Liputan6.com, Mexico City - Menteri Luar Negeri Meksiko Luis Videgaray memperingatkan jika Amerika Serikat mengakhiri Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), maka tindakan itu sama saja dengan "memutus" hubungan kedua negara.
Peringatan Menlu Videgaray tersebut muncul usai Presiden Donald Trump mengulang ancamannya akan "mengoyak" NAFTA yang beranggotakan tiga negara, yakni AS, Meksiko dan Kanada.
Terpuruknya hubungan AS dan Meksiko akan berdampak pada pada kerja sama bilateral melawan perdagangan narkoba dan migrasi ilegal. Kendati tak dapat dipungkiri bahwa relasi antara keduanya terus menurun sejak Trump memimpin Negeri Paman Sam dan menggelorakan sentimen anti-Meksiko.
Advertisement
Berbicara dalam sebuah sidang dengar pendapat dengan Senat pada hari Selasa waktu setempat, Videgaray menekankan bahwa Meksiko menginginkan sebuah kesepakatan mengenai NAFTA. Namun, di lain sisi, ia menegaskan pihaknya siap meninggalkan perundingan bahkan menarik diri sepenuhnya dari perjanjian tersebut.
"Kita harus selalu siap menyingkir dari meja. Ini merupakan postur logis dalam negosiasi apa pun. Ini juga merupakan prinsip martabat dan kedaulatan. Meksiko jauh lebih hebat dari NAFTA dan kita harus siap untuk menghadapi setiap skenario dalam negosiasi," terang Videgaray seperti dikutip dari The Guardian pada Rabu (11/10/2017).
Ia menambahkan bahwa akhir NAFTA "tidak akan menjadi akhir dunia".
Pernyataan Videgaray ini merupakan yang "terkeras" yang pernah disampaikan pihak Meksiko. Selama ini, pemerintahan Presiden Enrique Pena Nieto dikabarkan berusaha menghindari "adu mulut" dengan Trump, meski Presiden AS itu terus melontarkan retorika negatif terhadap negara tetangganya, khususnya terkait dengan pembangunan tembok perbatasan.
Analis menilai bahwa kesabaran Meksiko atas retorika negatif Trump menunjukkan bahwa negara itu berusaha "menjaga" NAFTA. Alasannya dapat dimengerti, mengingat lebih dari US$ 1 juta barang dagangan melintasi perbatasan kedua negara per menit.
NAFTA dinilai berpengaruh besar pada dunia bisnis Meksiko dan telah mengubah negara itu menjadi kekuatan ekonomi berorientasi manufaktur dengan 80 persen ekspornya mengarah ke pasar AS.
Hubungan ekonomi yang selama ini (sebelum kepemimpinan Trump) terjalin baik diimbangi pula dengan kerja sama yang erat dalam penegakan hukum dan imigrasi. Meksiko selama 15 tahun terakhir mengizinkan keterlibatan AS dalam upaya memerangi kelompok kriminal.
Dan pada tahun 2014, Meksiko melancarkan kampanye agresif melawan migran ilegal. Ini dilakukan di bawah tekanan Washington.
Kesabaran Meksiko Mencapai Ambang Batas?
Pernyataan teranyar Videgaray dinilai mencerminkan kesabaran Meksiko atas Trump telah habis.
Brenda Estefan, mantan atase keamanan di Kedubes Meksiko di AS menerangkan, lazimnya pejabat Meksiko akan mengusung isu perundingan dan keamanan secara terpisah. Namun, yang ditunjukkan Videgaray berbeda.
"Videgaray menekankan bahwa keseluruhan hubungan bilateral dipertaruhkan di atas meja. Dengan seluruh nasib hubungan bilateral ada di atas meja, Meksiko memiliki lebih banyak pengaruh -- akan sulit bagi AS untuk melenggang pergi," terang Estefan.
Dasar ancaman Trump untuk menarik AS dari NAFTA adalah ia menilai defisit perdagangan dengan Meksiko tidak adil bagi negaranya. Singkat kata, ia tidak melihat kesepakatan perdagangan ini membawa keuntungan bagi AS.
Advertisement