Video NASA Menguak Detik-Detik Gerhana Matahari 21 Agustus 2017

NASA merilis video visualisasi gerhana matahari total AS yang akan melanda pada 21 Agustus 2017.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 07 Agu 2017, 21:45 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2017, 21:45 WIB
20160303-Gerhana-Matahari-Total-iStockphoto
Ilustrasi Gerhana Matahari Total (iStockphoto)

Liputan6.com, Washington, DC - Pada 21 Agustus 2017, sebuah kawasan di Bumi akan menjadi saksi mata sekaligus terdampak dari fenomena alam yang rutin --namun langka-- yang melibatkan dua benda langit Bulan dan Matahari. 

Fenomena itu lazim dikenal dengan sebutan gerhana matahari total --ketika Matahari, Bulan, dan Bumi berada dalam satu garis lurus, yang akan membuat sebagian besar wilayah di Amerika Serikat diselubungi kegelapan pada siang hari.

Sebagai salah satu langkah menghadapi fenomena langka itu, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis sebuah video yang memvisualisasikan detail lokasi penampakan gerhana matahari total di Negeri Paman Sam. Demikian seperti dilansir Futurism.com, Senin (7/8/2017).

Menurut video visualisasi yang diproduksi Direktorat Riset NASA Goddard Space Flight Center tersebut, gerhana matahari total AS itu akan membentang secara diagonal sejauh 112 km, 'membelah' Negeri Paman Sam dari Oregon di Barat Laut, hingga Carolina Selatan di Timur Laut.

Garis diagonal itu terletak di kawasan umbra, bagian bayangan Bulan di mana matahari terblokir sepenuhnya oleh Bulan. 

Video itu juga menunjukkan bahwa garis umbra tersebut akan berbentuk seperti poligon yang tidak beraturan dan agak melengkung, bukan lingkaran seperti yang mungkin dibayangkan sebagian besar orang.

"Visualisasi baru itu merepresentasikan bayangan umbra dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi dengan memperhitungkan pengaruh elevasi pada berbagai titik di Bumi, dan juga bagaimana sinar cahaya mengalir melalui kawah Bulan di sepanjang tepian Bulan yang meruncing," jelas Ernie Wright, pakar visualisasi dari Direktorat Riset NASA Goddard Space Flight Center.

Gambaran detail itu berasal dari pemasangan peta 3D di permukaan Bulan, yang dibuat oleh satelit robotik Lunar Orbiter milik NASA, dengan data elevasi tambahan untuk mengetahui lokasi jatuhnya bayangan gerhana. Karena relatif kecil, gerhana matahari hanya terlihat di suatu tempat di Bumi kira-kira setiap 18 bulan.

"Jadi, jika daerah Anda berada dalam jalur gerhana matahari total lebih dari sekali dalam setahun, bisa dikatakan Anda mendapat jackpot," pejabat NASA menjelaskan dalam video visualisasi tersebut.

"Karena rata-rata, tempat yang sama di Bumi hanya bisa mengalami gerhana matahari setiap 375 tahun," tambahnya.

Ke depan, siklus gerhana matahari di satu tempat akan bertambah, lebih dari 375 tahun. 

Sebab, ilmuwan mengatakan, posisi Bulan kian menjauh dari Bumi, sekitar 3,7 cm per tahun --setara dengan kecepatan pertumbuhan kuku jari manusia. 

Hal itu dipicu gaya sentrifugal Bulan saat berputar mengelilingi Bumi. 

Suatu hari nanti, Bulan akan terlalu jauh dari Bumi untuk menghalangi sinar matahari sepenuhnya. Gerhana matahari total pun kian langka. 

"Seiring waktu, jumlah dan frekuensi gerhana matahari total akan menurun," Richard Vondrak, seorang ilmuwan bulan di Goddard NASA, dalam pernyataan tersebut.

"Sekitar 600 juta tahun dari sekarang, Bumi mungkin akan mengalami gerhana matahari total untuk terakhir kalinya," tambahnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya