Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk mengaku tidak ingin manusia menciptakan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) yang sedemikian digdaya, bahkan menjadi agama baru.
Wiraswasta teknologi itu mengkritik rencana Anthony Levandowksi, seorang mantan insinyur Uber, untuk menciptakan sebuah sistem yang sangat cerdas yang bisa dipuja orang dan "berkontribusi kepada perbaikan masyarakat."
Melalui kicauan di Twitter pada 24 Oktober lalu, guna menanggapi ulasan VentureBeat tentang proposal Levandowksi tersebut, Musk mengatakan, "Ini masuk dalam daftar orang yang mutlak dilarang mengembangkan kecerdasan super secara digital…"
Advertisement
Dikutip dari Inverse.com pada Senin (30/10/2017), Anthony Levandowksi mendirikan agama baru yang dinamainya "Way of the Future" pada September 2015.Â
Menurut dokumen yang ditayangkan dalam acara Backchannel, kelompok itu sedang berusaha "untuk mengembangkan dan mempromosikan realisasi ketuhanan berdasarkan AI dan melalui pengertian serta pemujaan ketuhanan yang berkontribusi kepada perbaikan masyarakat." 'Tuhan' baru itu direncanakan muncul pada 2024.
Baca Juga
Tidak heran kalau Musk menentang gagasan tersebut. Sebelumnya, Musk pernah bicara tentang bagaimana AI dapat menjadi "risiko mendasar keberadaan peradaban manusia" jika tidak diawasi selayaknya.
Dalam masa tanya-jawab (Q&A) saat konferensi ISS R&D di Washington DC pada musim panas lalu, ia mengatakan bahwa AI mengalami kemajuan pesat "seperti gelombang pasang" sehingga diperlukan "sejenis badan regulator pemerintah" untuk mengawasi perkembangan teknologi baru tersebut.
Senada dengan proposal Musk tentang perlunya pengawasan regulator, cara terbaik untuk melangkah ke depan adalah dengan mendesak pada perancang sistem agar memikirkan etika dalam proposal-proposal mereka.
Kelompok IEEE Standards Association sedang mengerjakan salah satu aturan regulator tentang etika. Beberapa badan lain telah menyatakan ketertarikan mereka akan hal tersebut.
Namun demikian, seandainya Levandowski mengedepankan gagasannya tentang kecerdasan super yang mampu menciptakan sendiri panduan etis untuk diikuti manusia, masih ada pertanyaan apakah manusia memang akan memujanya.
Konsep Pembelajaran oleh Mesin
Pemikiran bahwa AI kemudian memimpin agamanya sendiri sebenarnya tidak terlalu mencengangkan. Vince Lynch, pendiri perusahaan IV.AI, mengungkapkan adanya kemiripan antara caranya mesin belajar dengan caranya Alkitab mengajarkan melalui perumpamaan-perumpamaan.
Kepada VentureBeat, Lynch menjelaskan, "Konsep mengajarkan mesin untuk belajar…dan kemudian mengajarkannya untuk mengajar (atau menulis AI) tidak terlalu berbeda dengan konsep keagamaan atau meraih pencerahan setelah banyak pelajaran yang diserap melalui berbagai tingkatan kesuksesan dan kegagalan."
Melalui pola ini, AI yang ada sekarang telah mulai mengerjakan tugas-tugas kreatif yang selama ini diduga secara ekslusif hanya ada pada manusia.
Pada musim panas lalu, para pakar ilmu komputer di London menggelar konser yang ditulis oleh AI setelah program tersebut belajar caranya menulis lagu-lagu rakyat melalui pembacaan dan identifikasi ribuan pola.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement