Liputan6.com, Washington DC - Mulai tahun lalu, Facebook gencar berbicara dengan banyak pengelola rumah sakit, tentang kemungkinan pencocokan data kesehatan profil pengguna anonim. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas perawatan medis.
Kepada stasiun televisi CNBC, Facebook mengkonfirmasi bahwa pasca-terkuaknya skandal Cambridge Analytica, pihaknya kini fokus pada upaya lebih baik dalam melindungi data, termasuk bagaimana menjadikannya bermanfaat bagi jutaan penggunanya.
Dikutip dari The Verge pada Senin (9/4/2018), tujuan rencana tersebut adalah untuk mendapatkan beberapa informasi medis, seperti masalah kesehatan dan usia -- tetapi tidak menyinggung nama, dan mencocokkannya dengan akun Facebook anonim, yang tampaknya milik orang-orang yang sama dengan data tersebut.
Advertisement
Nantinya, hasil pencocokan data tersebut bisa bermanfaat untuk menginformasikan saran perawatan medis.
Baca Juga
Dalam satu contoh yang diberikan, Facebook mungkin telah menentukan bahwa pengguna lansia tidak memiliki dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, jadi rumah sakit bisa membantu mengirim perawat untuk memeriksanya, ketika masa pemulihan pasca-operasi misalnya.
"Proyek ini tidak akan berusaha memberikan rekomendasi kesehatan untuk orang-orang tertentu," kata seorang juru bicara Facebook.
"Alih-alih fokusnya adalah menghasilkan wawasan umum, yang akan membantu para profesional medis memperhitungkan keterhubungan sosial saat mereka mengembangkan program perawatan, atau campur tangan terhadap perawatan pasien mereka," lanjutnya menjelaskan.
Oleh beberapa pengamat teknologi, rencana tersebut mungkin bukan ide bagus, terlepas dari skandal Cambridge Analytica yang sempat membuat goyah perusahaan milik Mark Zuckerberg itu.
Manurut Steven Borski, salah seorang guru besar di MIT dan juga analis teknologi kenamaan, Facebook pada dasarnya mengumpulkan data medis tanpa izin pengguna, lalu secara diam-diam memasangkannya ke profil mereka.
“Itu adalah pelanggaran privasi yang sangat besar, walaupun tujuannya baik, seperti halnya pemberlakuan skema pembiayaan medis nasional," ujar Borski.
Simak video pilihan berikut:
Mengklaim Bisa Berikan Cakupan Layanan Kesehatan yang Lebih Baik
Meski Facebook tengah menjalani lobi dengan beberapa organisasi medis terkemuka, termasuk Stanford Medical School dan American College of Cardiology, namun menurut beberapa pengamat, hal itu terdengar seperti pengguna tidak berkewajiban menyetujui informasi medis yang dibagikan.
Di sisi lain, Facebook menegaskan bahwa pihaknya tidak ada maksud 'de-anonymizing data', atau pengungkapan data anonim.
"Secara teoritis, akses data akan dilakukan terbatas oleh beberapa orang terpilih di Facebook dan mitra penelitian medis kami (American College of Cardiology)," jelas Facebook dalam sebuah pernyataan.
Menurut Facebook, industri medis telah lama memahami bahwa ada manfaat kesehatan umum untuk memiliki lingkaran keluarga dan teman yang erat.
Tetapi penelitian yang lebih mendalam mengenai tautan ini diperlukan untuk membantu para profesional medis mengembangkan rencana perawatan, dan intervensi khusus yang memperhitungkan koneksi sosial.
Dengan pemikiran ini, tahun lalu Facebook memulai diskusi untuk mengeksplorasi apakah penelitian ilmiah menggunakan data pengunanya -- yang dianonimkan -- dapat membantu komunitas medis untuk memajukan pemahaman di bidang pelayanan kesehatan.
Cathy Gates, pemimpin sementara American College of Cardiology, juga memberi pernyataan, yang menambahkan, "Kemitraan ini berada di fase awal saat kami bekerja di kedua sisi untuk memastikan privasi, transparansi, dan kekakuan ilmiah."
Facebook pada awalnya memfokuskan penelitiannya pada kesehatan kardiovaskular. Setiap organisasi medis yang telah melakukan pembicaraan dengan Facebook, akan mempertimbangkan secara bijaksana, dan hati-hati, tentang skandal data privasi yang masih menggelayuti perusahaan.
Advertisement