Dalam 48 Jam, Serangan Koalisi Saudi Tewaskan 71 Orang di Yaman

Setidaknya 71 orang tewas dalam 48 jam akibat serangan udara koalisi Arab Saudi yang menargetkan pemberontak Houthi di Yaman.

oleh Citra Dewi diperbarui 26 Des 2017, 14:11 WIB
Diterbitkan 26 Des 2017, 14:11 WIB
Sejumlah warga mengamati reruntuhan pusat penahanan Houthi yang diserang pasukan koalisi Saudi dari udara di Sanaa (13/12/2017).
Sejumlah warga mengamati reruntuhan pusat penahanan Houthi yang diserang pasukan koalisi Saudi dari udara di Sanaa (13/12/2017). (AP Photo/Hani Mohammed)

Liputan6.com, Sanaa - Setidaknya 71 orang tewas dalam 48 jam akibat serangan udara koalisi Arab Saudi yang menargetkan pemberontak Houthi di Yaman. Demikian seperti yang dilaporkan media lokal.

Dikutip dari Al Jazeera, Selasa (26/12/2107), sejumlah warga mengatakan bahwa sejumlah serangan udara menghujani Sanaa pada Senin, 25 Desember 2017. Akibat peristiwa itu, 11 orang tewas, termasuk tiga anak-anak dan dua perempuan.

Seorang aktivis pro-Houthi, Abdul Malek al-Fadhl, mengatakan bahwa dua bangunan di Hay Asr--wilayah tetangga Sanaa--rata dengan tanah. Saat itu, serangan koalisi menargetkan rumah Mohammed al-Raimi, seorang pemimpin Houthi lokal.

Fadhl mengatakan, pesawat tempur juga menargetkan mobil Raimi saat ia mencoba melarikan diri.

Jaringan televisi yang dikelola Houthi, Al Masirah TV, mengatakan setidaknya delapan warga sipil, termasuk dua perempuan, tewas dalam serangan di Provinsi Hodeidah.

Sementara itu, empat warga lainnya tewas dalam penyergapan di sebuah gedung pemerintahan di Provinsi Dhamar.

Kantor berita yang dikelola Houthi, Saba, melaporkan bahwa setidaknya terdapat 48 warga yang tewas, termasuk 11 anak-anak, dalam 51 serangan udara di sejumlah wilayah Yaman pada 24 Desember.

Saba juga melaporkan bahwa sejumlah orang tewas dalam empat serangan udara yang menargetkan pengunjuk rasa di distrik Arhab yang memprotes soal keputusan Donald Trump. Namun, belum ada tanggapan dari Arab Saudi mengenai hal tersebut.

Menurut jurnal The Lancet, lebih dari 18 juta warga sipil Yaman tinggal di daerah yang dikuasi pemberontak. Di sana mereka harus dapat bertahan hidup dengan persediaan makanan sedikit dan perawatan medis yang terbatas.

Yaman Terkoyak Akibat Konflik

Wabah Kolera
Seorang anak yang diduga terinfeksi kolera dirawat di sebuah rumah sakit di Sanaa, Yaman (15/5). Kolera adalah infeksi bakteri pada usus halus yang bisa menyebabkan diare parah dan dehidrasi serta dapat menyebabkan kematian. (AFP Photo/Mohammed Huwais)

Konflik telah berkobar di Yaman sejak 2014, yakni kala pemberontah Houthi yang bersekutu dengan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, berhasil menguasai daerah-daerah terpencil di negara tersebut, termasuk Sanaa.

Pada 2015 Arab Saudi meluncurkan kampanye udara besar-besaran melawan pemberontak pada Maret 2015.

Sejak saat itu, Houthi berhasil dipukul mundur di sebagian besar wilayah selatan. Namun, mereka tetap memegang kendali sebagai besar wilayah utara.

Arab Saudi pun mengintensifkan embargonya di Yaman pada bulan lalu, setelah pemberontak Houti meluncurkan sebuah rudal balistik ke Riyadh.

Meski blokade itu bertujuan untuk memotong pasokan senjata Houthi dari Iran, hal tersebut berdampak buruk warga sipil Yaman, di mana delapan juta orang di sana mengalami kelaparan.

Menurut PBB, konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan melukai lebih dari 40.000 orang lainnya sampai saat ini.

Negara tersebut pun mneghadapi wabah kolera mematikan, yang telah menewaskan sekitar 2.000 orang dan menjangkut ke lebih dari satu juta orang sejak April 2017.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya