Ratusan Serangan Udara Israel Gempur Tartus, Klaim Cegah Aset Militer Suriah Dimiliki Musuh

Media pemerintah Suriah mengatakan serangan Israel menghantam wilayah Tartus pada hari Senin (3/3), setelah pemantau perang melaporkan ledakan di dekat pelabuhan kota itu dan tentara Israel mengatakan serangan itu menghantam "lokasi militer" lebih jauh ke utara.

oleh Tanti Yulianingsih Diperbarui 04 Mar 2025, 12:05 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2025, 12:05 WIB
Ilustrasi Israel. (PublicDomainPicture/Pixabay)
Ilustrasi Israel. (PublicDomainPicture/Pixabay)... Selengkapnya

Liputan6.com, Damaskus - Israel melancarkan ratusan serangan udara setelah serangan kilat menggulingkan presiden Bashar Assad pada Desember 2024, dalam apa yang dikatakannya sebagai upaya untuk mencegah aset militer Suriah jatuh ke tangan musuh.

Kantor berita resmi SANA melaporkan "serangan udara yang dilakukan oleh pesawat pendudukan Israel di sekitar Kota Tartus, tanpa mencatat korban jiwa sejauh ini."

"Pertahanan sipil dan tim khusus sedang bekerja untuk mengonfirmasi lokasi target," tambah laporan SANA seperti dikutip dari AFP,  Selasa (4/3)..

Pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa "ledakan kuat mengguncang pelabuhan Tartus" pada saat yang sama ketika pesawat terbang di atas kepala, melaporkan asap mengepul dari lokasi tersebut.

Kepala Observatorium Rami Abdel Rahman mengatakan kepada AFP bahwa ledakan itu terjadi di pangkalan militer dekat pelabuhan.

Sementara itu, militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukannya "menyerang lokasi militer tempat senjata milik rezim Suriah sebelumnya disimpan di wilayah Qardaha."  Ditambahkan pula bahwa keputusan untuk menyerang lokasi itu "berdasarkan perkembangan terkini di wilayah itu," tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Qardaha, kota kelahiran presiden terguling Assad, terletak di Provinsi Latakia, sekitar 60 kilometer (40 mil) di utara Kota Tartus.

Selasa lalu, militer Israel mengatakan telah melancarkan serangan udara yang menargetkan lokasi militer yang menyimpan senjata di Suriah selatan. Setidaknya dua orang tewas akibat serangan di salah satu lokasi, markas besar unit militer di barat daya Damaskus, kata Observatorium saat itu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bulan lalu bahwa Suriah selatan harus didemiliterisasi sepenuhnya, memperingatkan bahwa pemerintahnya tidak akan menerima kehadiran pasukan pemerintah baru yang dipimpin kelompok Islamis Suriah di dekat wilayahnya.

Bahkan sebelum Assad jatuh, selama perang saudara Suriah yang meletus pada tahun 2011, Israel melancarkan ratusan serangan di negara tetangga tersebut, terutama terhadap pasukan pemerintah dan target yang terkait dengan Iran.

Pada hari yang sama saat Assad digulingkan, Israel mengumumkan bahwa pasukannya memasuki zona penyangga yang dipatroli PBB yang telah memisahkan pasukan Israel dan Suriah di Dataran Tinggi Golan yang strategis.

Israel merebut sebagian besar Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang tahun 1967, kemudian mencaplok wilayah tersebut dalam sebuah tindakan yang sebagian besar tidak diakui oleh masyarakat internasional.

Para peserta konferensi dialog nasional Suriah minggu lalu menegaskan penolakan mereka terhadap pernyataan "provokatif" oleh Netanyahu dan mendesak masyarakat internasional untuk menekan Israel agar menghentikan "agresi dan pelanggaran" apa pun, dengan mengutuk "serangan Israel ke wilayah Suriah."

Adapun Israel pada akhir pekan mengancam akan mengambil tindakan jika para pemimpin baru Suriah menyakiti komunitas Druze di negara itu, setelah kerusuhan di pinggiran kota Damaskus yang menjadi rumah bagi anggota minoritas agama tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya