8 Pasukan Keamanan Afghanistan Tewas Diserang Taliban

Kelompok Taliban melepaskan tembakan ke arah petugas keamanan Afghanistan di Parwan Utara.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 21 Jun 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2017, 12:00 WIB
Pasukan keamanan Afghanistan menyemprotkan meriam air untuk membubarkan pemrotes dalam bentrokan pada 2 Juni 2017, menyusul serangan bom truk yang menghancurkan kota Kabul (AFP)
Pasukan keamanan Afghanistan menyemprotkan meriam air untuk membubarkan pemrotes dalam bentrokan pada 2 Juni 2017, menyusul serangan bom truk yang menghancurkan kota Kabul (AFP)

Liputan6.com, Kabul - Sedikitnya delapan orang dilaporkan tewas setelah kelompok bersenjata Taliban melepaskan tembakan ke arah petugas keamanan Afghanistan di Provinsi Parwan Utara.

Juru bicara gubernur provinsi Parwan, Wahida Shahkar telah mengonfirmasi peristiwa tersebut. Ia menambahkan, dua orang petugas lainnya mengalami luka.

Peristiwa itu bermula pada Senin 19 Juni 2017 malam, ketika penjaga keamanan diserang dalam perjalanan mereka ketika hendak bekerja di lapangan udara Bagram. Sebuah pangkalan militer utama milik Amerika Serikat yang berlokasi di Afghanistan.

Dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (21/6/2017) juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengaku, pihaknya bertanggung jawab atas penambakan tersebut.

Militan Taliban meningkatkan serangan mereka terhadap pasukan keamanan Afghanistan.

Tak hanya itu, sebuah afiliasi dari kelompok pemberontak ISIS juga berusaha untuk memperluas jejaknya di negara tersebut. Berbagai serangan dengan skala besar telah direncanakan di seluruh wilayah Afghanistan.

Pemrotes Afghanistan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dalam sebuah demonstrasi pada tanggal 2 Juni 2017 menyusul sebuah ledakan besar di Kabul (AFP)

Kepala Eksekutif Afghanistan, Abdullah pertama kali mengumumkan insiden itu melalui siaran langsung di televisi. Ia mengatakan pemerintah tengah menyelidiki kasus tersebut.

Semenatara itu, sejumlah warga sipil turun ke jalan, memprotes kebijakan pemerintah yang dianggap lalai dan tak mampu melindungi warganya. Aparat juga dianggap belum siap menanggulangi konflik di Afghanistan.

Protes di Kabul dimulai sejak awal bulan ini, setelah sebuah bom dengan skala besar menewaskan lebih dari 150 orang dan melukai lebih dari 450 warga sipil di jantung ibu kota.

Sejak peristiwa itu, sejumlah pemrotes menduduki jalanan dekat dengan istana presiden selama hampir tiga minggu. 

Para pengunjuk rasa juga melaporkan dua kematian dan mengatakan bahwa 27 orang yang tergabung dalam aksi demo mengalami luka-luka akibat serangan polisi. Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan oleh salah satu pengunjuk rasa mengatakan, 11 orang dari pihak mereka juga ditangkap oleh polisi.

Pasukan keamanan Afghanistan menyemprotkan meriam air untuk membubarkan pemrotes dalam bentrokan pada 2 Juni 2017, menyusul serangan bom truk yang menghancurkan kota Kabul (AFP)

Dalam aksi demonya, para pengunjuk rasa juga mendorong polisi untuk memblokir semua jalan menuju istana kepresidenan dan area diplomatik dan membatasi pergerakan kendaraan.

Dalam sebuah laporan terpisah, sebuah bom juga meledak di provinsi Nangarhar Timur. Seorang hakim tewas setelah kendaraan miliknya diledakkan pada Selasa pagi.

Juru Bicara Gubernur Nangarhar Timur, Attuhullah Khogyani mengatakan, Sher Rahman adalah hakim di pengadilan tinggi anti-korupsi. Tiga orang terluka, termasuk saudara Sher Rahman yang kala itu tengah bersama korban.

Tak ada konfirmasi dari pihak Taliban maupun ISIS. Kelompok bersenjata itu juga belum mengaku bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya