Liputan6.com, Tokyo - Jepang akan menyuntikkan dana hingga lebih dari 300 juta Yen (setara Rp 38 miliar) kepada Badan Atom dan Energi Internasional (IAEA) untuk melakukan inspeksi terhadap salah satu fasilitas nuklir Korea Utara. Kabar itu mencuat Sabtu 10 Maret 2018 akhir pekan kemarin.
Proposal penyuntikkan dana itu berlangsung di tengah momentum proses rencana dialog damai antara Korea Utara, Korea Selatan, dan Amerika Serikat yang mulai memasuki babak dinamika baru akhir-akhir ini -- usai Presiden AS Donald Trump menyetujui tawaran berdialog dari Pemimpin Korut Kim Jong-un.
Advertisement
Baca Juga
Seperti dikutip dari Telegraph (12/3/2018), ada dua motivasi yang melandasi Jepang mengajukan proposal itu.
Pertama, Jepang ingin memanfaatkan momentum proses rencana dialog damai untuk memastikan agar Korea Utara benar-benar melucuti senjata dan mengeliminasi program nuklirnya, seperti yang diutarakan oleh Kim Jong-un pada beberapa waktu belakangan.
Kedua, proposal penyuntikkan dana itu merupakan salah satu cara bagi Tokyo untuk tetap mempertahankan eksistensi dan relevansinya dalam dinamika proses rencana dialog damai yang tengah hangat ini.
Berkoordinasi dengan Korea Selatan
Jepang dijadwalkan akan berkoordinasi terkait rencana itu dengan Korea Selatan pada Senin 12 Maret 2018 -- memanfaatkan pertemuan bilateral antara Kepala Badan Intelijen Korea Selatan Suh Hoon dan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kano di Tokyo.
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Fasilitas yang Akan Diinspeksi
Lewat dana yang disuntikkan, Jepang berencana mendorong Badan Atom dan Energi Internasional (IAEA) untuk menginspeksi Fasilitas Nuklir Yongbyon atau Yongbyon Nuclear Scientific Research Centre.
Fasilitas itu memiliki sejumlah besar stok dan alat pemrosesan bahan baku nuklir (uranium dan plutonium), reaktor 5 megawatt, serta alat spent fuel reprocessing plant.
Pilot Project
Inspeksi terhadap Yongbyon merupakan sebuah pilot project. Karena, usai menuntaskan inspeksi itu, Tokyo berencana untuk melakukan pemeriksaan terhadap beberapa fasilitas nuklir Korea Utara lainnya.
Begitu juga dengan tambahan dana yang akan disuntikkan Jepang kepada IAEA untuk program inspeksi berikutnya. Demikian menurut laporan media Jepang Kyodo News seperti dikutip dari Telegraph.
Â
Advertisement
Badan Atom Internasional Pernah Diusir dari Korea Utara
Sejumlah inspektur Badan Atom dan Energi Internasional pernah berada di Korea Utara medio 2000-an lalu guna melakukan pengawasan berkelanjutan terhadap fasilitas nuklir Yongbyon.
Namun, pada Oktober 2008, mereka diminta mangkat dari fasilitas Yongbyon dan Korea Utara oleh rezim The Hermit State --Â menyusul kegagalan dialog Six-Party Talks dalam membahas denuklirisasi dan pelucutan senjata Korea Utara.
Kala itu, Korea Utara yang bersikukuh akan melanjutkan program pengembangan atom dan rudal berhulu ledak nuklir, menjadi biang kegagalan Six-Party Talks -- yang melibatkan Korut, Korsel, China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang.
Selepasnya, The Hermit State diketahui telah melakukan 5 kali uji coba nuklir, dengan yang terbesar berkekuatan 280 kiloton pada September 2017 silam.