7 Kecelakaan Misterius Korban 'Kutukan' Segitiga Bermuda

Tak hanya pada masa lalu. Segitiga Bermuda kembali menelan korban. Kali ini, sebuah pesawat berpenumpang 4 orang hilang di sana.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 19 Mei 2017, 20:20 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2017, 20:20 WIB
Piramida kristal yang diklaim berada 2.000 meter di bawah Segitiga Bermuda
Piramida kristal yang diklaim berada 2.000 meter di bawah Segitiga Bermuda (Weekly World News)

Liputan6.com, Florida - Pasukan Penjaga Pantai Amerika Serikat (US Coast Guard) masih menyisir area Segitiga Bermuda. Mereka mencari keberadaan pesawat MU-2B yang dilaporkan hilang di sana. Nasib empat orang -- termasuk dua anak-anak -- yang ada di dalam kapal terbang itu juga masih misterius.

Pesawat tersebut menghilang dari radar, setelah terbang sekitar 1 jam, dari Puerto Rico ke Florida. Keberadaannya kali terakhir diketahui di titik 24 kilometer di timur Eleuthera, Bahama.

"Belum ada puing pesawat maupun penumpang selamat yang ditemukan," kata Eric Woodall, juru bicara US Coast Guard," seperti dikutip dari Strait Times, Jumat (19/5/2017).

Insiden hilangnya pesawat yang dipiloti Nathan Ulrich tersebut membangkitkan kembali reputasi angker Segitiga Bermuda yang belakangan meredup pada era modern.

Segitiga Bermuda, atau Segitiga Iblis, menjadi sorotan sejak tahun 1950-an. Wilayah imajiner yang menghubungkan Miami di Florida, Bermuda, dan Puerto Rico itu dianggap bertanggung jawab atas hilangnya sekitar 20 pesawat dan 50 kapal dalam kurun waktu 100 tahun.

Segitiga Bermuda (Foto: Noaa National Ocean Service).

Selain kecelakaan pesawat MU-2B, sejumlah peristiwa hilangnya kapal terbang dan kapal juga terjadi di Segitiga Bermuda, berikut 7 di antaranya seperti dikutip dari situs Wonderslist, Jumat (19/5/2017):

1. Penerbangan 19

Reputasi menakutkan Segitiga Bermuda berawal pada 5 Desember 1945. Kala itu, kesatuan angkatan udara Amerika Serikat, Flight 19 atau Penerbangan 19 bertolak dari Florida. 

Pada jam 14.10 waktu setempat, di bawah komando Letnan Charles Taylor, lima jet pengebom torpedo TBM Avenger bermesin tunggal keluar dari pangkalan udara Fort Lauderdale. Para pilot bersiap melakukan misi rutin, termasuk berlatih menjatuhkan bom dan latihan navigasi. 

Sekitar 90 menit setelah lepas landas, Letnan Taylor lewat radio melaporkan, tim tersesat dan kompas tidak berfungsi. "Kami tak tahu, ini di mana," kata dia seperti dikutip dari situs History. "Kami mulai tersesat setelah belokan terakhir." 

Selama dua jam kemudian, Letnan Taylor mengarahkan pesawat -- yang ia kira menuju Miami -- namun nyatanya justru mengarah ke Samudera Atlantik.

Karena bahan bakar jet tempur nyaris habis, sempat terdengar perintah agar awak bersiap menghadapi pendaratan darurat di atas laut. 

Penerbangan 19 (© NAS Fort Lauderdale Museum)

Setelah hilang kontak, tim penyelamat pun diberangkatkan untuk mencari keberadaan Penerbangan 19.

Pesawat amfibi berbadan besar dengan mesin ganda dikirim dari pangkalan Banana River di Central Florida. Namun, pesawat itu justru jatuh ke laut ganas. 13 orang penumpangnya tewas seketika.

Hari berikutnya, salah satu pencarian kecelakaan terbesar dalam sejarah dilakukan. Tim SAR menyisir area seluas 200.000 mil persegi. Letnan David White, salah dalam tim pencari menceritakan, pesawat dan kapal pencari mencari apapun yang mungkin tersisa - jaket pelampung atau serpihan pesawat. Namun, "Tak ada tanda-tanda serpihan," kata White.

2. Kapal Layar Carroll A. Deering

Carroll A. Deering adalah kapal komersial dengan lima layar. Pelayaran terakhir kapal yang dibangun di Bath, Maine itu berawal pada 19 Agustus 1920.

Bahtera yang dinakhodai William H. Merritt itu dimulai dari Norfolk, Virginia dengan tujuan akhir Rio de Janeiro untuk mengantar batu bara.

Di tengah perjalanan, Kapten Merritt jatuh sakit. Pada akhir Agustus itu, ia dan putranya turun di Pelabuhan Lewes, Delaware.

Perusahaan pengelola Deering kemudian mendatangkan W. B. Wormell sebagai nakhoda.

Kapal layar Carroll A. Deering yang hilang di Segitiga Bermuda (US Cost Guard)

Setelah tiba di Rio, Carroll A. Deering mulai perjalanan pulang. Kapal itu sempat terlihat di North Carolina pada 28 Januari 1921. Saksi mata menyaksikan, seorang awak kapal berambut merah, dan beraksen asing mengaku mereka kehilangan jangkar di tengah badai di Cape Fear.

Kemudian, pada tanggal 31 Januari 1921, Deering terlihat kandas di Diamond Shoals, sebuah daerah di lepas pantai Cape Hatteras, North Carolina -- yang tenar sebagai kuburan bangkai kapal.

Kapal penyelamat tidak dapat mendekatinya karena cuaca buruk. Saat tiba di sana, tak ada seorang pun di dalamnya. Bahtera itu ditinggalkan. Catatan dan peralatan navigasi lenyap, barang-barang pribadi para awak raib, dua sekoci kapal tak ada di tempatnya.

Deering kemudian ditenggelamkan menggunakan dinamit. Pemerintah AS pun menggelar penyelidikan.

Namun, hingga penyelidikan ditutup tahun 1922, tak ada kesimpulan yang dihasilkan. Ada banyak teori mengemuka soal nasib kapal nahas itu, dari dihempas badai, pembajakan, perkelahian antar-awak, atau sengaja ditinggalkan para kru.

Teori lain menyebut, Carroll A. Deering adalah korban 'kutukan' Segitiga Bermuda.

3. SS El Faro

El Faro sempat hilang ditelan bumi. Kapal kargo tersebut tak diketahui keberadaannya sejak Kamis 1 Oktober 2015. Kala itu, bahtera tersebut berlayar menuju pusaran Topan Joaquin di dekat Crooked Island, Bahama. Di area 'Segitiga Bermuda' -- garis imajiner yang menghubungkan 3 titik, yaitu Bermuda, Puerto Rico, dan Miami di Amerika Serikat.

El Faro yang mengangkut 33 orang -- 28 asal AS dan 5 Polandia -- tak kuasa menghadapi ganasnya lautan yang digulung badai. Kapal itu kehilangan daya dan kendali sebelum hilang.

Sinyal terakhir (distress signal) yang menunjukkan kapal tenggelam ditangkap dari Crooked Island di Kepulauan Bahama.

Kapal El Faro hilang di wilayah Segitiga Bermuda. Tim pencari menemukan ban penyelamat (Reuters)

El Faro angkat sauh dari Jacksonville, Florida pada 29 September 2015, saat Joaquin masih badai tropis biasa -- belum menjelma jadi topan kategori empat yang sangat berbahaya.

Kapal tersebut mengarah ke Puerto Rico untuk mengirimkan kargo rutin ke pulau yang menjadi teritorial AS sebelum menghadapi masalah. El Faro dihantam angin yang kecepatannya mencapai 209 km/jam. Pun dengan ombak yang tingginya sampai 9 meter.

Pemiliknya, TOTE Maritime Puerto Rico mengatakan, kru sempat melaporkan bahwa air sempat masuk dan kapal miring hingga 15 derajat, namun kondisi kala itu 'masih terkendali'.

Pihak TOTE Maritime Puerto Rico menambahkan kru-kru kapal dibekali peralatan untuk menghadapi situasi tak terduga, seperti perubahan cuaca tiba-tiba.

SS El Faro yang karam di Segitiga Bermuda (AP)

Belakangan, tiga bulan setelah hilang, El Faro ditemukan berada di kedalaman 15.000 kaki atau 4.572 meter di dasar laut di Crooked Island, Bahama.

Penyelidik kala itu belum menemukan data pelayaran dan navigasi -- yang diyakini bisa menguak misteri penyebab tenggelamnya kapal.

Yang juga tak ditemukan adalah jasad para awak dan barang pribadi milik mereka. "Tak ada bagian tubuh orang awak atau benda milik mereka," kata penyelidik utama Tom Roth-Roffy, seperti dikutip dari Daily Mail.

4. Douglas DC- 3

Pesawat Douglas CD-3 dengan nomor penerbangan NC16002 hilang pada 28 Desember 1948. Kala itu, kapal terbang yang mengangkasa dari San Juan Puerto Rico hampir tiba di lokasi tujuan di Miami, Florida.

Kapal terbang itu dipiloti Robert Linquist, kopilot Ernest Hill. Sementara, pramugari bernama Mary Burkes bertugas melayani para penumpang.

Douglas DST, jenis yang mirip dengan pesawat yang hilang di Segitiga Bermuda (Wikipedia)

Dalam kondisi lancar, waktu penerbangan hanya memakan waktu 20 menit sampai tujuan. 

Pesawat tersebut membawa 29 penumpang dan 3 awak pesawat. Tak diketahui nasib mereka. 

Penyelidikan tak mengungkap penyebab kecelakaan tersebut. Cuaca saat kejadian relatif normal. 

Dan, meskipun perairan yang diduga menjadi lokasi kejadian sangat jernih, tak ada puing atau satu jejak pun yang ditemukan.

Pada 4 Januari 1949, dua jenazah ditemukan sekitar 80-90 kilometer sebelah selatan Teluk Guantanamo Kuba.

Sementara, pesawat yang mirip dengan DC-3 ditemukan para penyelam di lautan Segitiga Bermuda. Namun, belum dipastikan kaitannya dengan kapal terbang yang dicari.

Nasib Douglas CD-3 masih jadi misteri hingga kini. 

5. Flight 441

Penerbangan 441 adalah pesawat angkut besar milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy).

Model komersial pesawat tersebut dikenal sebagai Super Constellation, sementara versi militer disebut R7V-1 -- yang tercanggih pada masanya.

R7V-1 yang mirip dengan pesawat yang hilang di Segitiga Bermuda (Bermuda Attractions)

Pada 30 Oktober 1954, Penerbangan 441 lepas landas dari pangkalan udara AL Patuxent River menuju Lajes, di Azores.

Ada 42 penumpang di dalamnya, semua adalah pejabat angkatan laut, dan keluarga mereka yang menuju ke luar negeri.

Seperti banyak kejadian di Segitiga Bermuda, awalnya ada komunikasi berkala yang diterima dari pesawat terbang. Lalu, tiba-tiba, semuanya diam.

Transmisi terakhir diterima sekitar pukul 11.30, berupa laporan yang menginformasikan lokasinya. Saat itu pesawat berada sekitar 400 mil lepas pantai.

Setelah itu, Penerbangan 441 lenyap begitu saja. Tak ada petunjuk yang ditinggalkan.

Hilangnya Penerbangan 441 tetap menjadi salah satu misteri terbesar Segitiga Bermuda.

6. USS Cyclops

USS Cyclops adalah kapal pengangkut batu bara yang dibangun Angkatan Laut Amerika Serikat sebelum Perang Dunia I.

Pada bulan Februari 1918, kapal tersebut bertolak dari Brasil menuju Baltimore dengan kondisi penuh muatan.

Namun, kapal besar tersebut tidak pernah tiba ke tujuan. Sekitar 309 orang hilang begitu saja dalam kejadian tersebut. Setelah menghilang secara misterius, pencarian besar-besaran dilakukan dengan harapan menemukan kapal tersebut.

Setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, pun tak ada tanda-tanda puing kapal atau sisa kapal yang mengambang.

Awalnya otoritas AS menduga sekelompok orang Jerman membajak atau menenggelamkan kapal itu. Namun pihak Jerman menyangkal dan menolak tuduhan tersebut.

Angkatan Laut AS pada akhirnya berasumsi bahwa Cyclops terkena badai yang tidak terduga.

Pemerintah AS mengatakan ini adalah peristiwa yang menghilangkan jumlah nyawa terbesar dalam sejarah Angkatan Laut AS yang bukan diakibatkan pertempuran.

Setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, pun tak ada tanda-tanda puing kapal atau sisa kapal yang mengambang. Keberadaannya masih misterius. Yang pasti posisi terakhir kapal berada di Segitiga Bermuda.

Spekulasi saat itu muncul. Ada yang menyebut alien yang bersembunyi di bawah lautan, portal ke dimensi lain, gas methan, lokasi Atlantis yang hilang, hingga rumah iblis, Dajal.

Akan tetapi, ada juga penjelasan ilmiah yang lebih layak dipertimbangkan untuk menjawab misteri ini. Seperti di muat laman LiveScience, ada jawaban logis untuk menjelaskan hilangnya kapal atau pesawat di Segitiga Bermuda itu.

Daerah Segitiga Bermuda rentan terhadap badai tak terduga. Ada gelombang Gulf Stream yang sangat cepat dan turbulen menelan serpihan kapal, pesawat, beserta penumpangnya -- yang menghapus bukti-bukti terjadinya bencana.

Angkatan Laut AS atau US Navy hingga kini tidak meyakini adanya Segitiga Bermuda. Sementara U.S. Board on Geographic Names tidak mengakuinya sebagai nama resmi. 

7. SS Marine Sulphur Queen

Kapal tanker SS Marine Sulphur Queen, yang membawa sulfur cair dan 39 awak kapal, menghilang di pantai selatan Florida.

Komunikasi dengan kapal terakhir kali dilakukan pada 4 Februari 1963.

SS Marine Sulphur Queen yang hilang di Segitiga Bermuda (Wikipedia)

Petugas pencari diluncurkan ke lokasi raibnya kapal. Selama dua minggu penyisiran, tim hanya menemukan puing kapal dan pelampung keselamatan.

Cerita yang berkembang kemudian: raja iblis di bawah laut tertarik dengan bau sulfur. Apalagi, sejumlah orang mengaku melihat bayangan mengerikan dalam latar belakang foto SS Marine Sulphur Queen.

Ada bayangan mengerikan di foto SS Marine Sulphur Queen? (Wikipedia)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya