempur melawan kelompok ISIS di Bashiqa, dekat Mosul, Irak, Kamis (3/11). Awalnya, para wanita Kurdi hanya sebagai pasukan medis, komunikasi dan administrasi. (Reuters/Ahmed Jadallah)

Liputan6.com, Raqqa - Pertempuran untuk memperebutkan kendali de facto ISIS atas Kota Raqqa di bagian utara Suriah akan dimulai "dalam beberapa hari ke depan". Hal itu diungkapkan oleh juru bicara tentara pasukan Kurdi yang didukung oleh Amerika Serikat.

Tentara itu adalah Pasukan Demokratik Suriah atau Syrian Democratic Forces (SDF) yang dipimpin pejuang Kurdi. Dikutip dari Associated Press pada Senin (5/6/2017), mereka sudah berkemah di sekitar bagian utara dan timur kota itu, dan pada Sabtu mereka mendekati kota itu dari tepi selatan Sungai Efrat. Raqqa terletak di bagian utara sungai itu.

Juru bicara Cihan Sheikh Ehmed mengatakan SDF yang didukung Amerika Serikat ini akan menyerbu Raqqa sesegera mungkin.

Kelompok Pemantau HAM Suriah yang berkantor di Inggris mengatakan SDF telah terlibat dalam pertempuran sengit dengan militan ISIS di sepanjang bagian selatan Sungai Efrat--tepatnya di sekitar Mansoura--yang terletak sekitar 26 kilometer barat daya Raqqa. SDF mengatakan mereka telah mengendalikan 90 persen kota itu.

Besarnya ukuran Raqqa menjadi tantangan bagi SDF yang telah merebut kembali kota-kota yang lebih kecil di bagian utara Suriah dari ISIS. Hingga Maret lalu diperkirakan ada 300 ribu orang yang masih bertahan di Raqqa.

Sejumlah aktivis melaporkan ISIS memaksa mereka untuk tetap tinggal di Kota Raqqa dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia.

Raqqa adalah kota terbesar yang dikuasai ISIS secara menyeluruh di Suriah, setelah kelompok militan itu berhasil merebutnya dari para pemberontak pada Januari 2014.

Jatuhnya kota itu ke tangan ISIS membuat kelompok militan itu berhasil memperluas kekuasaannya hingga ke kota-kota lain di bagian utara Suriah dan Irak, dan secara resmi memisahkan diri dari pusat kepemimpinan Al Qaeda pada Februari 2016 lalu.

Tak lama kemudian, pemimpin ISIS menyatakan daerah-daerah yang mereka kuasai sebagai "kekhalifahan", yang membentang hingga ke Mosul, kota kedua terbesar di Irak. Namun, kota itu berhasil direbut oleh tentara Irak, menandakan kekuatan ISIS telah berkurang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya