Liputan6.com, Pyongyang - Citra satelit baru yang diperiksa oleh para ahli Barat, menunjukkan bahwa Korea Utara telah memulai pengujian pendahuluan terhadap salah satu reaktor nuklirnya di fasilitas penelitian Yongbyon.
Temuan tersebut muncul di tengah persiapan pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-di, pada April mendatang.
Dilansir dari CNN pada Jumat (16/3/2018), sebuah laporan oleh buletin analis intelijen Jane, mengatakan bahwa citra tersebut mengindikasikan adanya eksperimen reaktor air ringan, yang dikenal sebagai ELWR.
Advertisement
Menurut Jane, sebuah gambar satelit yang diambil pada 25 Februari lalu, memperlihatkan sebuah emisi naik dari tumpukan reaktor, di mana hal itu menyiratkan pengujian mesin nuklir.
"Tumpukan itu (bertujuan) untuk melepaskan gas yang tidak dapat dikondensasi dari sirkuit utama reaktor," tulis Jane.
Baca Juga
Tulisan itu juga menyinggung satu hal yang belum jelas, yakni apakah Korea Utara mengaktifkan reaktor nuklir untuk kepentingan pembangkit listrik, atau bagian dari pengembangan senjata militernya.
Editor Jane, Rob Munks, mengatakan bahwa reaktor air ringan dapat digunakan sebagai pembangkit listrik sipil, atau bisa juga dialihkan ke program senjata nuklir.
"Setelah beroperasi, ELWR mampu menghasilkan sekitar 25-30 megawatt, mungkin cukup untuk memberi daya pada sebuah kota berpenduduk sekitar 50.000 jiwa," ujar Munks.
"Secara teori, jika reaktor beroperasi secara penuh, lalu diarahkan ke produksi plutonium dan tritium, maka hal itu memungkinkan Korea Utara untuk memperluas pemanfaatan nuklir, tidak hanya untuk pembangkit listrik, melainkan juga pengembangan lebih lanjut senjata nuklir," tambah Munks menjelaskan.
Sepanjang 2017 lalu, tim peneliti dari Jane, bersama dengan kelompok penelitian lainnya, telah mengidentifikasi peningkatan aktivitas di beberapa bagian reaktor nuklir Yongbyon, yang berjarak sekitar 75 kilometer di utara ibu kota Korea Utara, Pyongyang.
Adapun pembangunan ELWR sendiri telah selesai pada 2013 lalu. Reaktor ini dioptimalkan untuk produksi listrik sipil.
Namun belakangan, reaktor ini berisiko mengalami "penggunaan ganda", yakni dapat dimodifikasi untuk memproduksi bahan untuk senjata nuklir.
Â
 Simak video terkait Korut berikut:Â
Proyek Pengembangan Nuklir Mandiri Korut
Reaktor lain yang berlokasi tidak jauh dari reaktor Yongbyon, juga diketahui menunjukkan tanda-tanda mulai aktif. Demikian yang dilaporkan oleh 38 North, sebuah proyek kajian nuklir yang dilakukan oleh Institut Amerika Serikat (AS) – Korea di Universitas John Hopkins.
Citra satelit dari bulan Februari itu menunjukkan uap-uap dari ruang generator, yang diduga kuat memicu cairnya parit es di dekatnya.
Mencairnya parit es, kemungkinan menunjukkan bahwa pipa air pendingin telah diperluas ke sungai.
Hal ini, menurut 38 North, diduga kuat sebagai upaya menyembunyikan status operasional reaktor terkait.
"Jika reaktor beroperasi kembali, seperti yang ditunjukkan oleh bukti, berarti Korea Utara telah memulai produksi plutonium untuk program senjata nuklirnya," 38 North menyimpulkan.
Para analis mengatakan bahwa sejak lama, Korea Utara ingin membangun sebuah reaktor air ringan, tapi kerap terkendala oleh banyak hal, termasuk tidak adanya sumber dukungan internasional.
Oleh karenanya, negeri pimpinan Kim Jong-un itu memulai program pengembangan nuklir secara mandiri sejak sekitar sembilan tahun lalu.
Ditambah dengan tidak adanya inspeksi dari tingkat global, yakni dari Badan Energi Atom Internasional, sangat sulit untuk mengetahui penetapan peran reaktor tersebut, atau memperkirakan berapa banyak bahan fisil dan hulu ledak nuklir, yang telah diakumulasikan oleh Korea Utara.
Adapun perkiraan terkait, yang diumumkan tahun lalu, menunjukkan Korea Utara memiliki kesiapan 20 sampai 60 senjata nuklir.
Advertisement