Donald Trump Tawarkan Diri Jadi Penengah Krisis Qatar

Krisis di Timur Tengah terjadi usai beberapa negara memutuskan hubungan dengan Qatar.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 08 Jun 2017, 10:53 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2017, 10:53 WIB
Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump
Donald Trump saat mengumumkan hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris di Gedung Putih (1/6/2017) (AP Photo/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Washington DC - Krisis yang terjadi di Timur Tengah jadi perhatian khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Ia mengatakan, siap membantu menyelesaikan masalah tersebut.

Salah satu langkah yang diambil adalah mengundang Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani ke Gedung Putih. Ajakan tersebut disampaikan Trump langsung kepada Al Thani lewat sambungan telepon.

"Presiden menekankan pentingnya peran semua negara di dunia dan kerja sama antarkawasan untuk mencegah pendanaan ke organisasi teroris dan menghentikan promosi dari ideologi ekstrem," ucap pernyataan resmi Gedung Putih seperti dikutip dari The News, Kamis (8/6/2017).

"Presiden menawarkan untuk menolong pihak-pihak tersebut menemukan cara memperbaiki perbedaan, termasuk dengan menggelar pertemuan di Gedung Putih jika itu diperlukan," kata dia.

Krisis Timur Tengah dinilai akan berimbas pada AS. Sebab, Qatar merupakan basis angkatan udara Negeri Paman Sam di Timur Tengah. Di pangkalan militer tersebut terdapat 11 ribu tentara AS.

Terkait masalah ini, beberapa pejabat AS menuding Rusia sebagai biang kerok permasalahan. Negeri Beruang Merah menciptakan krisis lewat penyebaran berita palsu yang menyebut Emir Qatar memuji Israel dan Iran.

Sebelum mengundang Emir Qatar, lewat Twitter-nya Trump memanaskan kondisi di Timur Tengah. Ia ikut-ikutan menuding Qatar adalah negara yang mendanai aksi terorisme.

"Saat kunjungan saya ke Timur Tengah, saya mengatakan tidak boleh lagi ada pendanaan ke ideologi radikal," cuit Trump.

"Lihat para pemimpin menunjuk ke Qatar," tulis dia lagi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya