Pria Paruh Baya Tewas di Festival Seks, Diduga Ini Penyebabnya

Kepolisian wilayah Kent menurunkan tim medis untuk memeriksa keadaan korban yang tewas di sebuah festival seks.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Agu 2017, 19:40 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2017, 19:40 WIB
Ilustrasi Pembunuhan
Ilustrasi Pembunuhan

Liputan6.com, Kent - Kepolisian wilayah Kent, Inggris menemukan titik terang dalam kasus penemuan jasad seorang pria di area penyelenggaraan Festival Seks Flamefest 2017.

Dikutip dari laman Daily Mail, Kamis (24/8/2017), otoritas setempat menduga, pria berusia 50 tahun tersebut meninggal bukan karena dibunuh atau disiksa, melainkan mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Kecurigaan tersebut berawal dari keterangan sumber yang tak disebutkan namanya. Polisi masih menyelidiki kemungkinan tersebut.

Temuan jasad seorang pria yang menjadi salah satu peserta Festival Seks Flamefest di Turnbridge Wells, Inggris tersebut membuat heboh warga sekitar.

Juru Bicara Kepolisian wilayah Kent mengatakan, pihaknya telah menurunkan tim medis untuk memeriksa keadaan korban. Namun sayang, nyawa pria itu tak dapat tertolong.

Hingga kini, kematian misterius tersebut belum disimpulkan penyebabnya.

Peter Marshall (70), warga setempat mengatakan, korban telah berada di kawasan Turnbrigde Wells sejak acara berlangsung.

"Saat hari terakhir penyelenggaraan festival, cuaca di wilayah tersebut sedang tak bersahabat. Hari begitu gelap dan hujan turun sepanjang hari. Untuk itu, korban memilih bermalam dan meninggalkan lokasi pada pagi hari," ujar Marshall.

Selain penemuan jasad seorang pria, polisi juga menemukan seorang wanita yang tak sadarkan diri. Untungnya, wanita tersebut masih dalam kondisi hidup dan segera dilarikan ke rumah sakit setempat.

Flamefest merupakan festival seks yang menyediakan "area bermain dewasa" yang di dalamnya terdapat berbagai macam wahana pemuas nafsu. Mulai dari buku bacaan bernuansa erotis, bathup air panas, dan ruang yang dilengkapi dengan mainan seks.

Untuk berpartisipasi dalam acara ini, pihak penyelenggara menjual tiket terusan selama tiga hari sebesar 600 pound sterling atau setara dengan Rp 10,2 juta.

Festival Kontroversi

Meski begitu, festival yang sudah berjalan selama dua tahun terakhir ini menuai banyak protes dari penduduk setempat. Pasalnya, perayaan itu diadakan di lahan yang tak jauh dari permukiman warga. Belum lagi, pihak penyelenggara tak pernah berkonsultasi dengan warga setempat terkait penyelenggaraan acara mesum itu.

Hal ini juga dibenarkan anggota dewan Kota Kent, Dianne Hill. Ia mengatakan, sudah banyak laporan berupa keluhan warga karena festival tersebut.

"Saya rasa, pihak penyelenggara melakukan hal yang salah. Ini adalah area permukiman warga. Tentu akan ada kekhawatiran terhadap acara ini," ujar Hill.

Di tengah kekhawatiran tersebut, salah satu penyelenggara acara Helen Smedley menyampaikan pernyataannya lewat akun Facebook miliknya.

"Tolong disebarluaskan. Sebetulnya kami telah meningkatkan pengamanan dengan mengerahkan anggota keamanan sepanjang pelaksanaan festival," ujar Smedley.

"Pihak kami telah mengadakan pertemuan dengan petugas polisi untuk membahas situasi seputar festival. Pihak kepolisian telah menyetujui penyelenggaraan acara dan mendukung acara yang sudah berlisensi ini," ia menambahkan.

Meski begitu, Helen Smedley tak menyampaikan pernyataannya tentang penemuan jasad seorang pria yang turut hadir dalam penyelenggaraan tersebut.

Selain menyajikan ruang seks kepada pengunjung, Flamefest juga menyajikan hiburan musik. Demikian dilansir dari laman Guardian.

Pihak panita mengatakan, untuk tahun ini ada 250 orang yang berpartisipasi dalam festival seks tersebut.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya