Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perayaan tahun baru China atau Imlek dalam beberapa hari mendatang disambut suasana kikuk oleh masyarakat di Malaysia.
Pasalnya, asosiasi retail di negeri jiran itu sepakat tidak memasang ornamen bertema hewan anjing di berbagai pusat perbelanjaan di seantero Malaysia.
Dilansir dari laman Nikkei.com pada Senin (12/2/2018), tidak ada larangan untuk merayakan Imlek di Malaysia, yang jatuh di awal tahun anjing pada penanggalan China.
Advertisement
Baca Juga
Akan tetapi, mengingat kekhawatiran menyinggung umat muslim yang menjadi warga mayoritas di negeri jiran, penempatan ornamen bertema hewan anjing disepakati untuk ditiadakan.
Sejatinya pemerintah Malaysia tidak pernah mengatakan secara langsung larangan untuk menempatkan ornamen hewan anjing -- dan juga babi -- di ranah komersial. Namun, banyaknya aturan dan kebijakan pemerintah yang terinspirasi oleh hukum Islam, membuat asosiasi pengelola retail memilih "bermain aman" dalam perayaan Imlek nanti.
Sebagaimana diketahui, anjing dan babi merupakan dua hewan yang dianggap najis oleh umat muslim. Keberadaan kedua hewan itu sebenarnya tidak dipermasalahkan, kecuali interaksinya dengan warga muslim.
Untuk mengakalinya, banyak pengelola retail mengganti representasi hewan anjing dengan karakter dalam aksara China. Substitusi tersebut dicetak di atas beberapa produk garmen, alat tulis, dan cendera mata.
Selain melalui aksara China, semarak Imlek juga dimeriahkan oleh ornamen aneka bunga musim semi, dekorasi bertema Tionghoa, dan nuansa merah menyala di banyak kawasan komersial di Malaysia.
Simak video menarik tentang tradisi Imlek Grebek Sudiro di kota Solo berikiut:
Sikap Pemerintah Malaysia
Otoritas muslim Malaysia dikenal memiliki peranan cukup besar dalam memengaruhi kebijakan yang diambil oleh pemerintah setempat, tidak terkecuali soal pelabelan halal dan haram.
Pernah suatu ketika, jaringan gerai kudapan asal Amerika Serikat (AS), Aunty Anne, diminta mengganti nama salah satu menunya, "Pretzel Dog", menjadi Pretzel Sausage. Alasan desakan tersebut adalah adalah untuk menghindari kerancuan publik, terutama pada umat muslim.
Beberapa warga Malaysia menganggap keputusan meniadakan ornamen hewan anjing di perayaan Imlek kali ini terlalu berlebihan.
"Ini hanya logo. Saya tidak paham mengapa harus dikhawatirkan," ujar Zairnah Zainal, seorang pebisnis Muslim.
Departemen Pembangunan Islam Malaysia baru saja mengeluarkan sebuah pernyataan resmi, yakni menganjurkan warga Malaysia untuk menghargai penggunaan simbol hewan anjing pada perayaan Imlek.
Pernyaatan tersebut dimaksudkan sebagai "sikap moderat" yang menjadi salah satu fokus utama pembangunan Malaysia saat ini, yakni menjaga persatuan di tengah kemajemukan bangsa.
"Kami belum yakin pemerintah benar-benar (memberi kebijakan) selonggar itu. Apalagi, perayaan Imlek selanjutnya jatuh di awal tahun babi, dan kemungkinan besar akan menghadapi hal serupa," ujar Edward Chen, salah seorang pebisnis retail seraya.
Advertisement