Liputan6.com, Washington DC - Pemerintah Rusia konon tengah membangun teknologi torpedo yang disebut bisa memicu kiamat, yakni disebut mampu menyapu daratan pesisir dalam sebuah tsunami setinggi 500 kaki, atau sekitar 152 meter.
Dilansir dari laman Mirror.co.uk pada Kamis (8/2/2018), teknologi torpedo itu juga disebut mampu membawa bahaya radiasi radioaktif yang berasal dari ledakannya.
Dalam sebuah bocoran di salah satu stasiun televisi Rusia, torpedo tersebut diduga memuat 100 megaton bom hidrogen. Beberapa pengamat mengingatkan bahwa serangan torpedo itu bisa membuat suatu wilayah tidak dapat dihuni oleh makhluk hidup hingga 100 tahun lamanya, atau dengan kata lain memicu terjadinya kiamat dini.
Advertisement
Baca Juga
Pemerintahan Presiden Donald Trump juga pernah menerima bocoran intelijen yang menunjukkan gambaran tentang teknologi tersebut. Pentagon mengonfirmasi hal terkait pada awal bulan ini, dan menjulukinya dengan nama Kanyon.
Kanyon diduga kuat merupakan senjata nuklir berbentuk torpedo, yang memiliki kekuatan dua kali lebih besar dari senjata serupa yang pernah dibuat sepanjang sejarah. Bahkan, teknologi torpedo ini disebut mampu memanipulasi deteksi radar, sehingga sulit dilacak oleh sistem anti-misil.
Analis keamanan global, H.I. Sutton mengatakan kepada majalah Futurism, "Kanyon adalah sebuah fakta, dan beberapa laporan intelijen di AS dan negara-negara Eropa mengarah kepada dugaan tersebut."
"Mereka yang menyebut isu ini sebagai kabar bohong, bisa jadi tidak memahami seperti apa sebenarnya Kanyon dan dampak terburuknya bagi kehidupan manusia," lanjutnya seraya mengingatkan bahwa kiamat bukanlah isu main-main.
Simak video tentang kesuksesan uji coba rudal Satan milik Rusia berikut:
Rusia Memiliki Robot Mata-Mata Canggih
Sementara itu, tim peneiliti di Rusia dikabarkan tengah merampungkan desain sebuah peralatan mata-mata militer terbaru, yang berfungsi untuk menjangkau puing-puing gedung di kawasan perang.
Menurut laporan harian Mirror pada Rabu, 7 Februari 2018, alat mata-mata tersebut berbentuk 'robot bola' yang ditugaskan untuk mengumpulkan rekaman gambar dan suara di tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh pasukan militer.
Alat yang diklaim anti-guncangan itu diberi nama Sphera, dan telah diuji coba di beberapa titik konflik di Suriah, di mana pasukan Rusia turut terlibat di dalamnya.
Namun, peralatan mata-mata tersebut tidak akan dijual dengan harga murah, melainkan dibanderol seharga hampir Rp 350 juta per satuannya.
Setelah mendapat tanggapan atas uji coba terkait, robot bola itu kini tengah menjalani 'pemolesan ulang' di sebuah laboratorium di Moskow.
Alat canggih ini dilengkapi dengan kamera 360 derajat yang dikendalikan dari jarak jauh. Robot tersebut juga memiliki lampu dioda, serta mikrofon dan pemancar, yang bekerja via sinyal radio.
Dengan formasi canggih seperti itu, Sphera disebut mampu mengirim potret, rekaman gambar, dan suara berkualitas cukup jernih hingga jarak 50 meter.
Banyak pengamat menyebut kehadiran teknologi itu bisa mendukung Rusia untuk memperkuat pengaruh militernya di tingkat global dan semakin membuat dunia ketar-ketir.
Advertisement