FBI Gerebek Kantor Pengacara Donald Trump, Sita Dokumen Skandal Stormy Daniels

Kantor pengacara pribadi Presiden Donald Trump, Michael Cohen, digerebek oleh FBI untuk mencari berkas-berkas yang berkaitan dengan skandal Stormy Daniels.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 10 Apr 2018, 10:31 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2018, 10:31 WIB
Suasana di Luar Kantor Pengacara Trump yang Digeledah FBI
Bangunan yang merupakan kantor pengacara pribadi Donald Trump, Michael Cohen di New York, Senin (9/4). FBI menggeledah kantor serta kediaman Cohen dan menyita salah satu dokumen terkait nota pembayaran ke bintang porno Stormy Daniels. (AP/Seth Wenig)

Liputan6.com, Washington DC - Sekelompok regu FBI menggerebek kantor Michael Cohen, pengacara sekaligus orang kepercayaan Presiden Donald Trump, pada Senin, 9 April 2018.

Dikutip dari CNN pada Selasa (10/4/2018), salah satu sumber terdekat mengatakan bahwa FBI menyita beberapa dokumen penting, yang berkaitan dengan Stephanie Clifford -- atau lebih dikenal sebagai bintang porno Stormy Daniels -- yang dituduh menjadi selingkuhan Presiden Trump pada 2006 lalu tapi dibantah keras oleh pihak Gedung Putih.

Penggerebekan tersebut juga menyasar hotel Loew's Regency, yang menjadi lokasi tempat tinggal sementara Cohen dalam beberapa waktu terakhir.

Presiden Donald Trump, yang menyaksikan laporan penggerebekan tersebut melalui televisi, mengecamnya sebagai 'hal yang memalukan' dan juga bentuk 'serangan terhadap negara'.

Menurut pejabat Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 itu sejatinya telah mendengar laporan itu, sebelum 'pecah' di pemberitaan media.

Tidak ketinggalan, rumah pribadi Cohen yang terletak di kawasan Long Island juga turut digerebek, tetapi tidak menemukan berkas apa pun, selain beberapa catatan bank dalam nominal besar.

Stephen Ryan, pengacara Cohen, mengatakan bahwa kantor Jaksa Amerika Serikat (AS) untuk Distrik Selatan New York, telah mengeksekusi serangkaian surat perintah penggeledahan, termasuk ke kantor pribadinya.

"Saya telah diberi tahu oleh jaksa federal bahwa penggerebekan di New York, sebagian, merupakan rujukan langsung dari Special Counsel, Robert Mueller," kata Ryan.  Mueller, ditunjuk oleh Departemen Kehakiman AS untuk menjadi special counsel atau penasihat khusus, mengawasi penyelidikan federal terhadap dugaan keterlibatan Rusia dalam pilpres AS 2016.

"Ini penyitaan yang tidak perlu dari komunikasi klien pengacara yang (seharusnya) dilindungi. Taktik pemerintah ini juga salah karena Tuan Cohen telah bekerja sama sepenuhnya dengan semua entitas pemerintah, termasuk menyediakan ribuan dokumen ke Kongres, serta melakukan deposisi di bawah sumpah," lanjutnya panjang lebar.

Sebuah sumber yang dekat dengan Gedung Putih memperingatkan, bahwa keputusan Mueller tersebut dapat mendorong Presiden Trump melakukan tindakan tegas kepada FBI.

Namun, ketika ditanya mengapa Donald Trump tidak juga memecat Mueller, pihak Gedung Putih mengatakan bahwa situasi saat ini adalah sebuah aib, yang harus diselesaikan terlebih dahulu, bukan dipotong secara sepihak.

"Mengapa saya tidak memecat Mueller? Ya, saya pikir itu memalukan apa yang terjadi. Kita akan lihat apa yang terjadi," kata Trump pada Senin petang.

"Banyak orang mengatakan Anda harus memecatnya. Lagi-lagi, mereka tidak menemukan apa-apa. Dan tidak menemukan apa pun, itu pernyataan besar," lanjutnya.

 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Penggerebekan Tidak Berkaitan dengan Kantor Firma Hukum

Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AP Photo/Carolyn Kaster)

Sementara itu, seorang sumber mengatakan, para agen FBI menggerebek kantor Cohen yang berada di firma hukum Squire Patton Boggs, New York, pada hari Senin pagi, sekitar pukul 7.20 waktu setempat.  

"Kami telah melakukan kontak dengan otoritas federal mengenai eksekusi atas surat perintah penggeledahan, yang berkaitan dengan aktivitas Tuan Cohen," ujar Angelo Kakolyris, juru bicara firma hukum Squire Patton Boggs.

Cohen diketahui telah membentuk aliansi strategis dengan firma hukum tersebut setelah meninggalkan 'lingkaran Trump' hampir setahun lalu.

Di sisi lain, Robert Mueller akan segera berdiskusi dengan jaksa agung, untuk menetapkan regulasi penyelidikan tersebut, apakah berada di bawah kantor penasihat khusus, atau merujuknya pada yuridiksi yang berbeda.

Adanya pertimbangan tersebut dikarenakan Jaksa Agung Jeff Sessions mengundurkan diri dari pengawasan investigasi.

Sementara ini, Wakil Jaksa Agung, Rod Rosenstein, berwenang memutuskan tim investigasi mana yang akan bergerak maju.

Kronologi Awal Skandal Dugaan Selingkuh Presiden Donald Trump dan Stormy Daniels

Stormy Daniels, bintang film porno yang mengaku selingkuhan Donald Trump
Stormy Daniels, bintang film porno yang mengaku selingkuhan Donald Trump (AP Photo)

Michael Cohen adalah sekutu lama Presiden Donald Trump, dan awal tahun, disebut mengaku mendirikan sebuah perseroan terbatas pada 2016, untuk membayar uang tutup mulut kepada Stormy Daniels.

Sebagaimana telah banyak diberitakan, Stormy Daniels dituduh memiliki affair dengan Presiden Trump pada satu dekade sebelumnya

Kepada media, Daniels menyebut pembayaran diam-diam kepadanya itu adalah desakan tutup mulut, guna memuluskan jalan Trump menuju kursi kepresidenan AS.  

Namun, pihak Gedung Putih membantah tuduhan Daniels tentang perselingkuhan dengan Trump.

Berita tentang pembayaran rahasia tersebut mendorong pengaduan ke Departemen Kehakiman dan Komisi Pemilihan Federal, yakni berupa tuduhan potensi pelanggaran hukum keuangan kampanye.

Michael Avenatti, pengacara Daniels, menanggapi berita di Twitter, menyebut bahwa cukup banyak 'beban' yang ditempatkan secara salah di pundak Cohen, sehingga seolah menjadikannya tertuduh.

Ditanya tentang kontroversi Daniels, Trump pada minggu lalu, mengatakan dia tidak tahu tentang pembayaran tersebut, dan menolak berkomentar lebih lanjut.

Ia kemudian merujuk pertanyaan-pertanyaan tersebut ke Michael Cohen.

"Anda harus bertanya pada Michael Cohen," kata Trump. "Cohen adalah pengacara saya, Anda harus bertanya kepadanya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya