Kedubes Ekuador Setop Koneksi Internet Pendiri Wikileaks

Dianggap membahayakan hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, pemerintah Ekuador setop koneksi internet untuk Julian Assange.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Mar 2018, 12:20 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2018, 12:20 WIB
Pendiri Wikileaks Julian Assange (AFP)
Pendiri Wikileaks Julian Assange (AFP)

Liputan6.com, Quito, Ekuador - Pemerintah Ekuador memutuskan menyetop fasilitas koneksi internet yang diberikan kepada pendiri Wikileaks, Julian Assange, di Kedutaan Besar negara tersebut di London, Inggris.

Kebijakan tersebut berlaku sejak Rabu, 28 Maret 2018, sebagai tanggapan tegas atas aktivitas Assange di media sosial baru-baru ini, yang mengkritik penahanan seorang politikus separatis Catalan.

Dilansir dari BBC pada Kamis (29/3/2018), pemerintah Ekuador mengatakan bahwa unggahan Assange yang bernada kritik itu, dapat berisiko mengancam hubungan baik negara tersebut dengan wilayah Eropa.

Selain itu, sehari sebelumnya, penyetopan akses internet itu disebut sebagai upaya mencegah potensi berbahaya dari sepak terjang Assange.

Ekuador memberikan suaka kepada Assange di gedung Kedutaan Besar miliknya di London pada 2012. Sejak itu, sang pendiri Wikileaks  -- situs yang banyak membocorkan rahasia diplomatik banyak negara -- terus terkurung atas alasan keamanan.

Ekuador telah berulang kali mencari solusi yang memungkinkan Assange untuk pergi tanpa ancaman penangkapan, tetapi tidak berhasil.

Dia tetap dicari di lnggris, dan juga takut akan kemungkinan permintaan ekstradisi Amerika Serikat (AS) berdasarkan bocornya dokumen-dokumen Departemen Luar Negeri setempat.

Sebelumnya, Ekuador sempat menangguhkan akses internet untuk Assange pada 2016, setelah pendiri WikiLeaks itu ketahuan tengah menargetkan kampanye bocoran rahasia calon presiden Hillary Clinton.

Dan sementara mantan Presiden Ekuador, Rafael Correa, memuji pekerjaan Assange yang disebutnya berpihak kepada keadilan, pemimpin terkini negara Amerika Selatan itu justru menyebutnya sebagai peretas, dan memperingatkan dia untuk tidak ikut campur dalam politik.

 

Simak video tentang aksi hacker asal Surabaya yang mendunia berikut: 

 

 

Melanggar Perjanjian yang Diajukan Ekuador

Ilustrasi Wikileaks (Wikipedia)
Ilustrasi Wikileaks (Wikipedia)

Sebagai bagian dari kesepakatan yang memungkinkan dia untuk tinggal di kedutaan Ekuador, Assange dilarang mengunggah materi di dunia maya, yang akan mengganggu hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.

"Dia melanggar perjanjian itu," kata Maria Fernanda Espinosa, Menteri Luar Negeri Ekuador.

Espinosa menambahkan, pemerintah Ekuador akan mengirim sekelompok diplomat untuk bertemu dengan tim hukum Assange di London pekan depan, sekaligus juga melanjutkan dialog dengan para pejabat Inggris tentang bagaimana menyelesaikan "problematika warisan" tersebut.

Asaange diketahui kerap puluhan kali berkicau di Twitter dalam sehari, berbagi berita dan komentar yang menyinggung isu geopolitik dan keamanan digital.

Dalam beberapa hari terakhir, Assange mengkritik penahanan Jerman terhadap mantan presiden Catalan, Carles Puigdemont. Dia menulis bahwa sistem surat perintah penangkapan Eropa "memungkinkan pemerintah yang kejam untuk menganiaya lawan-lawannya di seluruh Uni Eropa".

Dia juga menimpali berita tentang keputusan AS dan beberapa negara Eropa, menendang diplomat Rusia pada hari Senin, 26 Maret 2018, setelah Moskow diduga meracuni mantan mata-mata di Inggris.

"Cara dan waktu pengusiran diplomat Rusia adalah bentuk diplomasi yang buruk," tulis Assange di salah satu kicauannya.

Menyusul pernyataan kontroversial tersebut, seorang menteri Inggris menyebut Assange sebagai "cacing kecil yang menyedihkan", dan mengaku menyesal dia tetap berada di Kedutaan Besar Ekuador di London.

Ekuador memberikan Assange kewarganegaraan pada Desember lalu, sebagai bagian dari upaya untuk menjadikannya anggota tim diplomatik. Hal itu akan memberinya hak tambahan seperti kekebalan hukum khusus.

Namun, Kantor Luar Negeri Inggris menolak permintaan Ekuador untuk memberinya status diplomatik di negeri Ratu Elizabeth II itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya