6 Gempa Terdahsyat dalam Sejarah Dunia, Nomor 3 Guncang Indonesia

Diperkirakan ada 500 ribu gempa yang terjadi tiap tahunnya. Sekitar 100 ribu di antaranya bisa dirasakan manusia.

oleh Citra Dewi diperbarui 18 Des 2017, 20:40 WIB
Diterbitkan 18 Des 2017, 20:40 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Diperkirakan ada 500 ribu gempa yang terjadi tiap tahunnya. Sekitar 100 ribu di antaranya bisa dirasakan manusia.

Seperti pada Jumat 15 Desember 2017, jelang tengah malam. Kala itu, gempa kuat mengguncang Jawa Barat bagian selatan. Akibatnya, empat orang tewas, jalanan retak, sejumlah bangunan ambruk. Guncangan juga dirasakan di Jakarta, terutama oleh mereka yang tinggal di gedung-gedung tinggi.

Awalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, gempa tersebut berkekuatan 7,3 skala Richter, sebelum memperbaruinya menjadi 6,9 SR.

Sementara, Badan Survei Geologi AS mengatakan, lindu yang berpusat di Cipatujah itu berkekuatan 6,5 SR.

Lindu pada Jumat malam lalu kian membuktikan, Nusantara rawan gempa. Indonesia bertopang di atas zona tektonik yang sangat aktif, pertemuan tiga lempeng besar dunia: Pasifik, Australia, dan Eurasia, serta sejumlah lempeng kecil lain.

Negara kita berada di lingkaran 'cincin api Pasifik' atau Pacific Ring of Fire dan daerah kedua yang paling aktif di dunia -- sabuk Alpide. Terjepit di antara 2 wilayah kegempaan berarti, Tanah Air menjadi lokasi sejumlah letusan gunung berapi dan gempa terdahsyat yang pernah terjadi di muka Bumi.

Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut, Pacific Ring of Fire atau yang secara teknis disebut sebagai sabuk Circum-Pacific adalah sabuk gempa terhebat di dunia -- serial garis patahan yang membentang 40 ribu kilometer dari Chile di Belahan Bumi Barat (Western Hemisphere) lalu ke Jepang dan Asia Tenggara.

Kira-kira 90 persen dari semua gempa bumi di dunia dan 80 persen dari gempa bumi terbesar di dunia, terjadi di sepanjang Ring of Fire.

Sejumlah gempa berkekuatan sangat besar, lebih dari 8,5 skala Richter. Namun, bukan berarti makin besar magnitudenya, lindu tersebut pasti mematikan.

Berikut 6 gempa paling kuat sepanjang sejarah dunia, yang tercatat oleh instrumen buatan manusia, seperti dikutip sebagian dari situs ThoughtCo., Senin (18/12/2017):

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

 

 

 

1. Gempa Chile 1960: 9,5 Skala Richter

Gempa Terdahsyat Abad 21
Gempa 9,5 SR di Valdivia, Chile 1960 (Wikipedia)

Gempa terkuat sepanjang sejarah manusia terjadi di Chile. Hari itu, 22 Mei 1960 bumi berguncang hebat selama 11 menit.

Saksi mata, Jose Argomedo, yang sedang berkuda sore itu segera meloncat turun.

Ia mengira, Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah menjelma menjadi adu kekuatan senjata nuklir. Malapetaka membayangi benaknya.

Baru beberapa hari sebelumnya, Argomedo mendengar kabar, ketegangan antara dua negara adidaya memuncak. Rudal Soviet baru saja menjatuhkan pesawat mata-mata AS. Dari Moskow, sang pemimpin Nikita Khruschev mengancam akan memperlakukan Amerika seperti kucing yang kepergok mencuri. Mengangkat tengkuknya, "Lalu bikin mereka gemetar," kata dia seperti dikutip dari situs National Weather Service (NOAA).

Namun, perkiraannya salah. Perang Dunia Ketiga tak sedang berlangsung. Guncangan itu disebabkan gempa dahsyat, bahkan yang terkuat yang pernah tercatat sepanjang sejarah.

Gempa yang terjadi pukul 15.11 waktu setempat berkekuatan 9,5 skala Richter -- lebih besar dari kekuatan gempa yang memicu tsunami di pesisir Aceh dan Samudera Hindia pada 24 Desember 2004 yang sebesar 9,1 SR.

Episentrum atau pusat gempa berada di lepas pantai dekat Canete, sekitar 900 km sebelah selatan Santiago, ibu kota Chile. Lindu terjadi sebagai akibat subduksi lempeng Nazca ke bawah lempeng Amerika Selatan.

Akibatnya sungguh luar biasa, kehancuran terjadi di mana-mana. Terutama di Valdivia, di mana setengah bangunan yang ada di sana hancur lebur. Sehingga gempa itu disebut '1960 Valdivia Earthquake (Terremoto de Valdivia)' atau 'Great Chilean earthquake (Gran terremoto de Chile)'.

Tak hanya itu, korban yang selamat dari gempa harus menghadapi kejutan yang sama sekali tak dinanti: tsunami.

Sekitar 15 menit pascagempa, gelombang raksasa setinggi 25 meter menghantam wilayah pesisir. "Ribuan orang tewas," demikian dikabarkan kala itu, seperti dikutip dari situs CBS News.

"Seperempat penduduk Chile, atau lebih dari 2 juta orang, menjadi tunawisma. Seluruh kota porak poranda."

Diperkirakan jumlah korban tewas di Chile mencapai 1.655 orang. Termasuk saudagar paling kaya di Maullin, Ramon Atala. Meski selamat dari gempa, "ia kehilangan nyawa saat mencoba menyelamatkan barang berharga miliknya," demikian dimuat NOAA.

Gelombang kejut akibat gempa di Chile juga dirasakan seluruh dunia, memicu tsunami mematikan. Lalu, 15 jam kemudian, ombak raksasa menghantam Hilo dan Big Island di Hawaii -- yang jaraknya lebih dari 6.000 mil dari Chile. Akibatnya, 600 rumah rusak, 185 orang dinyatakan tewas atau hilang.

Tak berhenti sampai di situ. Sehari kemudian, tsunami setinggi lebih dari 5 meter menerjang Jepang, menewaskan 138 orang. Ombak gergasi lalu memantul, menyeberangi Samudera Pasifik, menuju Filipina -- menyebabkan 32 orang tewas atau hilang -- kemudian ke pantai barat AS dan menciptakan kerusakan di California.

Gempa Chile 1960 adalah yang terbesar yang pernah tercatat sepanjang sejarah, meski bukan yang terburuk.

2. Gempa Alaska 1964: 9,2 Skala Richter

Gempa 7,9 SR Guncang Kepulauan Alaska, Tsunami Kecil Menggulung
Gempa di kepulauan Alaska. (US Geological Survey)

Pada 27 Maret 1964, sekitar pukul 17.36 waktu setempat, sebuah gempa besar mengguncang area Prince William Sound, Alaska.

Akibatnya, 15 orang tewas akibat gempa, sedangkan 113 orang tewas akibat tsunami.

Peristiwa ini dinamakan Tragedi Good Friday, karena bertepatan dengan liburan umat Kristiani di Amerika Serikat.

Ketika itu, sebagian besar warga tengah berada di rumah. Sontak mereka kabur berlarian ke luar untuk menyelamatkan diri. Puluhan rumah dan bangunan hancur.

Gelombang tsunami tertinggi terjadi di kawasan Shoup Bay dan Valdez Inlet dengan ketinggian sekitar 219 kaki atau 67 meter, yang menghanyutkan bangunan di kawasan tersebut. Di Chenega, 25 orang dikabarkan terbawa gelombang tsunami.

Korban jiwa terbanyak berasal dari Kawasan Prince William Sound, setelah terjadi tanah longsor akibat guncangan gempa dan terjangan tsunami. Air limpahan dari lokasi ini juga menyerang daerah tetangga, Port Lades.

Seperti dikutip dari situs Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa terjadi sekitar 4,5 menit. Itu adalah lindu terdahsyat dalam sejarah AS.

3. Gempa Aceh 2004: 9,1 Skala Richter

Gempa
Masjid yang masih berdiri ditempa tsunami di Aceh. (foto: ABC.net)

Minggu pagi 26 Desember 2004, tak ada yang menyadari sebuah peristiwa kolosal sedang terjadi di dasar Samudera Hindia, lepas pantai Sumatera. Di dasar Bumi, di kedalaman 30 kilometer, lempeng Hindia disubduksi oleh lempeng Burma. Akibatnya sungguh tak terbayangkan.

Saat jarum jam menunjuk ke pukul 07.58 WIB, gempa dengan kekuatan 9,1 skala Richter terjadi. Pulau Sumatera berguncang hebat, terutama di Aceh. Lindu kencang selama 10 menit memicu kepanikan, kendaraan-kendaraan dihentikan di tengah jalan, mereka yang sedang olahraga pagi tiarap bahkan berbaring di trotoar atau aspal.

Bingung, kalut, orang-orang hanya bisa bertanya-tanya: apa yang sedang terjadi? Lainnya pasrah dan berserah diri, dengan bibir yang terus bergerak melafalkan doa-doa dan menyerukan asma Allah.

Saking kuatnya, dunia ikut berguncang, dalam arti sebenarnya. Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyebut, gempa berdampak pada rotasi Bumi, memperpendek durasi satu hari selama 2,68 mikrodetik, sedikit mengubah bentuk planet manusia, dan menggeser Kutub Utara beberapa sentimeter.

Ternyata, itu baru permulaan...

Di Meulaboh, yang terletak 245 km sebelah tenggara Banda Aceh, lautan surut jauh, ikan-ikan menggelepar di sana-sini. Warga yang penasaran menghampiri pantai.

Beberapa saat kemudian, panik terjadi, gelombang raksasa dari laut melaju kencang ke arah mereka. Suara gemuruhnya mengalahkan teriakan histeris terkuat yang bisa dikeluarkan dari kerongkongan manusia, orang-orang berlarian ke segala arah. Mencari selamat. Bah juga bergulung ke pusat Kota Banda Aceh, menerjang apa pun yang dilewatinya.

Malaikat belum lagi meniup sangkakala. Namun saat itu banyak yang menyangka, kiamat sedang terjadi.

Dari Aceh, gelombang gergasi memantul ke 12 pantai di pesisir Samudera Hindia. Korban-korban berjatuhan di Indonesia, Thailand, Sri Lanka, India, Maladewa, Thailand, Myanmar, Malaysia, Somalia, Tanzania, Seychelles, Bangladesh, dan Kenya. Total 230 ribu nyawa terenggut.

4. Gempa Jepang 2011, 9 SR

Penampakan Fukushima Jepang Setelah Ditinggal Para Penghuninya
Pria ini berhasil masuk ke daerah terlarang di Fukushima Jepang dan mengabadikannya dalam beberapa foto. Tengok penampakannya di sini. (Foto: Facebook)

Pada Jumat 11 Maret 2011 pukul 13.46 waktu setempat, gempa 9,0 skala Richter mengguncang Jepang. Lindu juga menyebabkan gelombang tsunami setinggi 10 meter menghempas ke daratan.

Negeri Sakura dirundung petaka. Lebih dari 20 ribu orang tewas, belum yang dinyatakan hilang. Tsunami juga menenggelamkan kawasan pesisir.

Desa-desa terendam, terlupakan, dan membeku. Gelombang ganas yang menerjang PLTN Fukushima Dai-ichi membuat reaktor luruh dan memicu krisis nuklir terparah yang menimpa Negeri Sakura pasca-Perang Dunia II -- ketika bom atom menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.

Ancaman gempa belum usai.

Pada 2014, Tokyo Earthquake Research Institute mengeluarkan hasil studi yang mengkhawatirkan bahwa gempa 11 Maret 2011 telah menyebabkan tekanan besar pada pertemuan lempeng tektonik yang berada di bawah Tokyo. Tekanan ini secara signifikan meningkatkan kemungkinan bergeraknya lempengen-lempengan itu secara simultan pada dua titik atau lebih.

Lembaga penelitian tersebut memperkirakan, hal tersebut bisa memicu gempa berkekuatan 7,3 di skala Richter. Meski kekuatannya jauh lebih kecil, dampaknya bisa luar biasa di kawasan padat penduduk. "Kami perkirakan sekitar 10 ribu orang akan tewas, dan kerugian ekonominya bisa mencapai 1 triliun dollar", ungkap Naoshi Hirata seperti Liputan6.com kutip dari situs Deutsche Welle (DW).

Benarkah gempa besar akan mengguncang Tokyo? Kekhawatiran itu ternyata berdasar.

Seperti dikutip dari situs sains NewScientist, sejumlah gempa kecil menjadi lebih sering menggetarkan Tokyo selama beberapa tahun belakangan, memicu akumulasi tekanan tektonik.

Dampak Gempa Tohoku 2011 lalu, juga menambah potensi terjadinya gempa besar di ibu kota Jepang itu. Namun, para seismolog tak bisa memprediksi kapan lindu akan terjadi, atau sistem sesar mana yang akan pecah.

5. Gempa Rusia 1952: 9 Skala Richter

Ilustrasi tsunami
Ilustrasi (iStock)

Gempa kuat terjadi pada 4 November 1952 di Semenanjung Kamchatka, Rusia.

Awalnya, kekuatannya disebut sebesar 8,2 skala Richter. Namun kemudian direvisi menjadi 9 SR.

Hebatnya, tak ada korban jiwa satupun di sekitar episentrum lindu.

Baru beberapa lama kemudian, korban jiwa dilaporkan jatuh. Itu pun bukan nyawa manusia.

Di wilayah 3.000 mil jauhnya, 6 sapi di Hawaii mati gara-gara tsunami yang dipicu gempa dahsyat.

6. Gempa Chile 2010: 8,8 Skala Richter

Ilustrasi Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (Liputan6.com/Sangaji)

Pada 27 Februari 2010, gempa berkekuatan 8,8 skala Richter mengguncang Chile. Korbannya relatif banyak, sekitar 500 orang.

Chile terletak di busur gunung berapi dan garis patahan yang mengelilingi Samudera Pasifik -- atau lebih dikenal sebagai "Ring of Fire " (Cincin Api Pasifik).

Mark Simons, ahli geofisika di Caltech, Pasadena, California mengatakan, Chile sering mengalami letusan gunung api dan gempa bumi. Sejak 1973, lebih dari 10 kejadian gempa yang kekuatannya di atas 7 skala Richter.

Gempa 8,8 SR Chile memungkinan menggeser poros bumi dan memperpendek usia hari. Demikian dikatakan para ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Selasa 2 Maret 2010.

Perubahan poros bumi tidak signifikan, tetapi berlangsung permanen di mana, berdasarkan perhitungan awal, satu hari akan akan menjadi lebih pendek 1,26 mikrodetik. Satu mikrodetik setara dengan satu per satu juta detik.

Seperti dikutip dari laman CNN, gempa besar memindahkan bebatuan dan mengubah distribusi massa planet Bumi. Saat distribusi itu berubah, maka mengubah pula kecepatan rotasi planet. Dan, tingkat rotasi itu menentukan panjangnya waktu dalam satu hari.

Richard Gross, ahli geofisika Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, menggunakan model komputer untuk menentukan bagaimana gempa 8,8 SR tersebut bisa mempengaruhi Bumi.

Dia menjelaskan bahwa gempa tersebut mengubah poros utama Bumi sekitar 8 sentimeter. Poros utama itu merupakan satu putaran di mana massa Bumi diseimbangkan. Pergeseran poros itu yang kemungkinan bisa memperpendek hari.

Gempa bumi 9,1 SR tahun 2004 yang memicu gelombang tsunami mematikan di Samudera Hindia, memperpendek hari sebesar 6,8 mikrodetik. Di sisi lain, usia hari bisa bertambah. Sebagai contoh, bila waduk Three Gorges di China diisi air, maka waduk tersebut akan menampung 40 kilometer kubik air. Perubahan massa tersebut akan memperpanjang usia hari sebesar 0,06 mikrodetik. (Ein)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya