Liputan6.com, Canberra - Serikat pekerja guru Australia (AEU) mengusulkan bahwa mereka yang hendak menjadi guru seharusnya memiliki gelar sarjana S2.
Usulan tersebut masuk ke dalam satu usulan yang disampaikan ke badan kajian pemerintah Australia di bidang pendidikan yang diketuai oleh pengusaha David Gonski.
Badan tersebut dibentuk untuk melihat sistem pendanaan sekolah di Australia dalam hubungannya dengan tingkat melek huruf dan matematika yang menurun di Australia.
Advertisement
"Kami mengamati lebih dari 4.000 guru dan kepala sekolah, dan hanya 13 persen guru baru kami yang mengategorikan kelas pengajaran mereka sangat bagus," kata presiden federal Serikat Pekerja Pendidikan Australia (AEU), Correna Haythorpe, seperti dikutip dari ABC Australia Plus, Selasa (28/11/2017).
"Ini sangat memprihatinkan dan menjadi salah satu alasan mengapa kami percaya bahwa penting untuk memiliki gelar pascasarjana."
Namun, kritik terhadap proposal tersebut mengatakan bahwa lima atau enam tahun pendidikan tinggi bisa menghalangi banyak calon guru dan meningkatkan beban keuangan mereka.
AEU juga telah mendesak adanya peningkatan standar masuk minimum bagi jurusan pendidikan di universitas, yakni dengan nilai ATAR 70 atau di atasnya.
Baca Juga
ATAR adalah semacam nilai NEM bagi siswa sekolah menengah di Australia yang digunakan untuk masuk ke universitas.
Jumlah mahasiswa yang masuk universitas dengan ATAR lebih rendah dari 70, telah meningkat dari 25 persen pada 2006 menjadi 42 persen di tahun 2015.
"Kami tak ingin melihat universitas memperlakukan jurusan pendidikan sebagai sapi perah. Kami ingin memiliki persyaratan masuk minimum yang sangat tinggi sehingga kami bisa menarik 30 persen siswa terbaik ke dalam kelas tersebut," kata Haythorpe.
Lulusan pascasarjana, Elise Andrew, mengaku senang bahwa ia menjadi guru dan bekerja dalam berbagai bidang pekerjaan.
"Mengajar adalah profesi yang kompleks," kata Elise. "Ini adalah seni, ini sains, ini kerajinan, dan memiliki persiapan dan pengalaman sebanyak mungkin sangatlah penting."
Elise menyelesaikan gelar masternya di University of Melbourne, di mana Field Rickards membantu mendirikan bidang pengajaran di level pascasarjana pada 2008.
Gelar itu fokus pada praktik klinis, yakni menggunakan bukti tentang bagaimana seorang siswa belajar menyesuaikan dan beradaptasi dengan metode pengajaran.
"Mengajar sangat kompleks dan menantang dan penalaran canggih yang terlibat dalam memastikan bahwa setiap mahasiswa benar-benar belajar di kelas membutuhkan setidaknya studi pascasarjana," ujar Rickards, Dekan Emeritus Pendidikan di University of Melbourne.
Lama Studi Bisa Halangi Calon Guru
Usulan yang disampaikan oleh AEU tersebut masih kontroversial. Tidak semua kepala sekolah percaya bahwa gelar S2 diperlukan bagi guru yang mereka pekerjakan.
Seorang lulusan S1 di bidang pendidikan, Tom Davis, mengatakan bahwa selama empat tahun menuntut ilmu membuatnya siap sebagai guru sekolah dasar.
"Setiap tahun saya memiliki sejumlah besar teori, pengalaman praktis, dan pengetahuan konten dalam kelas saya," kata Davis.
Pria yang berkeinginan melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar itu, setuju itu adalah kualifikasi yang ideal.
Namun, ia mengatakan, menempuh pendidikan dua tahun dengan gelar S2 sebelum memasuki dunia kerja bisa menjadi masalah bagi sebagian orang.
"Uang bisa menjadi implikasi besar pada pilihan orang dan masa depan mereka," sebutnya.
"Begitu mahal untuk menempuh dan belajar selama itu, Anda harus menyediakan dana untuk itu yang harus dibayar kemudian lewat gaji dan itu bisa sangat menakutkan, saya kira."
Kepala sekolahnya di Montmorency South Primary School di Melbourne, Leanne Sheean, mengatakan bahwa para guru dengan gelar sarjana begitu terlatih. Namun, Sheean mengatakan bahwa dibutuhkan nilai ATAR yang lebih tinggi.
"Saya kira harus ada skor ATAR minimal karena Anda akan membuat orang memaksimalkan kemampuan mereka," ujar Sheean.
Selain mengusulkan guru harus bergelar S2, AEU mengkritik sejumlah program jalur cepat seperti Teach for Australia.
Mereka mendesak agar jumlah total pendaftaran untuk mengajar di universitas-universitas dibatasi, dengan mengatakan bahwa sistem pendidikan tinggi berbasis permintaan mengikis standar karena lebih banyak siswa berkualitas rendah diterima.
"Kami perlu mengangkat status mengajar sebagai profesi," kata Haythorpe.
AEU mengatakan, komponen praktis dari kelas pengajaran harus lebih fokus pada penempatan regional, pedesaan, serta wilayah terpencil, dan bekerja dengan siswa dari latar belakang yang kurang beruntung atau penyandang disabilitas.
Mereka juga menyebut bahwa pendampingan wajib juga harus diberlakukan.
Kajian Gonski akan dikirim ke Pemerintah Federal Australia pada Maret tahun depan.
Advertisement