Liputan6.com, Jakarta - Planet Mars menjadi salah satu objek penelitian yang menarik bagi para ilmuwan. Hingga saat ini, para ilmuwan terus berusaha memahami karakteristik lingkungan Planet Merah yang berbeda drastis dengan Bumi.
Salah satu temuan menarik yang baru-baru ini terungkap adalah bahwa kecepatan suara di Mars tidak konstan seperti di Bumi. Kecepatan suara di permukaan Mars cenderung berubah-ubah.
Advertisement
Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana gelombang suara merambat di lingkungan ekstraterestrial. Penemuan ini juga memiliki implikasi penting bagi komunikasi dan eksplorasi masa depan di planet tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Melansir laman Space pada Selasa (11/03/2025), penemuan itu terungkap lewat penjelajah Perseverance NASA di Mars. Robot antariksa ini membawa sejumlah mikrofon guna mempelajari material di Mars.
Perseverance diluncurkan pada Juli 2020 dan mendarat di Kawah Jezero, Mars, pada Februari 2021. Kawah ini dipilih karena diyakini pernah menjadi danau purba yang berpotensi menyimpan jejak kehidupan mikroba masa lalu.
Rekaman mikrofon yang dikumpulkan oleh Perseverance menunjukkan suara cukup aneh di sana dengan hasil yang berbeda dengan di Bumi. Suara di bawah 240 hertz bergerak sekitar 30 kaki per detik, lebih lambat ketimbang suara bernada tinggi.
Hal ini disebabkan oleh molekul karbon dioksida yang membentuk 95 persen atmosfer Mars menyerap sebagian energi suara di frekuensi rendah. Tim ilmuwan dari institusi Prancis dan Amerika Serikat bergerak mempelajari kecepatan suara dan redamannya di Mars.
Mereka pun mengumpulkan dan menggunakan parameter yang berbeda, mulai dari tekanan atmosfer, suhu, hingga komposisi kimia di sejumlah titik di Mars. Perubahan parameter ini dapat meregangkan atau mengecilkan gelombang suara, sehingga faktor-faktor ini jadi penting dalam memprediksi sifat suara.
Mereka menghitung kecepatan dan redaman suara pada waktu berbeda dalam satu tahun serta menghitungnya di berbagai tempat di Mars. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa debu tak memengaruhi perambatan suara di Mars.
Kemudian perubahan kecepatan suara terhadap suhu juga menunjukkan hasil serupa dengan di Bumi. Namun, berbeda dengan di Bumi, kecepatan dan redaman suara sangat bergantung pada tingkat karbon dioksida.
Perbedaan terbesar dengan Bumi berasal dari fluktuasi suhu yang sangat besar. Pada tingkat lebih rendah, konsentrasi karbon dioksida setiap harinya juga berpengaruh.
Misalnya, di wilayah tempat tinggal penjelajah Perseverance, kadar merkuri berubah sekitar 50 derajat Celsius pada siang hari. Hal ini menyebabkan suara merambat hingga 100 kaki per detik dan mereda tiga kali lebih cepat pada cuaca panas ketimbang di cuaca dingin.
Penelitian ini juga memperlihatkan bagaimana kondisi atmosfer yang tipis dan kandungan gas yang dominan karbon dioksida menciptakan tantangan baru bagi komunikasi berbasis suara di Mars. Hal ini menjadi faktor penting dalam mengembangkan teknologi komunikasi di masa depan bagi astronot yang berencana melakukan misi berawak ke Mars.
Selain implikasi bagi komunikasi, temuan ini juga berpengaruh pada desain perangkat akustik yang akan digunakan di Mars. Misalnya, alat-alat untuk mendeteksi suara, sistem komunikasi berbasis suara, hingga perangkat yang mendukung keamanan misi di Mars.
Tanpa pemahaman ini, suara yang terdengar bisa terdistorsi atau bahkan tidak terdengar sama sekali, yang berpotensi membahayakan misi.
(Tifani)