Liputan6.com, Kiev - Ukraina telah menurunkan seluruh patung tokoh komunis Uni Soviet Vladimir Lenin. Tindakan itu merupakan salah satu dari rangkaian aksi pemerintah untuk menyingkirkan seluruh simbol peninggalan Soviet di kawasan.
Seluruh 1.320 monumen dan patung sang pemimpin gerakan Bolshevik itu telah diturunkan di setiap kota dan desa atas perintah pemerintah pusat di Kiev. Demikian seperti yang dilansir Independent, Selasa (22/8/2017).
Pada 2015, Presiden ke-5 Ukraina Petro Porshenko mencanangkan undang-undang yang secara garis besar berisi tentang pelarangan pemajangan seluruh simbol, monumen, patung, dan berbagai jenis hal yang bernuansa Soviet di muka umum.
Advertisement
Baca Juga
Setelah undang-undang itu diimplementasikan, sejumlah nama jalan, simbol, dan --kini-- patung yang bernuansa atau bekas peninggalan rezim Soviet akan diturunkan dari muka publik di Ukraina.
Sebagai gantinya, sejumlah nama jalan yang semula bernuansa Soviet berubah menjadi nama-nama para pahlawan maupun tokoh Ukraina.
Contohnya, salah satu jalan bernama Lenin Street di Zakarpattia, berubah menjadi Lennon Street, sebagai bentuk penghormatan atas grup band The Beatles.
Volodymyr Viatrovych, direktur Institute of National Remembrance, mengonfirmasi bahwa setiap patung Lenin telah diturunkan bersama dengan 1.069 monumen eks-Soviet lainnya.
Namun, Viatrovych tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai rencana pemanfaatan lahan bekas monumen dan patung yang telah diturunkan tersebut.
Meski begitu, sejumlah relik eks-Soviet di kawasan Ukraina timur masih tetap berdiri. Kawasan itu terkenal sebagai lokasi kelompok separatis Donetsk People Republic yang mendukung dan didukung oleh Rusia.
Â
Kelompok Separatis di Ukraina Timur
Kelompok separatis pro-Rusia di wilayah Ukraina timur pada Selasa waktu setempat mengklaim telah mendirikan sebuah negara baru bernama Malorossiya. Dalam bahasa Inggris Malorossiya berarti "Little Russia".
Kini, kawasan itu populer disebut sebagai Donetsk People Republic dengan Ibu Kota yang berkedudukan di Donetsk.
"Kami menawarkan warga Ukraina solusi damai untuk keluar dari situasi sulit, tanpa perang," demikian disampaikan Alexander Zakharchenko, pemimpin kelompok pemberontak tersebut seperti dikutip dari The Washington Post pada Rabu 19 Juli 2017.
"Ini merupakan tawaran terakhir kami tidak hanya kepada warga Ukraina, namun juga seluruh negara yang mendukung perang sipil di Donbass," tambahnya.
Langkah tersebut dikhawatirkan akan meruntuhkan perjanjian damai Minsk Belarusia 2015 lalu. Kesepakatan itu dicapai oleh kelompok pemberontak dan pemerintah Ukraina demi mengakhiri kekerasan di wilayah timur negara itu.
Kabar terkait pendirian negara baru ini dengan cepat mengundang reaksi dari berbagai pihak. Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyebut, kelompok separatis itu sebagai "boneka yang menyiarkan pesan dari Rusia".
Oleh kelompok pemberontak, proklamasi Malorossiya dijuluki sebagai "peristiwa bersejarah". Dalam peta yang mereka rilis, seluruh wilayah Ukraina digambarkan sebagai bagian dari Malorossiya, terkecuali Krimea yang dianeksasi Rusia pada Maret 2014.
Kiev, akan ditetapkan menjadi "pusat sejarah dan budaya tanpa status sebagai ibu kota". Sementara itu Donetsk akan menjadi pusat politik baru di Malorossiya.
Kelompok itu juga merilis sebuah bendera, yang menurut mereka terinspirasi oleh sosok Bogdan Khmelnitsky, seorang pemimpin pemberontak yang melawan Polandia dan mengalihkan lahan-lahan Ukraina ke bawah kendali Rusia.
Â
Saksikan juga video berikut ini