Liputan6.com, Jakarta - Kisah serangan pria bersenjata ke Istana Al-Salam di Jeddah paling menyedot perhatian pembaca Liputan6.com kanal Global pada Selasa (10/10/2017) pagi. Pelaku berhasil dilumpuhkan pihak keamanan.
Tak hanya itu, perkembangan kisah seputar penembakan Las Vegas kembali menyedot perhatian pembaca. Selain temuan senjata dan amunisi, pihak keamanan juga menemukan sebuah notes milik Stephen Paddock.
Kebohongan yang dilakukan oleh Dwi Hartanto, mahasiswa Indonesia di TU Delft Belanda, juga terus diikuti oleh pembaca. Beberapa hal mulai mengemuka tentangnya.
Advertisement
Berikut adalah Top 3 Global selengkapnya:
1. Istana Raja Salman di Jeddah Diserang, 2 Penjaga Tewas
Seorang pria bersenjata menyerang istana Raja Arab Saudi di kota Jeddah. Ia meletuskan senjata dan menewaskan dua penjaga. Sementara tiga penjaga lainnya terluka. Insiden terjadi pada Sabtu 7 Oktober 2017.
Penyerang Istana Al-Salam diidentifikasikan bernama Mansour al-Amri berusia 28 tahun dan warga Arab Saudi. Ia membawa senjata Kalashikov serta bom Molotov.
Amri turun dari kendaraannya di sebuah pos pemeriksaan di luar gerbang barat menuju Istana Al-Salam dan mulai menembak, menurut Kantor Berita Saudi.
2. Notes Penembak Massal Las Vegas Ditemukan, Apa Isinya?
Seminggu sudah penembakan massal Las Vegas berlalu. Namun, belum ada titik terang mengapa pelaku Stephen Paddock menghujani penonton konser musik Route 91 Harvest dari kamar hotelnya di lantai 32.
Meski demikian, dalam penyisiran di tempat kejadian perkara, polisi menemukan sebuah notes berisi tulisan tangan Paddock. Selain itu, aparat juga menemukan 23 pucuk senjata dan ribuan amunisi.
Mengutip CNN, Senin 9 Oktober 2017, notes itu berisi sesuatu yang cukup bikin bulu kuduk merinding.
3. HEADLINE: Kisah Terbongkarnya Dusta Dwi Hartanto
Nama Dwi Hartanto tengah ramai diperbincangkan publik. Mahasiswa Indonesia yang digadang-gadang menjadi The Next Habibie itu, ternyata telah melakukan sejumlah kebohongan atas klaim prestasinya.
Bagaimana kebohongan Dwi terungkap? Pembentukan sebuah tim investigasi menjadi permulaan. Kepada Liputan6.com, salah satu anggota tim investigasi terkait prestasi yang diklaim Dwi mengatakan, kejanggalan mulai terlihat sejak September 2017.
Saat itu situs Delft University of Technology (TU Delft), kampus tempat Dwi menimba ilmu, menyebut Dwi akan mempertahankan disertasi PhD.