Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kementerian Luar Negeri Malaysia menyatakan keprihatinan atas serangan udara yang dilancarkan ke Suriah pada 14 April 2018 oleh Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris.
Malaysia meyakini bahwa semua pihak harus bertindak konsisten, sesuai dengan Piagam PBB dan hukum internasional.
"Dalam hal ini, Malaysia percaya bahwa tidak ada solusi militer yang dapat mengakhiri konflik di Suriah. Kami mendesak semua pihak yang terlibat untuk menemukan solusi politik, melalui dialog dan negosiasi," demikian bunyi siaran pers Kementerian Luar Negeri Malaysia yang diterima Liputan6.com pada Minggu (16/4/2018).
Advertisement
Untuk mencapai tahap tersebut, Malaysia menilai semua pihak harus menahan diri dari tindakan yang dapat meningkatkan konflik dan memperburuk penderitaan rakyat Suriah.
Malaysia menyatakan siap untuk memainkan peran dalam mengatasi krisis kemanusiaan di Suriah.
Baca Juga
Masyarakat internasional secara keseluruhan dinilai harus mengambil langkah-langkah mendesak untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang berkelanjutan di Suriah.
Selain itu, dalam pernyataan tertulisnya, Kementerian Luar Negeri Malaysia juga mengutuk keras dugaan serangan senjata kimia di Suriah pada 7 April 2018.
Negeri Jiran menegaskan bahwa Dewan Keamanan PBB gagal menyetujui mekanisme khusus, dan akuntabilitas terhadap penggunaan senjata kimia di negara tersebut.
"Malaysia bergabung dengan Sekretaris Jenderal PBB (Antonio Guterres) dalam menyatakan kekecewaan atas kegagalan ini," demikian tertera dalam pernyataan tertulis itu.
Negeri pimpinan PM Najib Razak itu juga menyatakan prihatin dengan penggunaan senjata kimia dan serangan udara yang dapat memberikan konsekuensi mengerikan bagi penduduk sipil.
Simak video pilihan berikut:
DK PBB Tolak Permintaan Rusia
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB menolak permintaan Rusia untuk mengutuk serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis ke Suriah. Hanya China dan Bolivia yang mendukung rancangan resolusi yang diajukan Rusia.
Seperti dikutip dari France24.com, Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara bertemu pada hari Sabtu, 14 April 2018. Tatap muka itu dilakukan atas desakan Moskow pasca-serangan udara ke Suriah.
Amerika Serikat dan sekutunya dilaporkan menembakkan 105 rudal ke Suriah pada Sabtu waktu setempat, setelah Barat menuding rezim Presiden Bashar al-Assad melancarkan serangan senjata kimia terhadap warga sipil di Douma.
"Mengapa Anda (Barat) tidak menunggu hasil investigasi yang Anda minta?" tanya Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia usai pemungutan suara dilakukan di Dewan Keamanan PBB. Diplomat Rusia itu menuduh, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris 'menunjukkan ketidakpatuhan terhadap hukum internasional'.
Ia menambahkan, "Saya berharap kepala yang panas akan menjadi dingin".
Penyidik internasional dari pengawas senjata kimia global tengah berada di Suriah untuk melaksanakan tugas mereka. Sementara itu, Suriah dan Rusia menegaskan, tidak ada bukti bahwa serangan senjata kimia telah terjadi.
Advertisement