Liputan6.com, Ramallah - Komite Olimpiade Palestina (POC) mengecam Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) karena mengirimkan tim pesepeda untuk berpartisipasi dalam kompetisi sepeda 101st Giro d'Italia yang dimulai Jumat lalu di Yerusalem.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, balap sepeda bergengsi ini diadakan di luar Eropa.
Setelah dimulai di Yerusalem, perlombaan yang akan berlangsung selama 21 hari ini berlanjut dari Haifa ke Tel Aviv dan dari Be'er Sheva ke Eilat. Ajang yang menampilkan 176 pesepeda dari 22 tim ini akan berlanjut ke Italia di mana Roma menjadi titik akhirnya.
Advertisement
Namun, keputusan untuk memilih Yerusalem sebagai titik awal, menuai kecaman luas dari pejabat dan aktivis Palestina yang menuding pihak penyelenggara berusaha "menyamarkan kejahatan Israel yang tengah berlangsung". Demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (7/5/2018)
Melalui sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Minggu, POC juga mendesak komite nasional UEA dan Bahrain untuk menarik peserta mereka dari apa yang disebut "aib bagi siapa saja yang berdiri di belakangnya atau berpartisipasi di dalamnya".
POC juga menyebut para pesepeda Arab "tidak setia" dan berpartisipasi dalam "layanan gratis bagi pendudukan Israel yang tidak mengakui hukum internasional, resolusi dan piagam PBB tentang hak-hak rakyat Palestina dan terus melanjutkan penolakan akan hak-hak bangsa Arab Palestina untuk mendirikan negara merdeka mereka di tanah mereka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya".
Baca Juga
Sejumlah aktivis meluncurkan situs yang menguraikan rute 101st Giro d'Italia, yang melewati reruntuhan bersejarah bangsa Palestina, di mana lebih dari 500 desa dan kota Palestina "dibersihkan" selama atau pasca-Nakba. Itu merupakan peringatan tahunan atas pengusiran bangsa Palestina yang mendorong terbentuknya Israel pada tahun 1948.
"Israel dilaporkan membayar 10 juta euro untuk menjadi tuan rumah Giro sebagai bagian dari upaya propagandanya, meniru rezim apartheid di Afrika Selatan, untuk menggunakan olahraga untuk bersembunyi ... pendudukan militer selama puluhan tahun dan sistem apartheid dikenakan pada rakyat Palestina," demikian pernyataan dari Boycott, Divestment and Sanctions (BDS), kampanye global yang menekan Israel dari segi ekonomi dan politik.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Jelang Nakba
Titik awal 101st Giro d'Italia di Yerusalem, hanya beberapa kilometer jauhnya dari Jalur Gaza, di mana puluhan warga Palestina tewas ditembak pasukan Israel ketika mereka tengah melaksanakan aksi Great March of Return.
Great March of Return merupakan aksi demonstrasi yang berlangsung selama enam pekan, dimulai pada 30 Maret 2018 dan akan mencapai puncaknya pada 15 Mei. Warga Palestina menuntut hak para pengungsi Palestina yang tanah dan rumahnya dirampas Israel selama perang tahun 1948.
Sejak dimulainya Great March of Return, setidaknya 7.000 warga Palestina dilaporkan terluka.
Awal pekan ini, Amnesty International juga menyuarakan keprihatinan yang sama, mencatat bahwa lomba sepeda dimulai tepat di dekat Yerusalem Timur di mana Palestina secara teratur menghadapi penghancuran rumah, pembangunan pemukiman ilegal dan pembatasan gerak.
"Pihak berwenang di Yerusalem mungkin berpikir bahwa kemewahan Giro d'Italia memiliki efek 'sportswash', menghilangkan sebagian dari noda catatan HAM Israel. Namun yang terjadi sebaliknya, kemungkinan itu akan membawanya kembali ke titik fokus lagi," kata Kate Allen, direktur Amnesty International UK.
"Pemilihan titik awal di Yerusalem tak terhindarkan, berarti catatan hak asasi manusia Israel yang suram akan menjadi sorotan."
Status Yerusalem merupakan jantung konflik berdarah Israel-Palestina. Israel mencaplok Yerusalem Timur yang bagi Palestina merupakan ibu kota negara mereka di masa depan, sementara Israel menetapkan bahwa Yerusalem adalah ibu kota abadi yang tak dapat ditawar lagi.
Advertisement