Fenomena Gerhana Matahari Total Juga Terjadi di Planet Lain?

Bulan perlahan-lahan menjauh dari Bumi sehingga di masa depan kita tidak akan lagi mengalami gerhana matahari total.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 10 Agu 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2017, 10:00 WIB
Gerhana matahari di Mars
Kendaraan Curiosity di planet Mars mengambil foto gerhana matahari tahunan di Mars ketika Phobos (bulan terbesar Mars) melintas tepat di depan matahari pada 20 Agustus 2013. (Sumber NASA/JPL-Caltech/Malin Space Science Systems/Texas A&M University)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai makhluk penghuni Bumi, kita memiliki hak istimewa untuk menyaksikan gerhana matahari total, yaitu suatu peristiwa langit ketika Bulan menghalangi sinar matahari menuju planet kita.

Lalu, apakah Bumi merupakan planet satu-satunya di sistem tata surya kita yang mengalami gejala spektakuler tersebut?

Jawabannya: tidak.

Menurut penjelasan para ahli astronomi yang dikutip dari Live Science pada Rabu (9/8/2017), gerhana matahari total dapat juga terjadi di planet-planet lain, asalkan mereka memiliki bulan (atau bulan-bulan) yang berukuran cukup besar untuk menutupi lingkar matahari dari pandangan planet tersebut.

Selain itu, orbit planet yang dimaksud harus sebidang dengan matahari.

Gerhana matahari total terjadi ketika suatu planet, bulan pengitar planet itu, dan matahari berjajar dalam bidang yang sama, lalu bulan yang cukup ukurannya melintas di antara planet dan matahari sehingga menghalangi seluruh cahaya matahari.

Christa Van Laerhoven, mahasiswa post doktoral bidang astronomi di University of British Columbia, Kanada, mengatakan, "Untuk mendapatkan gerhana matahari, hal pertama yang diperlukan adalah bulan."

"Syarat ini langsung menihilkan gerhana matahari di Merkuri atau Venus," katanya. Dua planet itu tidak memiliki bulan.

Mars memiliki dua bulan – Phobos dan Deimos – yang dua-duanya terlalu kecil untuk menyebabkan gerhana matahari yang bisa kelihatan dari Planet Merah itu.

Namun demikian, seperti dilanjutkan oleh Van Laerhoven, dua bulan itu bisa menyebabkan gerhana sebagian yang terlihat dari planet (atau oleh penjelajah Rover).

"Pemandangan dari bulan-bulan kecil itu lebih menarik. Mereka melihat Mars menutupi matahari secara lebih sering, dan, dalam beberapa musim, kejadian itu bisa setiap hari," demikian menurut ahli astronomi Matija Cuk yang menulis untuk blog Cornell University bertajuk "Ask an Astronomer."

Rover Curiosity milik NASA saat ini sedang menjalani ekspedisi di permukaan planet Mars (Foto: NASA).

Planet-planet gas raksasa --Jupiter, Saturnus, dan Neptunus -- semuanya bisa memiliki gerhana matahari total karena memiliki bulan-bulan yang besar, sehingga matahari tampak kecil dibandingkan dengan bulan-bulan itu, demikian menurut Cuk.

Akan tetapi, karena planet-planet itu terbuat dari gas, kita tidak mungkin berdiri di permukaannya untuk menyaksikan gerhana matahari.

Jika kita memiliki kapal angkasa khusus yang bisa melayang dekat gas berpusar itu, orang bisa sekilas melihat gerhana matahari. Planet Jupiter memiliki 67 bulan, termasuk Ganymede yang merupakan bulan terbesar dalam tata surya.

Karena bulan-bulan Jupiter mengorbit sebidang dengan matahari, maka planet itu pun bisa mengalami gerhana matahari, demikian menurut Cuk dan Van Laerhoven.

Bahkan, menurut para ahli astronomi, seseorang bisa saja mendarat di salah satu bulan Jupiter untuk menyaksikan gerhana matahari yang disebabkan oleh bulan-bulan lain di sana.

Lalu bagaimana dengan planet mungil Pluto? Van Laerhoven menjelaskan, "Charon (bulan terbesar Pluto) cukup besar dan cukup dekat ke Pluto untuk bisa menghasilkan gerhana matahari total Pluto."

Namun, karena sisi-sisi Pluto dan Charon yang saling berhadapan selalu sama, maka, seperti ditulis oleh Cuk, "Hanya satu sisi Pluto dan satu sisi Charon yang mengalami gerhana."

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Bulan Bergerak Perlahan Menjauhi Bumi

Potret Bumi dan Bulan dalam satu bingkai (NASA)

Untuk Bumi, bulan hampir sempurna sekali untuk menyebabkan gerhana. Bulan memiliki ukuran yang tepat, sehingga sepertinya seukuran atau lebih besar dibandingkan tampilan matahari ketika dilihat dari Bumi.

Van Laerhoven mengatakan, "Ini berarti bahwa ketika bulan melintas di depan matahari, maka fotosfer (lapisan terluar yang membara di matahari) terhalangi, tapi korona (lapisan atas atmosfer matahari) tetap terlihat."

Wanita itu mengingatkan bahwa bulan untuk Bumi perlahan bergerak menjauh dari planet kita. Sehingga, jauh di masa depan, ukuran tampilan bulan akan terlalu kecil untuk menutupi matahari secara keseluruhan jika dipandang dari Bumi.

Artinya, pada suatu hari nanti, bulan tidak bisa lagi menyebabkan gerhana matahari total, melainkan hanya gerhana tahunan saja. Saat itu, cincin cahaya matahari masih bisa terlihat, demikian menurut Van Laerhoven.

Para pakar menduga Bumi masih akan mengalami gerhana matahari total hingga kira-kira 600 juta tahun ke depan. Namun, sekarang, bulan masih berada di lokasi paling tepat untuk menyebabkan gerhana matahari total.

Van Laerhoven melanjutkan, "Alasannya kita tidak mengalami gerhana matahari setiap bulan adalah karena bidang orbit bulan sedikit meleset dari bidang orbit Bumi mengedari matahari."

"Ketika bidang-bidang itu meleset, berkuranglah kemungkinan terjadinya gerhana matahari. Kita hanya bisa mendapat gerhana matahari ketika mereka (Bumi dan bulan) terletak berjajar."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya