Liputan6.com, Moskow - Di tengah krisis diplomatik yang terjadi antara Rusia dan Barat, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengundang Vladimir Putin ke Gedung Putih. Informasi tersebut diungkapkan langsung oleh Kremlin.
Yuri Ushakov, staf Putin, pada Senin, 2 April 2018 mengatakan bahwa selama percakapan via telepon antara kedua pemimpin negara yang berlangsung pada 20 Maret 2018, Trump "menyarankan agar pertemuan perdana mereka diadakan di Washington".
Advertisement
Baca Juga
"Jika semuanya berjalan dengan baik, saya berharap pihak AS tidak menolak proposal untuk membahas kemungkinan pertemuan tersebut,"Â kata Ushakov seperti dikutip dari telegraph.co.uk, Selasa (3/4/2018).
Ushakov menjelaskan, pihaknya mengharapkan "dialog yang serius dan konstruktif" dengan AS. Namun, ia memastikan belum ada persiapan terkait pertemuan Vladimir Putin dan Donald Trump.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pertemuan Perdana yang Dinanti
Gedung Putih sudah mengonfirmasi kabar tersebut. Sekretaris Pers Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders menekankan bahwa waktu pertemuan tersebut belum dipastikan.
"Sebagaimana konfirmasi Presiden pada 20 Maret, beberapa jam setelah telepon terakhirnya dengan Presiden Putin, keduanya membahas pertemuan bilateral 'dalam waktu dekat' di sejumlah tempat yang potensial, termasuk Gedung Putih," tutur Sanders.
Ia menambahkan, "Tidak ada hal lain yang bisa kami ungkapkan saat ini".
Ini bukan kali pertama Donald Trump menunjukkan sinyal kemungkinan pertemuannya dengan Putin akan berlangsung di Gedung Putih. Pada musim panas 2017, ia sempat mengungkapkan harapannya untuk mengundang Putin ke Washington.
"Menurut saya, sekarang bukan waktu yang tepat, tapi 'iya saya akan (mengundangnya)'," ujar Presiden ke-45 AS itu pada Juli 2017.
"Sangat mudah bagi saya untuk secara mutlak mengatakan bahwa saya tidak akan melakukannya (bertemu Putin). Itu hal yang mudah, tapi bodoh untuk dilakukan," imbuhnya.
Sementara wacana pertemuan perdana Vladimir Putin dan Donald Trump tengah digodok, ketegangan diplomatik antara Rusia dan Barat tetap tinggi menyusul upaya pembunuhan terhadap seorang agen ganda, Sergei Skripal dan putrinya, Yulia. Inggris dan sejumlah negara Barat lainnya menuding Rusia adalah dalang di balik tragedi tersebut. Namun, Moskow membantah keras.
Peristiwa itu memicu pengusiran diplomat Rusia dari sejumlah negara, termasuk AS. Pada 25 Maret 2018, Washington meminta 60 diplomat Rusia hengkang dari wilayahnya. Sebagai aksi balasan, Rusia melakukan hal serupa.
Advertisement