Liputan6.com, Jakarta - Segitiga Bermuda adalah sebutan bagi wilayah imajiner yang menghubungkan tiga titik, yaitu Bermuda, Puerto Rico, dan Miami di Amerika Serikat. Area perairan tersebut konon angker, bahkan dituduh sebagai markas UFO hingga rumah iblis Dajal.Â
Meski para pakar telah banyak memberikan penjelasan ilmiah, Segitiga Bermuda tetap memicu rasa penasaran.
Wajar memang jika kawasan laut tersebut dianggap misterius bagi sejumlah kalangan, terlebih lagi bagi para pelaut dan penerbang -- mengingat telah banyak catatan kasus kapal dan pesawat hilang di wilayah maritim di Amerika Tengah itu.
Advertisement
Baca Juga
Belum habis rasa penasaran orang terhadap kawasan laut yang berjuluk The Devil's Triangle itu. Kini, dunia kemaritiman internasional kembali dibuat riuh dengan kemunculan apa yang dijuluki "segitiga bermuda baru".
Kemunculan segitiga bermuda baru itu, sesuai dengan namanya, benar-benar baru saja muncul pada beberapa bulan terakhir.
Berawal dari buah bibir, kini segitiga bermuda baru itu menjadi fenomena yang tampak memiliki relevansi dengan sejumlah peristiwa kemaritiman baru-baru ini.
Penasaran dengan detail seputar "The Devil's Triangle" baru tersebut? Berikut, lima fakta tentang segitiga bermuda baru, seperti Liputan6.com kutip dari berbagai sumber (7/2/2018):
1. Terletak Dekat dengan Indonesia
Seorang pakar kemaritiman untuk firma konsultan manajemen risiko asal Jerman yang juga mantan kapten kapal tanker selama 14 tahun mengafirmasi mengenai eksistensi segitiga bermuda baru di kawasan Indo Pasifik -- dekat dengan Indonesia.
Rahul Khanna yang menjabat sebagai Global Head of Marine Risk Consulting Allianz menggambarkan segitiga bermuda baru itu berada pada kawasan maritim yang terhubung pada tiga titik yang dihubungkan dengan garis imajiner. Tiga titik itu terletak di Laut Andaman di Samudra Hindia, Laut Maluku, hingga Laut Jepang Utara.
"Telah banyak yang menyebut bahwa kawasan yang luas itu kerap disebut sebagai segitiga bermuda baru," kata Khanna, seperti dikutip dari portal multimedia progresif Amerika Serikat, Big Think (6/2/2018).
Advertisement
2. Sering Terjadi Kecelakaan
Rahul Khanna yang menjabat sebagai Global Head of Marine Risk Consulting Allianz memaparkan bahwa penyebutan segitiga bermuda baru di wilayah maritim Indo Pasifik itu lazim diasosiasikan sebagai lokasi sejumlah kecelakaan maritim yang terjadi sepanjang 2017 hingga awal 2018 ini.
"Jelas kawasan maritim itu merupakan salah satu lokasi di mana insiden perkapalan kerap terjadi. Tak hanya sibuk, kawasan tersebut juga rentan akan cuaca buruk. Dan, menurut pandangan saya, kawasan itu kerap kali tidak menerapkan standar keamanan pelayaran sesuai dengan regulasi internasional," tambahnya.
Kecelakaan yang menimpa banyak kapal di kawasan tersebut meliputi tabrakan, kebocoran lambung atau isi kargo kapal, kebakaran, ledakan, hingga tenggelam.
Terakhir kali, kapal tanker minyak Sanchi asal Iran yang berbendera Panama mengalami kebakaran, meledak, dan tenggelam di Laut China Selatan setelah menabrak kapal tanker CV Crystal berbendera Hong Kong pada awal Januari 2018.
Insiden itu tak hanya menewaskan seluruh awak kapal Sanchi, tetapi juga mengakibatkan bencana lingkungan, di mana minyak yang dibawa kapal tersebut tumpah ke laut di kawasan segitiga bermuda baru tersebut.
3. Mencakup Sepertiga dari Total Kecelakaan Pelayaran Dunia per Tahun
Sementara itu, seperti dikutip dari Big Think, kawasan segitiga bermuda baru yang terbentang dari Indo China, Indonesia, Semenanjung Malaya, Semenanjung Korea, dan Jepang itu telah menjadi tempat terdepan dalam kecelakaan maritim di dunia.
Pada 2016 saja, 34 kapal mengalami kecelakaan di wilayah tersebut -- membentuk sekitar 40 persen dari total 85 kerugian pelayaran global, menurut perusahaan asuransi kelautan Allianz.
Sementara itu, laporan MarineLink menyebut bahwa kawasan segitiga bermuda baru itu memiliki rata-rata 39 total kerugian kapal per tahun, sekitar sepertiga dari jumlah seluruh dunia.
Advertisement
4. Enam Kapal Angkatan Laut AS Ikut Jadi Korban
Bahkan Angkatan Laut Amerika Serikat turut memiliki masalah di wilayah itu, melibatkan USS Lake Champlain, USS Fitzgerald, USS Antietam, dan USS John McCain.
Tujuh belas pelaut kehilangan nyawa mereka dalam bencana yang melibatkan kapal perusak Fitzgerald dan John S McCain, kata Navy Times.
5. Kondisi Alam atau Kesalahan Teknis?
Meskipun tidak ada yang misterius dari insiden di segitiga bermuda baru itu jika dipertimbangkan secara kasus-per-kasus, banyaknya kecelakaan yang terjadi memicu banyak orang membandingkan kawasan tersebut dengan Segitiga Bermuda di Amerika Tengah.
Di sisi lain, Volker Dierks, yang mengepalai firma Allianz untuk Eropa Tengah dan Timur, menganggap seluruh insiden tersebut dipicu atas fakta bahwa "kapal semakin besar", yang meningkatkan risiko tabrakan.
Akan tetapi, pakar lain punya pendapat berbeda.
"Dewasa ini, di mana kapal telah dilengkapi dengan sistem anti-tabrakan, radar, dan identifikasi, dua kapal yang saling bertabrakan di kawasan laut itu seharusnya tidak terjadi," kata Simon Boxall, ahli oseanografi dari University of Southampton kepada ABC Radio, seperti dikutip dari Yahoo News Australia.
"Apalagi, banyak kejadian itu terjadi di wilayah laut yang tidak sempit," pungkasnya.
Advertisement