Liputan6.com, Washington, DC - Di tengah krisis Teluk, Amerika Serikat menghentikan sejumlah latihan militer dengan sekutunya di Timur Tengah. Negeri Paman Sam dikabarkan berusaha memanfaatkan pengaruhnya untuk mengakhiri perselisihan antara Qatar dan Arab Saudi yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Kolonel Angkatan Udara John Thomas, Juru Bicara Komando Pusat mengonfirmasi hal tersebut. Meski demikian, ia tidak menjelaskan apakah ini hanya berlaku sementara atau sebaliknya.
"Kami memilih keluar dari sejumlah latihan militer untuk menghormati konsep inklusivitas dan kepentingan regional bersama," terang Thomas dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Al Jazeera pada Sabtu (7/10/2017).
Advertisement
"Kami akan terus mendorong seluruh mitra untuk bekerja sama menuju solusi umum yang memungkinkan terwujudnya keamanan dan stabilitas di kawasan ini," imbuhnya.
Otoritas di Qatar belum menanggapi pernyataan tersebut, sementara sejumlah negara lainnya yang bersekutu dengan Saudi tidak mengakui adanya gangguan dalam latihan militer dengan AS.
Krisis Teluk telah memicu keretakan di Dewan Kerja Sama Teluk, sebuah blok yang dibuat sebagai penyeimbang pengaruh Iran.
Baca Juga
Militer AS sendiri mengadakan latihan untuk membangun kepercayaan diri pasukan lokal di mana banyak dari mereka menggunakan peralatan buatan AS.
Di antara latihan yang mungkin akan terpengaruh oleh kebijakan AS adalah Eagle Resolve. Itu adalah sebuah latihan tahunan yang diadakan sejak tahun 1999 yang membuat negara-negara yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk mengirim pasukan mereka untuk menyimulasikan pergerakan sebuah pasukan multinasional dalam pertempuran.
Latihan Eagle Resolve tahun ini diadakan di Kuwait pada Maret lalu dan melibatkan 1.000 pasukan AS. Washington dan sejumlah sekutunya di Teluk telah secara rutin menggelar latihan gabungan skala kecil di wilayah ini.
Kawasan Teluk Arab merupakan rumah bagi Armada Kelima Angkatan Laut AS dan basis penting untuk kampanye dalam melawan ISIS. Sementara, krisis Teluk yang pecah pada 5 Juni lalu didasarkan pada tudingan Arab Saudi cs terhadap Qatar bahwa negara itu mendukung teroris dan ekstremis.
Ketegangan berlanjut setelah Saudi cs menerapkan blokade darat, laut dan udara atas Qatar. Selain itu, mereka juga melakukan boikot ekonomi atas Qatar.
Sejak awal, pejabat militer AS mengatakan krisis Teluk tidak akan memengaruhi operasi mereka di wilayah itu. Namun, tak jelas apakah pernyataan tersebut masih berlaku hingga kini.
Qatar adalah rumah bagi Pangkalan Udara al-Udeid, markas besar Komando Pusat yang mengawasi kampanye pengeboman koalisi pimpinan AS melawan ISIS.